Minggu, 02 Desember 2018

Pendar Cinta karena Allah

Monas, tugu yang menjulang gagah, akan jadi tujuan hari ini. Tepat 2 Desember 2018 tugu Monas akan kembali diguyur ar Rayah dan al Liwa. Pasti!

Ya, karena umat muslim di seluruh penjuru negeri Indonesia tercinta ini telah berbondong-bondong melangkahkan kaki. Menuju Monas, di Jakarta. Bukan untuk melihat Monas. Bukan! Tapi untuk menyatukan diri bersama barisan saudara seiman dalam "Reuni 212."

Tak lekang dari ingatan kita, kala 212 di tahun 2016 pertama bergelora. Tersebab perkataan seorang penista agama. Hingga seluruh umat Islam membela agamanya.

Kini, gelora itu kian membuncah. Tak sekedar reuni biasa. Tapi ini upaya nyata untuk menyatukan rasa, pikiran dan juga asa. Demi satu tujuan, tegaknya kembali kejayaan Islam.

"Laa ilaha ilallah. Muhammad ar-Rasulullah."

Inilah kalimat tauhid. Inilah kalimat pemersatu umat di seluruh penjuru bumi. Inilah spirit terbesar langkah kaki jutaan anak bangsa berlari menuju Monas hari ini. Menuju kesatuan umat. Menuju ridha illahi.

Tua-muda, lelaki-perempuan, anak-anak dan orangtua, yang kuat berjalan hingga yang perlu kursi roda, yang sempurna fisiknya hingga yang diberi kekurangan. Semua berkumpul jadi satu. Berpendar dengan ar-Rayah dan al-Liwa. Demi tegaknya Islam Rahmatan lil 'Alamin. Pendar cinta karena Allah.

"Berpegang teguhlah kalian semua pada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai berai." (TQS.Ali Imran : 103)

"Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara." (TQS. al-Hujurat : 10)

****

Laila Thamrin
Ahad, 212-2018

#BelaTauhid212
#212BersatuDibawahTauhid

Minggu, 18 November 2018

Maulid Rasulullah Saw

Tak terasa seminggu telah berlalu. Sabtu, 10 November yang lalu kami sekeluarga pulang ke kampung suami. Karena bertepatan Rabiul Awal, di rumah Abah dan Mama menyelenggarakan peringatan Maulid Rasulullah Saw. Masyarakat di kampung suamiku ini menyambutnya dengan penuh suka cita. Karena kecintaan mereka pada Rasulullah Muhammad Saw tak bisa digantikan dengan apapun jua.

Acara Maulid Rasul dimulai sejak jam 8 pagi. Tamu-tamu mulai datang satu persatu. Aku ikut membantu menyiapkan berbagai sajian yang akan dihidangkan. Kue-kue, teh dan susu hangat hidangan pembukanya. Irama pukulan "tarbang", alat musik sejebis rebana, mulai terdengar. Diikuti syair puji-pujian kepada Rasulullah Saw mulai berkumandang. Para tamu dan tuan rumah hanyut dalam kegembiraan yang syahdu.

Aku pun terbayang sosok Rasulullah Saw yang sangat luar biasa. Sempurna akhlaknya, sempurna sebagai suami, sempurna sebagai ayah, sempurna sebagai sahabat, bahkan sempurna sebagai kepala negara. Beliau tak hanya harus dipuji. Tapi yang utama apa yang dibawa Rasul hendaknya diikuti. Tanpa tapi, tanpa nanti. Dari mulai urusan individu yang remeh temeh seperti makan, minum, berpakaian, ibadah, dll. Hingga urusan besar yang berkaitan dengan negara, seperti urusan pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan politik. Semua telah diajarkan Rasul, dan sejatinya diikuti oleh umatnya. Bukan hanya jadi cerita lalu dan dongeng pengantar tidur.

Tabuhan "tarbang" yang terakhir ditutup doa. Ibu-ibu di dapur sibuk menata makanan ke dalam piring, karena setelah berdoa makanan harus disajikan. Riuhnya alunan syair di ruangan depan bertaut dengan riuhnya obrolan ibu-ibu sembari tangannya cekatan menata makanan yang hendak disajikan. Maklum, lama tak bersua keluarga, ciri khas perempuan pun tak bisa dihindarkan. Ngobrol. Hehe...

Yang menyelenggarakan acara ini tak hanya di rumah mertuaku. Tapi tetangga yang lain juga banyak yang mengadakan. Dan masing-masing mengundang keluarga besar plus handai taulannya. Selesai para tamu makan. Khusus kaum laki-lakinya, beranjak keluar, menuju Mushalla di kampung itu.  Sedangkan yang perempuan bersiap membereskan piring dan gelas kotor yang tersisa. Dan menunggu di rumah sambil menyiapkan menu selanjutnya.

Sementara para lelaki mendengarkan ceramah di mushalla, undangan terus berdatangan ke rumah. Keluarga Abah dan Mama dari kampung sebelah, kawan-kawan beliau, juga kawan-kawan adik-adik iparku datang memenuhi undangan. Mereka datang sambil membawa buah tangan. Ada yang memberi gula, teh, kue, buah, dsb. Ini tradisi turun temurun.

Saat jarum jam mengarah ke angka 11.30 ceramah di Mushalla usai. Para tamu lelaki pun kembali ke rumah Abah dan Mama. Hidangan berikutnya siap disajikan kembali. Jika makan pagi menunya nasi kuning plus masak habang ikan Tauman dan telur bebek. Maka siang ini para tamu dimanjakan dengan daging masak habang bumbu kelapa goreng plus sop ayam dan nasi putih hangat. Tak ketinggalan semangka merah merona menjadi hidangan penutupnya. Hmm, asyik bukan...undangan ternyata dapat dua kali sajian. Makan pagi dan makan siang sekaligus dengan menu berbeda.

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Begitulah peribahasa yang pernah kudapatkan. Ternyata tak usah jauh ke pulau sebelah atau pun ke negeri tetangga. Cukup ke kampung sebelah yang berbeda kabupaten saja, sebuah kebiasaan bisa berbeda. Namun, selama hati kita terpaut pada satu ILLah, yaitu "La illaha ilallah, Muhammadur Rasulullah" maka kerekatan tetap terjaga. Yang perlu dibenahi adalah pemikiran orang-orang  yang masih keliru, yang melenceng dari akidah Islam. Yang menyatakan bendera tauhid benderanya sebuah ormas. Bahkan menyatakan bendera itu simbol teroris. Astaghfirullah...ini benar-benar harus diluruskan.

Sejatinya, peringatan Maulidur Rasulullah Saw ini bukan seremonial belaka yang berulang tiap tahunnya. Tetapi hendaknya menjadi motivasi kita bersama untuk segera menjalankan apa yang diajarkan Rasulullah Saw. Dan meninggalkan semua yang tak sesuai dengan ajaran beliau. Mengambil semua ajaran Islam, dan membuang sekularisme-kapitalis dalam kehidupan ini.

Sebagaimana diperintahkan Allah SWT dalam firman-Nya :

 وَمَآ ءَاتٰىكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَاب

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya." (QS. Al Hasyr : 7)

Sebagaiman lahirnya Rasulullah Saw di 12 Rabiul Awal tahun Gajah menjadi momen penting  bagi cikal bakal tegaknya peradaban Islam yang mulia.  Maka kita semua berharap semoga bulan Rabiul Awal tahun ini menjadi tonggak perubahan umat Islam. Menuju peradaban Islam yang mulia dengan terwujudnya Islam kaffah di seluruh penjuru dunia.

Aamiin Allahumma Aamiin

@Laila Thamrin

#rabiulawal
#maulidrasul
#gemesda
#gerakanmedsosuntukdakwah
#revowriter

*gambar dari google.com

Kamis, 15 November 2018

Lillah, Meskipun Lelah

Ketika kita ingin menjadi lebih baik tentu perlu perjuangan. Akan ada banyak riak-riak menghadang di kiri kanan jalan. Tapi inilah sebuah tantangan. Dan kita tak boleh berpatah arang.

Kadang, saat dalam perjalanan menuju keadaan yang lebih baik, banyak yang mengkritik. Entah kritik untuk menguatkan atau justru untuk menjatuhkan. Tapi itu hal biasa. Jangan pernah dipersoalkan. Ambil sisi positifnya, lihat kaca, cermati diri kita. Bisa jadi kritik itu benar adanya. Maka saatnya kita perbaiki dan melaju lebih sempurna.

Yuk besarkan hati kita. Berbaik sangka pada sodara. Selama kritik untuk memperbaiki, segeralah untuk berbenah diri. Tapi, awas... jika ada yang mengkritik untuk membully, atau sekedar menertawai. Maka yang begini gak usah diladeni. Abaikan saja. Anggap angin berisik yang sedang mencari pijakan.

Ingat satu hal, goresan pena kita untuk menjaring pahala. Bukan sekedar gaya. Jadi, luruskan niat kita, semata karena ingin meraih ridho-Nya. Bukan sekedar pujian dari manusia.

Menulislah Lillah.
Meski kita harus lelah.

Laila Thamrin
Bjm, 15112018

#muhasabahdiri
#hanyainginlebihbaik
#gerakanmedsosuntukdakwah
#gemesda
#revowriter

Ibu Pertiwi

Apa kabarmu ibu pertiwi?
Lama aku tak mendengarmu bernyanyi
Dengan kidung suci penuh harmoni
Seperti bunda merawat bayi

Apa yang terjadi padamu ibu pertiwi?
Padahal semua anakmu berkata cinta padamu sampai mati
Tapi ternyata ada yang mengkhianati
Hingga satu sama lain saling mencurigai

Janganlah engkau bersedih wahai ibu pertiwi
Masih ada anakmu yang rela berdiri
Berpegang tangan berderap kaki
Untuk tegak dan kibarkan panji

Lihat, dan senyumlah ibu pertiwi
Sejenak lagi engkau akan lebih berseri
Karena anakmu akan segera mewarnai bumi
Dengan Islam dan titah ILLahi

Mari kawan kita pegangan tangan
Padukan hati, jiwa dan pikiran
Melangkah dengan satu ayunan
Untuk meraih sebaik-baik peradaban

Agar ibu pertiwi tak lagi tenggelam
Dalam kehidupan kelam dan kejam
Tapi bangkit dari peraduan malam
Menyongsong cerahnya kejayaan Islam

Laila Thamrin

#sajakbebas
#GeMesDa
#GerakanMedsosUntukDakwah
#Revowriter
#NgajiLiterasi

Imitasi

"Mama, ini bedak Mama ya? Aku boleh coba?"
"Ma, lipstik ini warnanya apa? Nyobain ya?"
"Ummi, kerudung ummi yang pink mana? Adek pinjem dong!"
"Bu, kaki Dede sudah hampir sama besarnya dengan kaki Ibu. Boleh pinjem sendal bertumitnya gak?"

*****

Pernah ditanya anak gadis yang beranjak baligh atau bahkan sudah baligh seperti ini? Atau malah anak yang lebih kecil lagi yang merengek minta pakai bedak dan lipstik ibunya? Saya yakin, yang punya anak perempuan pasti pernah mengalami yang begini.

Anak memang suka meniru apa yang dilihatnya. Ayah dan bundanya  menjadi "role of models" yang utama. Baik anak perempuan maupun laki-laki kecenderungan menirunya sama besarnya. Tapi memang pada anak perempuan biasanya lebih terlihat jelas mengimitasi bundanya.

Kalau anak laki-laki jarang menunjukkan dalam kesehariannya. Tetapi bisa saja kebiasaan-kebiasaan ayahnya sehari-hari akan ditirunya tanpa orangtua menyadarinya. Misalnya nih : makan gak pakai doa, malas sikat gigi malam sebelum tidur, menaruh handuk sesudah mandi sembarangan, habis minum gelasnya digeletakkan sembarang tempat, kaos kaki terserak, de el el. Hayoo....siapa nih yang kebiasaan ayah di rumah seperti ini? 😁

Menurut para ahli psikologi anak, proses meniru atau imitasi adalah hal yang biasa pada anak. Ini adalah bagian pembelajaran pada si anak. Karena setiap makhluk hidup akan mencoba sesuatu yang dicerapnya melalui inderanya. Baik dengan melihat, mendengar, membaui, mengecap ataupun meraba. Bahkan ini adalah proses awal lahirnya sebuah pemikiran yang brillian di kemudian hari. Sebab, setiap pengalaman yang diperoleh anak akan tersimpan rapi di memori otaknya.

Yang perlu kita perhatikan sebagai orang tua muslim tentu apa yang sejatinya layak mereka lihat, dengar, cium, rasa dan raba. Agar nanti proses imitasinya indah. Makanya, ayah bunda mesti menjadi model yang baik buat anak-anaknya.

Jika tak ingin anaknya pakai lipstik menor, alis terangkat tinggi, pipi merah delima, ya bunda harus memberi contoh dandanan yang sederhana. Bahkan harus dikenalkan ke ananda kalau berdandan cantik itu hanya untuk suaminya saja kelak.

Jika ingin anaknya berpakaian menutup aurat dengan sempurna, kasih contoh dulu bundanya dengan pakaian syar'i. Agar ananda tak asing lagi mengenakannya.

Semua memang perlu proses. Tak bisa juga instan. Ayah dan bunda harus mempola hidupnya dengan kebaikan di setiap kesempatan. Memperbaiki hal-hal buruk yang mungkin masih sering ayah bunda lakukan. Belajar mengelola emosi. Belajar lebih sabar dan bijaksana. Apalagi jika anak sudah menuju usia baligh. Konflik dengan anak akan mudah terjadi, jika ayah bunda tak mampu memahami mereka.

Menjadi orang tua itu ternyata belajar dari nol. Persis seperti angka dispenser bahan bakar di SPBU. Sebagai orangtua, ayah bunda harus memahami bagaimana merawat dan mendidik anak kala bayi, balita, anak yang sudah tamyiz, anak hampir baligh, anak sudah baligh, remaja, dan ketika anak bersiap melepas masa lajangnya. Bukan sekedar seperti air mengalir yang berjalan sesukanya dan seadanya.

Rasulullah saw bersabda :
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari-Muslim)

Karenanya, ayah dan bunda harus selalu belajar, belajar dan belajar. Karena belajar tak pernah dibatasi usia. Dan belajar tak hanya di sekolah saja. Dalam kesempatan apapun belajar itu bisa dilakukan. Agar anak-anak ayah dan bunda terwarnai hanya dengan kebaikan Islam semata.

So, tak ada yang salah saat anak menjadi imitasi ayah dan bundanya. Biarkan mereka meniru selama apa yang ditiru adalah kebaikan. Tapi, jangan lupa pemikiran ananda tetap harus diarahkan pada jalan hidup yang benar.  Mereka harus diajak untuk berpikir tentang 3 hal ; dari mana asal manusia? ; untuk apa manusia ada di dunia? ; dan hendak kemana setelah matinya?

Jika ketiga hal ini telah ditemukan jawabannya dengan benar dan sempurna, insyaAllah anak pasti hanya akan meniru sesuatu yang baik dari ayah bundanya, atau dari lingkungannya, atau dari teman-temannya. Karena Allah menjadi pegangannya, syariat Islam jalan hidupnya, dan menegakkan Islam kaffah tujuannya.

Jadi ingat pepatah indah ini :
 "Isy kariiman awmut syahiidan" ; "Hidup Mulia atau Mati Syahid."

Wallahu'alam bish shawwab

Laila Thamrin
Bjm, 15112018

#remindingmyself
#GerakanMedsosUntukDakwah
#GeMesDa
#Revowriter
#NgajiLiterasi

Minggu, 04 November 2018

Setia Bersamamu

Bau khas rumah sakit tak bisa dihindari. Kala anakku harus dirawat beberapa hari karena panas badannya tak kunjung reda. Rasa kuatir tentu menyergap diriku. Ibu mana yang bisa tenang jika anaknya sakit?

Saat kami sudah ada di ruangan perawatan, ternyata sudah ada penghuni lain di ruangan itu. Karena memang ruangan kelas 1 yang dituju diperuntukkan bagi dua orang pasien. Pasien terdahulu ini seorang ibu, lebih tepatnya nenek usia 70 tahun lebih. Tapi masih terlihat kuat dan nampak jelas aura kecantikannya

Yang menarik, bukan perkara sakit yang diderita si nenek ini. Tapi fakta si nenek yang selalu ditunggui suaminya dengan setia. Tabir kain yang memisahkan dua pasien dalam satu ruangan ini tentu tak bisa meredam suara percakapan dibaliknya. Meski penglihatan tak mampu menembus laku siapa pun yang ada dibalik tabir.

Senang sekaligus iri melihat kemesraan nenek dan kakek ini. Si kakek dengan sabar dan telaten melayani istrinya. Makan, minum, ke kamar mandi/wc, mendengarkan keluhan istrinya, dan sebagainya. Kadang mereka bercengkrama berdua dan terkekeh bersama. Aku dan suami saling pandang dan ikut tersenyum mendengarnya.

Anak-anak beliau juga datang silih berganti. Sepertinya sangat akrab dan hangat dengan ayah ibunya. Tak pernah terdengar kata-kata umpatan, kemarahan atau kalimat buruk lainnya. Bahkan ketika pagi-pagi anak bungsu mereka datang dengan membawa camilan sambil cerita bahwa dia kehilangan uang hasil kerjanya sebagai sopir taksi online hari kemarin, si nenek ini dengan tenang berujar, "Memang bukan rezeki kamu, nak...mau bilang apa?"

Wow...amazing! Jarang kutemui ibu atau ayah yang tak emosi ketika mendengar anaknya kecurian, kecopetan, atau kehilangan harta dengan jalan tak biasa ini. Tapi tidak dengan mereka. Dengan tawa renyahnya si nenek ini menasihati anaknya, "Makanya, menaruh duit itu jangan sembarangan. Jadikan ini pelajaran. Harus hati-hati."

MasyaAllah...ini pun pelajaran bagiku dan suami. Setia sampai tua usia. Sabar dalam setiap deraan ujian-Nya. Dan pandai mengelola emosi meski sesuatu yang tak disuka mampir di hadapan kita.

Semoga kakek dan nenek ini sehat selalu. Begitupun anakku yang masih tergolek sayu. Hanya kepada Allah lah tempatku mengadu. Karena semua peristiwa pasti ada hikmahnya selalu.

Laila Thamrin

#goresanhatibunda
#pengingatdiri
#gemesda
#revowriter

*ilustrasi gambar dari koleksi google.com

Buka Mata Buka Hati #16

Dahsyatnya Doa Ibu
Oleh : Laila Thamrin

Sebuah pengalaman berharga hanya bisa didapatkan saat seseorang menjalani sebuah ujian kehidupan. Ya, tanpa melaluinya manusia tak pernah tahu bagaimana pahit atau manisnya suatu persoalan. Diuji dengan sakitnya anak, misalnya. Tentu ini bukan hal yang sepele. Apalagi jika sakit yang diderita anaknya cukup mengkuatirkan. Atau mungkin tak kunjung sembuh.

Sebagai orangtua pastilah akan merasakan kuatir, bingung, takut, was-was, gugup kala anaknya sakit. Dan segudang rasa lainnya yang campur aduk. Terutama hati sang ibu. Karena ibu merupakan orang terdekat dengan anak-anaknya.

Menumpahkan air mata menjadi jalan termudah yang bisa dilakukan untuk menenangkan hati ibu yang sedang oleng. Ajaibnya, seketika biasanya akan menguatkan kembali sel-sel tulang ibu untuk segera bertindak. Membangkitkan kembali nadi yang sebelumnya seolah berhenti berdenyut. Untuk mencari berbagai daya upaya demi kesembuhan dan kesehatan anaknya.

Di sisi lain, sejatinya seorang ibu harus berupaya untuk selalu mengedepankan ruhiyahnya.  Harus dipola alam pikirnya dengan satu keyakinan bahwa sakit itu dari Allah, dan sembuh pun dari Allah semata. Semua ikhtiar yang dilakukan untuk mengobati ananda, semata ingin meraih pahala dari-Nya. Dan juga sebagai bagian dari tanggung jawabnya sebagai seorang ibu yang kelak akan ditanyakan oleh Allah.

Keyakinan inilah yang paling berat untuk terus dipupuk di hati. Karena terkadang manusia bisa tergelincir dengan asumsi bahwa dokterlah yang menyembuhkan. Obat tertentulah yang manjur. Atau rumah sakit hebatlah yang paling berperan. Padahal itu semua hanyalah wasilah sampainya takdir Allah pada si sakit. Entah takdir sehat ataukah takdir bertambah parah. Tak ada yang tahu.

Maka saat ananda terbaring lemah karena sakitnya. Ibu haruslah  berikhtiar dengan membawa ananda berobat ke dokter atau ke rumah sakit. Sekaligus juga mesti menggenapkan ikhtiarnya dengan doa. Ya, inilah senjata paling utama bagi setiap insan kala dia ditimpakan ujian dari Rabbnya.

Doa adalah mukh (ubun-ubun/inti) ibadah. Berdoa kepada Allah SWT merupakan aktivitas ibadah.
Rasulullah Saw bersabda, ”Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi)

Begitulah yang dicontohkan Baginda Nabi Muhammad Saw. Beliau selalu berdoa di setiap kesempatan. Pun saat Beliau menghadapi musuh di perang Badar, Beliau berdoa tiada henti. Bahkan Beliau menangis dalam doanya hingga badannya bergetar dan surbannya terjatuh. Dan Allah pun mengabulkan doa Beliau dengan kemenangan di tangan kaum muslimin. Padahal pasukan kaum muslimin berjumlah hanya 1/3 pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 1000 orang. Di sinilah kita bisa melihat doa mampu merubah sesuatu yang mustahil menjadi riil.

Dalam Siyar A'lam an-Nubala', Adz Dzahabi mengisahkan dari Muhammad bin Ahmad bin Fadhal al-Balkhy, dia mendengar ayahnya mengatakan bahwa kedua mata Imam al-Bukhari sempat buta semasa kanak-kanak. Namun pada suatu malam, ibunya bermimpi bahwa ibunya berjumpa dengan Nabi Ibrahim as. Kemudian berkata kepadanya, "Wahi ibu, sesungguhnya Allah azza wajala telah berkenan mengembalikan penglihatan anakmu karena cucuran air mata dan banyaknya doa yang engkau panjatkan kepada-Nya." Maka setelah kami periksa keesokan harinya, ternyata penglihatan al -Bukhari benar-benar telah kembali, ujar al-Balkhy. (Dikutip dari buku "Ibunda Para Ulama" oleh Sufyan bin Uad Baswedan, 2017)

Begitu dahsyatnya kekuatan doa ibu. Hingga Allah berkenan mengabulkan doa seorang ibu untuk anak-anaknya. Berdoalah dengan lafazh yang indah. Mulailah dengan membaca istighfar dan sholawat atas Nabi. Dan lanjutkanlah dengan dengan kalimat yang baik. Mintalah kesembuhan ananda kepada Rabbul Izzati. Karena Allah yang memberi sakit dan Allah pula Yang Maha Menyembuhkan.

Tak ada batasan seberapa banyak doa kita. Seberapa panjang kalimat-kalimatnya. Berdoalah dengan sepenuh hati dan kepasrahan kepada-Nya.

Berdoalah di waktu yang mustajab untuk berdoa.   Seperti di saat hujan deras, diantara azan dan iqomah, di saat sujud dalam salat, juga di sepertiga akhir setiap malam nan sepi. Di saat itulah peluang Allah akan mengabulkan doa kita besar. Maka upaya ini layak dilakukan ibu.  Lakukanlah doa di malam-malam nan sepi. Saat semua orang terlelap. Dan saat itu Allah turun menjumpai hambanya. Adukan semua keluh kesah tentang sakit ananda.

Dan yakinlah,  Allah mendengar setiap kata demi kata yang ibu ucapkan. Kesungguhan doa yang ibu curahkan sepenuh hati, tentu akan menjadi perhatian-Nya. Dan Allah pun akan kabulkan doa-doa ibu.  Cepat ataupun lambat.

Allah swt berfirman dalam sebuah hadits qudsi :
“Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu.” (HR. At Tirmidzi)

Allah juga berfirman :
“Berdoalah kepada-Ku, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir: 60)

Rasulullah Saw pun bersabda :
“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘." (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka tak ada yang lebih nikmat selain menanti dikabulkannya doa kita oleh-Nya. Kita ridho dengan keputusan-Nya. Dan Allah pun ridho kepada hamba-Nya.

Semoga ibu selalu menjadikan doa bagian hidupnya. Demi untuk kebaikan dan keberkahan anaknya. Tersebab doa seorang ibu, niscaya pintu langit kan terbuka. Allah pun akan mudah mengabulkan semua pinta sang ibu untuk anak-anaknya. Wallahu'alam bish shawwab. []

Banjarmasin, 04112018

#GeMesDa
#Revowriter
#MenulisUntukKebaikan
#KulwaTipsMenulisUntukEksis
#PRNgajiLiterasi
#KomunitasNgajiLiterasi
#Day1

Rabu, 24 Oktober 2018

Tauhid, Identitas Diri Muslim Sejati

Tanggal 22 Oktober 2018 jadi penanda. Bukan sekedar peringatan Hari Santri yang dilekatkan padanya. Tapi semangat bela Islam seluruh muslim yang tetiba berkobar. Menyala seolah tak terbendung.

Pasalnya, ada yang berani membakar bendera hitam bertuliskan tauhidullah. Maka umat Islam pun bereaksi. Mereka tak sudi bendera Rasulullah Saw diperlakukan seperti ini. Ribuan muslim kemudian ramai menunjukkan pembelaannya pada bendera Nabi.

Kaum muslim sudah kadung memahami bahwa bendera hitam bertuliskan lafaz "Laa ilaha ilallah, Muhammad Rasulullah" adalah bendera Nabi. Bukan milik organisasi manapun di dunia ini.

Sabda Nabi Saw :

"Panjinya Rasulullah (Rayyah) berwarna hitam dan benderanya (Liwa) berwarna putih, tertulis di dalamnya Laa ilaha ilallah Muhammad Rasulullah." (HR. Ath Thabrani)

Kalimat tauhid inilah yang mempersaudarakan umat Islam. Yang menautkan hati seorang muslim dengan muslim lainnya,  meski terhalang samudra dan berbeda benua. Bahkan tak pernah bertemu muka. Tapi memiliki rasa yang sama. Dan kalimat tauhid pula yang akan menyelamatkan akhir hidup kita hingga layak ke surga-Nya.

Dulu, para sahabat Rasul pun begitu bangga membopong bendera ini. Mengibarkannya ke seluruh pelosok bumi. Mempertahankannya meski nyawa bayarannya. Hingga hidup menjadi lebih mulia. Dan Allah ridha atasnya.

Hari ini, umat pun semakin mengerti bahwa bendera tauhid layak menjadi identitas diri seorang muslim sejati. Karena akan dirasakan indahnya hidup dalam balutan Islam. Dan dalam dekapan kemuliaan Islam yang hakiki.

Laila Thamrin
23102018

#BelaKalimatTauhid
#BelaBenderaTauhid
#GerakanMedsosUntukDakwah
#Gemesda
#Revowriter

Sabtu, 20 Oktober 2018

Gerakan Medsos Untuk Dakwah

Dulu, kita hanya kenal pena dan kertas untuk menulis. Kian hari teknologi kian canggih.

Kini hanya dengan jari, tulisan mampu terlukis. Apa yang kita tulis pun bisa dibaca ratusan bahkan ribuan orang. Ya...media sosial telah mampu menerbangkan coretan jemari kita ke sudut-sudut yang tak terjangkau oleh selembar kertas.

Namun, sayangnya tak semua tulisan yang bertebaran di sosmed bisa diambil. Perlu hati-hati ketika menelan berita. Apalagi menyebarkan sesuatu yang belum jelas kebenarannya.

Yuk jadikan sosmed sarana dakwah. Karena dakwah tak melulu ceramah. Menulis pun bisa menjadi silah sampainya hidayah. Dengan satu catatan, tulisan No Hoax, No Nyinyir, No Bully. Tapi jadikan tulisan kita Santun, Cerdas dan Elegan. Hukum syara jadi pegangan. Kalimat Allah dan Rasul-Nya jadi junjungan.

Mudah kan? Let's kita gaungkan #gerakanmedsosuntukdakwah bersama kami #revowriter sejati. 😊

Thank's a lot atas pencerahannya ya cikgu Kholda Najiyah. 😘😘

Laila Thamrin

Minggu, 23 September 2018

Buka Mata Buka Hati #15

Lautan Kasih Sayang

Teriknya sinar sang surya seakan menguapkan seluruh persediaan air dalam tubuhku. Dahaga menyerbuku. Bukannya tak ada air ataukah tak sempat minum barang seteguk. Tapi ketaatan pada Rabbul Izzati yang menuntunku untuk tak makan dan minum hari itu.

Tepat 10 Muharram 1440 H, hari Asyura yang disunnahkan puasa bagi muslim. Dan aku pun berusaha tegar menjalaninya. Begitu pula si bungsuku. Meski terlihat kusut mukanya kala kujemput sekolah. Trus mengadu, "Ummi, teman-teman banyak yang gak puasa. Naura haus, Mi."

"Yang sabar ya, Nak. Hari ini puasa sunnah. Yang mengerjakannya dapat pahala sunnah. Yang hari ini tak puasa terlihat enak. Tapi mereka tak dapat pahala sunnah, meski mereka tak berdosa. Naura mau gak dapat kenikmatannya nanti di surga? Teman-teman yang gak puasa belum tentu dapat loh di surga,"kujelaskan demi menenangkannya.

"Mau dong, Mi." Riang dia menjawabku. Meski suaranya sedikit lemes.
Kami pun meluncur pulang.

Saat di rumah segera Naura melepas baju dan berendam di baskom besar. Biar adem katanya. Ya, cuaca hari itu memang sangat menggigit panasnya. Sudah dinyalakan kipas angin saja, panasnya masih membara. Subhanallah.

Setengah jam berendam bikin adem. Seger. Lalu segera Naura pakai baju. Bedak. Wangi deh. Trus tetiba bilang, "Mi, hari ini Ummi belum ada cium Naura," sambil rebahan di sampingku.

"Oh iya ya...Ummi lupa." Segera kupeluk dan kuciumi dia dengan sepenuh cinta.

"Suka gak diciumi Ummi, Nak."

"Ho-oh." Angguknya cepat sambil tersenyum, menampakkan sederet giginya meski ada jendelanya, alias ompong.

Ya, bungsuku sudah usia 9 tahun. Tapi suka sekali dicium. Apalagi kalau selesai mandi, pasti minta dicium Ummi.

*****

Kadang kita lupa memberikan sekedar ciuman pada anak-anak kita yang mulai besar, bahkan beranjak remaja. Terlebih pada anak lelaki. Padahal, bagi seorang anak, ciuman ayah dan ibunya ternyata menunjukkan bahwa kedua orangtuanya masih peduli padanya. Masih sayang dan cinta.

Anak keduaku yang laki-laki juga begitu. Dia semringah sekali jika kulayangkan ciuman ke pipinya. Padahal dia sudah SMP kelas delapan loh.

Begitupun sulungku. Gadis manis yang sudah duduk di bangku SMA kelas dua belas. Jika  kucium pipi kanannya, pasti pipi kirinya disodorkan juga. Bahkan minta dipeluk. Begitulah anak-anakku.

Menurut sejumlah penelitian yang dipublikasikan jurnal Proceedings of The National Academy of Sciences, pelukan dan ciuman pada anak ternyata dapat menambah jumlah produksi hormon oksitosin dan endorfin yang memberikan manfaat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental anak-anak.(muslimah.me)

Situs www.beranihijrah.org melansir, bahwa seorang psikolog klinis dari Children’s Mercy Hospital and Clinics di Kansas City (AS), Edward R.Christopherson.Ph.D, menyatakan jika pelukan lebih efektif dari pujian atau ucapan sayang karena membuat anak merasa dicintai dan dihargai, bukan karena mereka telah melakukan sesuatu tapi karena dirinya apa adanya. Bahkan hal ini bisa  memberikan kedekatan dan kekuatan getaran batin antara orangtua dan anak.

Hmm, ternyata mencium anak banyak manfaatnya. Utamanya mendapatkan pahala. Sekaligus menghidupkan kasih sayang dan cinta antara anak dan orangtua. Bahkan Rasulullah Saw, sang teladan kita, juga telah mengajarkan hal serupa. Jauh sebelum orang-orang masa kini memahaminya.

“Perbanyaklah kamu mencium anak cucumu karena imbalan dari setiap ciuman adalah surga.” (HR. Bukhari)

Abu Hurairah ra berkata, "Nabi saw mencium Al-Hasan bin ‘Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro’ bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata, “Aku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium”. Maka Rasulullah saw pun melihat kepada Al-‘Aqro’ lalu beliau berkata, “Barangsiapa yang tidak merahmati/menyayangi maka ia tidak akan dirahmati." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Ternyata, curahan kasih sayang kepada anak-anak kita nampak terasa bagi mereka kala menciuminya. Dan mereka merasakan kebahagiaan yang tak terperi saat ciuman kita mendarat di pipi atau keningnya.

Lautan kasih sayang sungguh tak bertepi.
Dalam, hingga sampai ke hati.
Menciumi anak hanyalah seteguk kasih dan cinta.
Dari sepasang orantua yang mulia.
Hanya berharap rahmat dari Illahi Rabbi
Maka, sudahkah anda mencium anak-anak hari ini? 😄

Laila Thamrin
21092018

#BermainKata009
#NgajiLiterasi
#Revowriter

Jumat, 07 September 2018

Buka Mata Buka Hati #14

Sensasi Jumat Berkah

Alhamdulillah, kembali dipertemukan Allah dengan hari Jumat. Setiap bertemu Jumat, rasanya hati ini berbeda. Saya merasa selalu senang di hari Jumat. Bukan karena pulang kerja lebih cepat loh ya...hehe. Tapi sensasi berkah di hari Jumat selalu melekat.

Salamah dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda, “Hari terbaik yang terbit padanya matahari adalah hari Jum’at. Sebab pada hari itu Allah Azza wa Jalla menciptakan Adam as. Dia memasukkan Adam ke surga, pada hari itu ia diturunkan ke bumi dan pada hari itu terjadi kiamat serta pada hari itu terdapat satu masa dimana tidak seorangpun berdo’a kecuali Dia akan mengabulkan do’a itu.” (HR.Muslim)

Jumat itu hari istimewa. Salat yang hanya diwajibkan bagi laki-laki muslim adalah salat Jumat. Memotong kuku dan menggunting rambut di hari Jumat dapat pahala sunnah. Setiap doa yang dilangitkan di hari Jumat niscaya akan dikabulkan Allah. Keberkahan dan keagungan hari Jumat sungguh membuatnya seperti hari Raya umat Islam.

Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda: “Allah telah memalingkan orang-orang sebelum kita untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari raya mereka, oleh karena itu hari raya orang Yahudi adalah hari Sabtu, dan hari raya orang Nasrani adalah hari Ahad, kemudian Allah memberikan bimbingan kepada kita untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari raya, sehingga Allah menjadikan hari raya secara berurutan, yaitu hari Jumat, Sabtu, dan Ahad. Dan di hari kiamat mereka pun akan mengikuti kita seperti urutan tersebut, walaupun di dunia kita adalah penghuni yang terakhir, namun di hari kiamat nanti kita adalah urutan terdepan yang akan diputuskan perkaranya sebelum seluruh makhluk.” (HR. Muslim)

Tersebab Jumat yang penuh berkah ini banyak muslim yang memanfaatkan Jumat untuk bersedekah. Seperti hari ini, pagi-pagi saat saya berangkat ke tempat mengajar, saya sudah semringah melihat ada yang buka warung sedekah. Ada juga yang warungnya hanya bermodalkan sebuah meja di pinggir jalan dan bertajuk "makanan gratis." Uwow...masyaAllah.

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata tentang keutamaan hari Jum’at, “Bahwasanya sedekah di hari Jum’at dibandingkan semua hari dalam sepekan seperti sedekah di bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan selainnya.”

Iri rasanya melihat mereka yang ringan hati dan tangannya untuk berbagi. Meniatkan hati juga untuk bisa selalu berbagi, meski dompet tak selalu penuh berisi.
Tak salah memang untuk selalu bersedekah. Baik dalam keadaan sempit, terlebih lagi jika saat lapang. Karena sejatinya harta untuk disedekahkan tak berkurang.
Rasulullah Saw bersabda :
“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim)

Bahkan Allah SWT menjanjikan pahala yang berlipat bagi yang bersedekah. Menggiurkan!  Rugikan kalau kita tak bersedekah?

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

Rasulullah Saw pun telah menguatkan dalam sabdanya :
“Sesungguhnya Allah menerima amalan sedekah dan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya. Lalu Allah mengembangkan pahalanya untuk salah seorang dari kalian, sebagaimana kalian mengembangkan seekor anak kuda. Sampai-sampai sedekah yang hanya sebiji bisa berkembang hingga sebesar gunung Uhud” (HR. Tirmidzi)

Hmmm....tunggu apa lagi. Jadikan sedekah bagian hidup kita. Bila tak mampu banyak, tak apa sedikit. Bila tak bisa dengan uang, dengan apapun boleh kok bersedekah, asalkan barang yang halal. Makanan, pakaian, buah-buahan.  Bahkan sebutir kurma saja bisa jadi sedekah.

Tak hanya barang, berbuat baik pun bisa bernilai sedekah. Menyingkirkan sesuatu yang menghalangi jalan bisa jadi sedekah. Bahkan hanya seulas senyuman pada orang lain sudah menjadi sedekah pula. MasyaAllah, begitu indah bukan?

Rasulullah Saw bersabda :

“Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma.”(Muttafaqun 'alaih)

“Kamu menyingkirkan batu, duri dan tulang dari tengah jalan itu merupakan sedekah bagimu.”(HR.Bukhari)

“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”(HR.at Tirmizi)

Salam Jumat Berkah...😊🙏

Laila Thamrin
07092018

#inspirasihariini
#jumatberkah
#gerakandakwahuntukmedsos
#dakwahtakmeluluceramah
#revowriter

Jumat, 24 Agustus 2018

Buka Mata Buka Hati #13

Warisan
Oleh : Laila Thamrin

Siapa yang tak kenal dengan warisan? Pasti semua orang tahu. Dan kalau bicara warisan, yang terbayang tentulah harta. Tak salah memang. Karena memang seperti itulah adanya.

Warisan merupakan harta yang ditinggalkan seseorang saat dia meninggal dunia. Terkadang harta yang ditinggalkannya ini bisa jadi rebutan. Bahkan perseteruan kaum kerabatnya. Apalagi jika harta yang diwariskan banyak dan menggiurkan. Sudah tabiat manusia menyukai harta. Karena itu memang kesenangan dunia, selain tahta dan wanita.

Beruntung, Islam punya aturan yang jelas berkaitan dengan harta warisan ini. Sehingga, tak perlu payah ahli waris memperebutkan harta si mayit. Tinggal duduk diam saja, jika dia termasuk golongan yang berhak, bagian harta warisan untuknya pun akan didapat.

Namun, sebenarnya tak hanya harta yang layak diperhatikan kala seorang manusia berpulang ke pangkuan Rabbnya. Apalagi jika yang meninggal adalah seseorang yang telah memiliki anak. Ada yang lebih berharga dibanding sekedar uang, rumah, tanah, emas dan permata.

Ayah yang kaya akan mewariskan hartanya pada anak keturunannya. Namun ayah yang salih, tak serta merta mampu mewariskan kesalihannya kepada anaknya. Begitu pun ibu yang ahli ibadah, tak menjamin anaknya menjadi ahli ibadah pula. Lalu bagaimana?

Anak akan mewarisi kesalihan ayah dan ibunya jikalau iman ditanamkan dalam dadanya. Diajarkan tentang keimanan terhadap Rabbnya sejak kecil. Ditanamkan bahwa Allah itu Al Khalik (Maha Pencipta) sekaligus Al Mudabbir (Maha Pengatur). Dikuatkan setiap saat dengan pelaksanaan syariatNya dalam keseharian. Karena Allah juga Maha Mengetahui, sehingga saat manusia lalai dalam melaksanakan perintahNya, Allah pasti tahu.

Karenanya tugas orangtua lah mendidik anak-anaknya dengan iman dan Islam. Sehingga, andai Allah memanggil ayah dan ibunya, anak telah mewarisi iman yang kokoh dan Islam yang kuat. Pahala ayah ibunya pun akan terus mengalir melampaui usianya. Sebab anak yang salih pasti akan melakukan kebaikan dimana saja dan dalam kondisi apapun jua. Dia juga senantiasa  mendoakan kedua orangtuanya, meski keduanya telah tiada.

Lihatlah  bagaimana seorang hamba sahaya berkebangsaan Habsyi yang diabadikan Allah dalam Alquran kala menasihati anaknya. Meski dia hanyalah seorang budak, namun keimanan dan kecerdasan akalnya telah menjadikan pembelajaran berharga bagi umat Muhammad Saw. Ya, dialah Luqmanul Hakim, yang bisa kita ikuti nasihatnya kepada anaknya dalam Alquran Surah Luqman.

Allah Swt berfirman :
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman : 13)

Begitu pula saat beliau memberikan nasihat lainnya pada anaknya. Seperti firman Allah Swt :
"(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (QS. Luqman : 16)

Jelas sekali pada ayat itu Luqman menasihati anaknya dengan nasihat yang jitu. Iman kepada Allah Swt sebagai pondasi yang utama, dan tak menduakanNya pada apapun jua. Lalu berikutnya, pengikat iman tersebut agar tak goyah adalah keyakinan bahwa Allah Swt Maha Mengetahui segala hal yang manusia kerjakan. Meski perbuatan sangat sepele sekalipun, semisal buang angin yang tak terlihat pelakunya oleh siapapun, namun terasa jelas aromanya. Hingga tak ada yang bisa menuduh siapa pelakunya. Namun Allah pasti tahu siapa yang melakukan perbuatan tersebut, meski tak ada pengakuan dari mulut si pelaku.

Banyak dari orang tua sekarang yang sibuk memikirkan anaknya kelak hidup berkecukupan materi. Tapi terkadang lupa memikirkan bagaimana agar anaknya hidup dengan kekokohan iman di dada agar hidup lebih berseri. Harta mudah dicari tetapi tak dibawa mati. Namun iman di hati harus serius dicari, karena dia yang menemani sampai dibawa mati.

Hanya iman yang kokoh yang layak diwariskan kepada anak-anak kita. Agar Islam tetap terus terjaga hingga akhir masa. Dan kembali berjaya di dunia ini. Maka, layak kiranya mulai sekarang kita sebagai orang tua untuk mempersiapkan warisan iman ini untuk anak-anak kita. Jangan sampai terlambat.

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS. An Nisa: 9)

Wallahua'lam bish shawwab []

13 Zulhijjah 1439 H
24 Agustus 2018

#revowriter
#essay

Jumat, 03 Agustus 2018

Bayang-Bayang Merdeka

Oleh : Laila Thamrin

Sorak-sorai terdengar di seluruh pelosok negeri
Saat Bung Karno mengucap proklamasi
Bayangan kehidupan baru pun menari-nari
Bebas lepas dari penguasa kompeni

Negeri Dam enyah, Paman Sam tertawa
Merdeka di bibir, namun terjerat di raga
Kekayaan  ibu pertiwi dikeruk sesukanya
Rakyat terbelenggu, tergadailah nyawa

Andai semua mau berkaca
Menatap jauh menembus sukma
Pasti bertemu satu muara
Tegakkan Islam kaffah, agar bahagia

Handil Bakti, 03082018

#belajarnulispuisi
#WCWH02

Kecil-Kecil Jadi Pengantin

Oleh : Nurlaila Sari Qadarsih
(Praktisi Pendidikan)

(Telah dimuat di Surat Kabar Harian Radar Banjarmasin pada Sabtu, 28 Juli 2018)

Kamis, 12 Juli 2018 adalah hari yang membahagiakan bagi sejoli ZA dan IB. Tersebab hari itu keduanya mengucap ijab kabul tanda sahnya mereka dalam ikatan pernikahan. Esoknya, tamu-tamu pun berdatangan  saat resepsi sederhana di rumahnya. Suka cita nampak di raut wajah kedua mempelai. Meski sesekali terlihat mereka tersipu malu kala ada tamu yang menyalaminya.

Namun, kebahagiaannya tiba-tiba harus terputus. Pernikahan siri yang dilakukan pasangan ini dianggap tidak sah oleh pejabat terkait. Pasalnya, usia mempelai dipandang tak cukup jika diukur dengan aturan negara. Dalam UU Perkawinan Tahun 1974, usia yang legal untuk menikah bagi laki-laki 19 tahun, sedangkan perempuan 16 tahun. Sementara ZA berusia 14 tahun dan IB 15 tahun. Ternyata meski kecil, mereka telah berani memutuskan jadi pengantin.

Kehebohan perkawinan mereka pun tak hanya di kampungnya, Desa Tungkap, Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin, provinsi Kalimantan Selatan. Tapi juga telah viral di dunia maya. Video prosesi pernikahan mereka ramai jadi buah bibir. Dengan mahar 100 ribu rupiah, ZA mantap mengucapkan ijab kabulnya.

Meski orangtua mereka memberikan alasan bahwa pernikahan itu dilakukan karena kuatir akan terjadi “hal yang tidak diinginkan”, namun hukum negara tak bisa mentolerirnya.   Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise, mengatakan perkawinan anak yang terjadi di Kabupaten Tapin, Kalsel ini sudah dibatalkan. Sebagaimana dilansir oleh liputan6.com, usai temu media di kantornya. Menurutnya, kasus pernikahan di bawah umur ini sudah sering terjadi. Dan beberapa kasus pun sudah dibatalkan pula.

Masih dari liputan6.com, Komisioner Bidang Trafficking dan Eksploitasi Anak, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Ai Maryati Solihah menanggapi adanya kabar viral tersebut. Jika pernikahan tersebut benar adanya, Ai sungguh menyayangkan. Menurutnya, KPAI akan mendalami dan melakukan investigasi terkait hal itu. Sebab perkawinan usia kanak-kanak ini tak lazim dilakukan oleh KUA.

Banyak pihak berpendapat bahwa pernikahan dini berbahaya. Terutama jika ditilik dari segi medis. Karena usia di bawah 16 tahun bagi perempuan organ reproduksinya dianggap belum siap. Sehingga, remaja perempuan yang menikah usia dini berisiko mengalami masalah kesehatan reproduksi, seperti kanker leher rahim, trauma fisik pada organ intim, dan kehamilan berisiko tinggi (preeklampsia), bayi prematur, dan tingginya angka kematian ibu.

Selain itu, faktor ekonomi juga satu hal yang dipersoalkan. Anak di bawah umur masih terkategori usia sekolah, sehingga tak layak bekerja. Lalu darimana mereka bisa membiayai keluarganya?

Belum lagi secara psikologis, kematangan pemikirannya disangsikan mampu melewati berbagai ujian rumah tangga. Hingga sering terjadi pernikahan bubar dengan mudahnya. Apalagi kasus perceraian di Indonesia cukup tinggi, sekitar 350 ribuan di tahun 2016.(republika.co.id) Bahkan sebagaimana dilansir oleh gulalives.co,  meningkatnya jumlah pernikahan muda selama sepuluh tahun terakhir berbanding lurus dengan meningkatnya angka perceraian.

Pemerintah pun kemudian gencar melakukan sosialisasi program Genre, Generasi Berencana. Program yang diluncurkan oleh BKKBN ini bertujuan mencegah lajunya pernikahan dini di masyarakat. Sasarannya  ke kalangan remaja. Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Prof. Rizal Damanik, mengajak pemuda-pemudi di usia 12-24 tahun untuk merencanakan masa depan dengan baik. Karena itu, dia mengimbau agar pemuda-pemudi tidak menikah dalam usia muda, tidak melakukan hubungan intim pranikah, dan tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.(www.bkkbn.go.id)

Ada Apa Dengan Program Pencegahan Pernikahan Dini?

Program pencegahan pernikahan dini ini merupakan program yang dicanangkan oleh UNICEF (United Nations Childrens Fund), salah satu lembaga yang bernaung di bawah PBB. UNICEF mengestimasi setiap tahun 12 juta perempuan memutuskan menikah dini di seluruh dunia. Data dari Unicef tahun 2018 juga menyebutkan angka perkawinan anak di Indonesia berada di peringkat ke-7 se-Asia Tenggara. Ini peringkat yang cukup tinggi. Karenanya, Badan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan PBB menargetkan dunia bebas praktik pernikahan di bawah umur pada 2030 mendatang.

Namun di sisi lain, pencegahan pernikahan dini menyebabkan suburnya pergaulan bebas di kalangan remaja. Hingga seks bebas dan aborsi pun jadi perkara biasa. Perusakan terhadap generasi muslim pun semakin sempurna. Karena kebebasan berbuat yang lahir dari Sekulerisme telah menggejala. Hingga Islam dan Kapitalisme  seolah tiada beda. Padahal sejatinya tak ada yang sama dari keduanya.

Sistem pendidikan sekuler juga turut andil dalam membentuk karakter anak. Hingga saat memasuki usia baligh, anak tidak menunjukkan kematangan jiwa dan pemikirannya. Sekolah lebih berorientasi untuk mendapatkan ijazah. Kemudian mampu bersaing di bursa kerja. Sementara pola pikir dan pola sikapnya yang sesuai karakter Islam tak terbentuk dengan baik.  Alhasil, alih-alih membangun keluarga, membangun karakter dirinya saja masih perlu dibina. Pengerdilan jiwa para pemuda Islam ini memang buah diterapkannya Kapitalisme di negeri ini.

Pernikahan dalam Islam

Tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk melangsungkan keturunan yang akan melanjutkan kelestarian generasi. Penting bagi umat Islam untuk menjaga agar keturunan mereka tak punah. Agar Islam tetap menjadi pegangan umat manusia hingga akhir zaman.
Dalam Islam usia menikah ditentukan dengan syarat baligh. Jika seseorang telah baligh, maka dia siap memikul beban kewajiban dari Al Khaliknya. Maka sistem pendidikan Islam yang diterapkan turut membentuk karakter anak yang berkepribadian Islam yang mantap. Hingga anak  siap menjalankan semua syariat Islam yang dibebankan padanya saat usia baligh datang. Termasuk kewajiban memikul nafkah bagi laki-laki. Dan siap pula baginya untuk menikah.

Hukum asal menikah adalah Jaiz (diperbolehkan). Tapi akan menjadi wajib ketika seseorang telah mampu dan dia takut akan terjerumus pada zina. Mampu disini tentu terkait dengan banyak hal. Mampu secara pemikiran, mental, seksual, ekonomi dan mampu bertanggungjawab terhadap keluarga yang bakal dibangunnya.

Rasulullah Saw bersabda, "Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu menanggung beban, hendaklah segera menikah. Sebab, pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Siapa saja yang belum mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah perisai baginya." (Muttafaq'alaihi)

Menikah bukan sekedar ijab kabul dihadapan penghulu. Namun menikah merupakan "mitsaqon ghaliza",  perjanjian yang kokoh, yang melibatkan Allah Swt di dalamnya. Berijab dan kabul atas nama Allah untuk mengikatkan dua orang sejoli dalam ikatan suci dan halal.
Ikatan itu diharapkan akan melahirkan keturunan yang sholih. Dalam bangunan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Karenanya menikah itu bukan sekedar cara melampiaskan nafsu belaka. Tetapi membangun separuh agama. Hingga terlahirlah generasi Islam yang siap menyambut tongkat estafet kepemimpinan umat Islam yang mulia.

Maka, tak salah kiranya kecil-kecil jadi pengantin, selama syarat dan ketentuannya berlaku sesuai syariat Islam. Jika tidak sesuai syarat dan ketentuannya, jangan coba-coba untuk menikah. Wallahualam bish shawwab. []

Jumat, 20 Juli 2018

Mutiara dari Bumi Lambung Mangkurat

“Rambutnya yang cukup panjang dan disanggul rapi telah putus diterjang peluru. Sedang lengannya yang kiri ditembus pula oleh peluru yang lain sehingga badannya bergelimang darah. Baju dan celana compang camping, darahnya mengalir membasahi tubuh, namun air matanya tak pernah jatuh setetes pun menyesali perjuangannya itu. Wasiat almarhum ayah dan suaminya sebelum masuk perangkap Belanda tetap dipegang teguh.” (Anggraeni Antemas dalam artikelnya di Harian Utama edisi 26 September 1970 yang berjudul ‘Mengenang Kembali Perdjuangan Pahlawan Puteri Kalimantan Gusti Zaleha)

*****

Pada tahun 1880, tepatnya di Muara Lawung, daerah lembah sungai Barito, lahirlah seorang bayi mungil dari Nyai Salmah, isteri Sultan Muhammad Seman.  Bayi perempuan ini diberi nama Gusti Zaleha.  Perang Banjar yang bermula sejak tahun 1859, dan dipimpin langsung oleh Pangeran Antasari, telah mewarnai awal hidupnya. Karenanya, masa kecilnya telah lekat dengan nuansa perjuangan melawan kolonialisme Belanda.

Terlahir sebagai cucu Pangeran Antasari, seorang pejuang perang melawan Belanda di Kalimantan Selatan. Putri dari Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari ini bergelar Ratu Zaleha. Gelar ini diberikan tersebab seutas cincin yang diberikan ayahnya sebelum ayahnya wafat. Cincin yang hanya boleh dipakai oleh seorang Raja. Dan kala itu ayahnya, adalah seorang Raja Kerajaan Banjar yang terusir oleh Belanda. Dan sejak ayahnya mangkat, gelar Ratupun disematkan pada Zaleha. Sehingga namanya menjadi Ratu Zaleha.

Ratu Zaleha mewarisi darah bangsawan dari kakeknya, sekaligus darah seorang pejuang yang gigih mengusir serdadu Belanda keluar dari Bumi Lambung Mangkurat. Meski ditakdirkan sebagai perempuan, namun tak menghalanginya untuk mengangkat senjata dan bergerilya melanjutkan perjuangan ayah dan kakeknya.

Hingga beranjak remaja, Ratu Zaleha telah ikut berjuang bersama ayahnya. Keluar masuk hutan di Kalimantan guna menyusun strategi penyerangan terhadap penjajah Belanda. Dia juga meraih dukungan perjuangan dari suku-suku Dayak pedalaman, suku asli di Kalimantan.

Ada suku Dayak Dusun, Kenyah, Ngaju, Kayan, Siang, Bakumpai, Suku Banjar. Dan salah seorang tokoh perempuan Dayak Kenyah, bernama Bulan Jihad yang menjadi muallaf, ikut berjuang bersamanya.

Berdua dengan Bulan Jihad, Ratu Zaleha juga memberikan pengajaran kepada masyarakat Banjar.  Dia yang cerdas mampu mengajari anak-anak baca tulis huruf Arab Melayu dan ajaran agama Islam. Mereka berdua juga memberikan pendidikan tentang Islam dan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya kepada perempuan-perempuan Banjar yang terjajah oleh Belanda.

Kehidupan perjuangan dilaluinya dengan penuh semangat. Keluar masuk hutan, mendaki dan menuruni pegunungan sudah biasa dilakukannya. Apalagi dia menikah dengan seorang pejuang pula. Gusti Muhammad Arsyad, lelaki beruntung yang mempersuntingnya. Dari keturunan yang segaris dengannya.

Pasangan Ratu Zaleha dan Gusti Muhammad Arsyad memiliki satu kakek yang sama, yaitu Pangeran Antasari. Ayah kedua sejoli ini bersaudara. Mereka anaknya Pangeran Antasari dari ibu yang berbeda,  yaitu Gusti Muhammad Seman dan Gusti Muhammad Said. Semua dari keluarga kerajaan Banjar. Dan kehidupan perjuanganpun semakin menggelora dalam keluarganya, meski seharusnya mereka semua berada dalam istana. Namun, hidup di benteng-benteng pertahanan yang selalu berpindah-pindah justru lebih mereka pilih. Daripada menyerahkan urusan hidupnya di tangan kolonial Belanda.

Semangat perjuangan dari sang kakek tetap dipegang teguh keluarga Ratu Zaleha ini. Slogan perjuangan  "Haram Manyarah, Waja Sampai Kaputing" yang digaungkan kakeknya pertama kali, telah tertanam kuat dalam dirinya. Apalagi kolaborasi kekuatan jiwa ayah dan suaminya dalam perjuangan ini membuat Ratu Zaleha tak pernah berpatah arang dalam berjuang. Hingga dia mendapat julukan macan wanita yang terus melawan Belanda.

Kegigihannya dalam perjuangan ini membuat Belanda terus memburunya. Dia telah jadi target utama Belanda, karena Belanda menganggap kelompok keluarga _Pegustian_ (sebutan untuk kaum bangsawan Banjar) berbahaya bagi posisinya. Berbagai macam cara dan taktik diupayakan Belanda. Namun Ratu  Zaleha dan kelompoknya belum tertangkap jua.

Hingga pada tahun 1905 terjadi pertempuran sengit antara pasukan Ratu Zaleha dan ayahnya dengan Belanda. Dua kelompok ini berhadapan dan saling baku tembak. Pasukan Ratu Zaleha bertahan di benteng Manawing, Kalang Barah-Sungai Manawing di lembah Sungai Barito. Pasukan Belanda dipimpin oleh Letnan Hans Christoffel, seorang pemimpin yang berpengalaman di medan tempur Perang Aceh.
Kondisi alam di Sumatera yang mirip dengan Kalimantan, membuat  pasukan tentara marsose Belanda mampu menandingi kelihaian perang gerilya pasukan Ratu Zaleha.

Untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak. Meski segala daya upaya telah dikerahkan oleh seluruh pasukan Ratu Zaleha, namun takdir telah dituliskan. Ayahandanya tercinta Sultan Muhammad Seman gugur. Kesedihan mendalampun dirasakan Ratu Zaleha. Belum kering airmatanya tersebab sebelumnya suami terkasih dipaksa menyerahkan diri pada Belanda. Karena terdesak tak mampu melawan lagi, akhirnya sang suamipun rela diasingkan ke Buitenzorg (sekarang kota Bogor) pada 1 Agustus 1904.

Gugurnya Sultan Muhammad Seman menandai Perang Banjar berakhir, dimana benteng Manawing berhasil dikuasai Belanda. Hal ini memaksa Ratu Zaleha dan pasukannya, juga Nyai Salmah, ibunya untuk menyelamatkan diri. Meski airmata tak mampu disembunyikan, tetapi kekuatan jiwanya menuntutnya untuk tidak menyerah kepada lawan begitu saja. Tak pernah sekalipun airmatanya menetes karena penyesalan memilih jalan perjuangan ini.

Mereka memasuki daerah Lahey, kemudian lanjut ke Mea.  Ini merupakan sebuah perkampungan di tepian Sungai Barito,  tepatnya di daerah Teweh Hulu. Daerah ini dipandang cukup aman karena terisolir. Merupakan daerah pedalaman Kalimantan yang sulit ditembus bagi para pendatang dari luar yang tak kenal medannya.

Perjuangan belumlah usai. Belanda terus mengejar Ratu Zaleha. Posisinyapun tercium oleh Belanda. Ratu Zaleha tak kenal takut. Dengan bersenjatakan kelewang, senjata khas Kalimantan, diapun menebas leher para serdadu Belanda. Keberaniannya patut ditiru. Bahkan saat Belanda membakar hutan disekeliling persembunyiannya, dia tetap berusaha melakukan perlawanan.

Dia lari dan bersembunyi di salah satu rumah penduduk. Pemilik rumahpun membukakan pintu dan memberikan pelayanan padanya. Dipersilakan mandi dan disediakan baju ganti oleh si pemilik rumah. Tetapi, kebaikannya ternyata semu. Seusai Ratu Zaleha mandi dan telah wangi, ternyata pasukan Belanda telah menantinya. Diapun tak mampu berkutik lagi. Berpasrah diri pada Illahi saat dibawa pergi oleh sang penjajah. Ternyata, si pemilik rumah telah berkhianat pada perjuangan rakyatnya sendiri.

Ratu Zalehapun diasingkan ke Buitenzorg, menyusul suami tercinta. Begitupun ibunya, Nyai Salmah. Merekapun melewati hari-hari tuanya di pengasingan selama 30 tahun lebih. Di tahun 1937,  Belanda memulangkannya ke Banjarmasin.

Kondisi fisik yang mulai menua menyebabkan dia mulai sakit-sakitan. Begitupun sang suami. Dan manusia tak mampu menghalangi kala ajal datang menjemput. Gusti Muhammad Arsyad kembali keharibaanNya pada tahun 1941. Sementara Ratu Zaleha menyusul kemudian di tahun 1953, tepat pada tanggal 24 September. Dia dimakamkan di Komplek Makam Pahlawan Perang Banjar di Jalan Masjid Jami Banjarmasin. Berdekatan dengan kakeknya, Pangeran Antasari.

Ratu Zaleha adalah simbol kekuatan seorang perempuan. Kekuatan perjuangan dalam melawan penjajahan. Pengorbanan dan keteguhan hatinya layak ditiru oleh para pejuang saat ini. Khususnya para pejuang penegakkan syariat Islam. Dimana keberanian, kekokohan jiwa dan keyakinan akan kemenangan tergambar jelas dalam episode kehidupan Ratu Zaleha ini. Dialah satu mutiara dari Bumi Lambung Mangkurat. []

Laila Thamrin
Praktisi Pendidikan
(20072018)

Sumber :
1. http://pahlawanbanua.blogspot.com/2017/10/ratu-zaleha-aluh-idut-ketangguhan-2.html?m=1

2. http://googleweblight.com/i?u=http://kabarbanjarmasin.com/posting/ratu-zaleha-pahlawan-wanita-dari-kalimantan.html&hl=id-ID

3. https://googleweblight.com/i?u=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ratu_Zaleha&hl=id-ID

4. http://suluhbanjar.blogspot.com/2011/09/ratu-jaleha-srikandi-gagah-berani-dalam.html?m=0

#PR3
#FeatureBiografi
#PahlawanBanjar
#PejuangPerempuan
#PerempuanHebat

Kamis, 12 Juli 2018

Buka Mata Buka Hati #12

Kebahagiaan Dibalik Mudik Yang Tertunda

Bukan harta yang bikin orangtua bahagia. Tapi pertemuan dengan buah hati tercintalah jawabannya. Meski anak yang dirantau datang tanpa memberikan apapun, asalkan datang dengan sepenuh cinta pasti akan diterima dengan tangan terbuka. Terlebih jika sudah lama tak berjumpa, karena terhalang jarak dan kesibukan kerja.

*****
Mudik saat lebaran memang telah jadi tradisi di Indonesia. Termasuk di keluarga kecilku. Kebiasaan unik ini baru kurasakan sensasinya 17 tahun belakangan ini saja. Dulu, waktu lihat teman-teman kuliah pada sibuk membicarakan jadwal kepulangan mudiknya, aku cuma senyum dan sesekali nimbrung. Pernah terbersit dalam hatiku, "kapan ya aku bisa mudik kaya mereka?" Hehe..karena kuliahku hanya berjarak 40 kilometer dari rumahku.

Tapi, tak disangka-sangka, ternyata Allah dengar dan berikan aku kesempatan loh. Bahkan bisa mudik ke daerah paling ujung dari provinsiku. Ya, sejak aku menikah dengan seorang putra daerah Tabalong, salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan. Sejak itulah aku baru mengerti "penting"nya mudik. Dan akupun melakoninya dengan berbagai pernak-perniknya.

Seperti Lebaran tahun ini, meski rencana mudik sudah disusun, namun mudikku gagal. Pasalnya, anak-anak dan aku gantian sakit. Jadilah aku perawat merangkap jadi pasien juga.  Alhasil, terpaksa hanya suami yang  mudik. Karena setahun sudah tak pulang ke rumah orang tuanya.

Sedih juga aku gak bisa ikut mudik. Mertua dan adik-adik iparkupun menunggu kedatangan kami sekeluarga penuh harap. Ada terselip rasa kecewa ketika aku dan anak-anak tak ikut pulang.

"Sakit ya, kak?" tanya adik iparku lewat sambungan telpon pas suami sudah sampai di sana.
"Iya, dik. Anak-anak terserang cacar air. Mulai si tengah, si bungsu, sampai si sulung. Bahkan aku juga ikut terjangkit." jawabku sedih.
"Subhanallah. Semoga cepat pulih lagi ya, kak." sambungnya.

Begitupun kala suami cerita kalau Mama dan Abah menyambut kedatangannya sembari berkata, "Kenapa anak-anakmu gak ikut, Rizal?" kepada suamiku. Nampak sekali kerinduan beliau terhadap cucu-cucunya. Maklumlah, kami tinggal lumayan jauh dari rumah mereka.
Kabupaten Tabalong itu berjarak kurang lebih 232 kilometer dari kota Banjarmasin, kota kelahiranku sekaligus daerah tinggal kami sekarang. Jarak tempuh yang memakan waktu 7-8 jam lewat darat ini cukup melelahkan. Dan bagi anak bungsuku bahkan memabukkan. Mabuk darat. Sampai dia sering muntah-muntah jika mudik. Lemes jadinya.

Apalagi ongkosnya, terasa lumayan besar ketika Lebaran datang. Karena biasanya akan naik sekitar 20-30% dari harga normal. Dari yang seharga 75 ribu perorang normalnya, bisa sampai 100 ribu perorang saat musim mudik. Bayangkan saja, kalau kami pulang berlima. Balik juga berlima. Tambah menu camilan dan makan berat di jalan. Wah, tentu bagi kami, semua perlu perhitungan. Entahlah bagi mereka yang berduit banyak.

Ini bukan perkara aku dan suami hitung-hitungan ya untuk urusan berbakti pada orangtua. Bukan itu. Tapi semata-mata perkara uangnya yang kadang tak cukup. Tersebab itulah, minimal setahun sekali mudik rasanya sangat pas bagi ukuran kantong suamiku. Kan aku tanggungan suamiku. Hehehe.... Dan orangtua pun memahaminya. Sehingga tiap lebaran pasti aku dan keluarga dinanti-nanti oleh Mama dan Abah di kampung halaman.

****
Hampir sebulan syawal kujalani. Musim mudikpun sudah lama berlalu. Tapi anak-anak masih libur sekolahnya. Aku pun sudah kembali sehat. Tiba-tiba suami berkata, "Kita mudik yuk, Mi! Mumpung anak-anak masih libur sekolah. Sekalian jenguk Mama, beliau lagi kurang sehat."
Aku terperangah. Yang terbersit dibenakku hanya satu, ongkosnya! Akupun langsung berucap, "Ongkosnya gimana, Bi? Anak-anak sebentar lagi sekolah. Keperluan sekolahnya juga belum terbeli."
"Alhamdulillah, Abi dapat rezeki lebih. InsyaAllah cukup buat kita sewa mobil aja dan berangkat semua."
"What? Sewa mobil? Bukannya tambah mahal?" ucapku
"Gak papa. Sekali-sekali. Mumpung uangnya ada dan cukup." kata suamiku dengan mata berbinar.

Aku kayak dapat durian runtuh deh. Hehe...karena biasanya kalau mudik yang pertama dihitung pasti ongkosnya. Dan ini tiba-tiba suami malah nawarin sewa mobil yang tentu saja agak lebih mahal.

Sempat sih terucap pada suami mending uangnya disimpan aja buat keperluan renovasi rumah yang belum kelar. Tapi suami bilang, kalau uang seberapapun diniatkan untuk membahagiakan orangtua, insyaAllah nanti Allah ganti dengan yang lebih baik.
Glek! Akupun tersadar. Benar juga kata suamiku. Akupun manut saja. Berharap Allah akan berikan yang terbaik untuk semuanya.

Akhirnya, persiapanpun dilakukan. Pilih tanggal yang pas. Berapa hari mau mudiknya. Cari tempat penyewaan mobil. Tanya-tanya teman harga kisarannya. Pokoknya sibuk deh.

Apalagi ingat kalau ibu mertuaku sempat sakit kakinya pas lebaran kemarin. Dan kata Abah, sehari setelah suamiku balik ke Banjarmasin,  Mama sempat dibawa ke IGD. Ngilu di kaki kiri Mama sampai bikin beliau hampir tak kuat menahannya. Bahkan tak mampu dipakai untuk berjalan. Selera makan beliaupun hilang. Jadinya asupan energi tak ada masuk. Tentu saja tubuh beliau ikut lemes.

Beruntung, beliau dibolehkan rawat jalan. Namun, harus dapat asupan nutrisi pengganti dari selang infus. Dan tambah beruntung lagi, salah satu mantu Mama seorang perawat di rumah sakit Tabalong. Adik ipar suamiku. Allah Maha Pembuat Skenario.

*****
Singkat cerita, aku sekeluarga memilih mudik di hari Minggu pagi. Anak-anakpun ternyata lebih enjoy menikmati perjalanan mudiknya. Meski tetap diwarnai mabuknya si bungsu dan beberapa kali muntah selama diperjalanan.

Delapan jam lamanya kami tempuh tuk menyusuri jalan menuju Kabupaten Tabalong.  Hingga jam 5 sore kami pun sampai. Dan meluncurlah mobil abu-abu metalik yang kami kendarai tepat di halaman rumah Mama dan Abah. Klaksonpun dibunyikan suamiku. Tiin...tiin!

"Assalamu'alaikum!" Suamiku mengucap salam seraya melongok ke pintu samping. Kebetulan Mama sedang duduk di ruang tengah rumah itu. Ruangan ini berhubungan langsung dengan pintu samping yang menuju ke teras depan rumah. Jadi, sejurus beliau tengok keluar pintu, mobil kami yang parkir di halamanpun jelas terlihat.

Beliau terperanjat. Tak mengira putra sulungnya ada di hadapannya. Plus menantu dan cucu-cucunya. Beliau membalas salam sambil berdiri dan menyongsong suamiku.

Semringah sekali raut muka beliau. Takjub dan bahagia jelas sekali terpancar di mata beliau. Kusalami Mama dengan penuh takzim. Beliau cium kedua pipiku. Pun anak-anakku.

Beliau bilang, "Aku benar-benar tak menyangka kalau kalian semua yang datang. Kukira tadi itu mobil Annisa. Tapi pas masuk ke rumah ternyata Rizal yang datang." ungkap beliau penuh bahagia. Annisa adalah adik perempuan suamiku.

"Ayo, bawa masuk semua barangnya. Sini,  kita bikin minuman hangat." ajak beliau.
"Nggih, Ma." jawabku.
"Rizal, cepat telpon Abah. Tadi barusan Abah ke rumah Annisa. Suruh segera pulang. Sekalian Annisa suruh juga kesini." kata Mama bersemangat.

Suamikupun segera meraih gawainya, dan ngobrol dengan Abah. Rumah Annisa hanya berjarak kurang lebih 50 meter dari rumah Mama. Jadi sekitar lima menit saja Abah sudah nongol. Langsung memanggil nama anak-anakku. Masya Allah...ternyata benar, kakek dan nenek itu kecintaannya pada cucu-cucunya jauh lebih nampak ekspresinya daripada ke anak-anaknya. Meskipun aku yakin, cinta kepada anaknya tentu juga takkan berkurang sedikitpun.

Bahagiapun kurasakan hari itu. Meski tubuh ini letih melalui perjalanan yang cukup panjang. Apalagi kadang sport jantung gara-gara jalan yang penuh tantangan. Namun semua tiba-tiba sirna ketika melihat kebahagiaan Mama dan Abah dengan kedatanganku sekeluarga. Dan uniknya, beliau tak pernah bertanya oleh-oleh apa yang dibawakan anaknya. Tak pernah sekalipun. Justru semua yang beliau punya dikeluarkan untuk anak, menantu dan cucu-cucunya.

Inilah letak kebahagiaan hakiki yang hanya bisa didapatkan tatkala bertemu orangtua. Jika tak mudik ke kampung halaman, takkan pernah merasakan kebahagiaan ini. Terlebih bagi para perantau yang sudah merantau jauh dari kampungnya.

Makanya, para perantau pasti bela-belain buat mudik tiap tahun. Karena rasa ini takkan bisa diungkapkan sempurna dengan kata-kata dan tulisan. Hanya perbuatan yang bisa melukiskan betapa indahnya rasa ini. Rasa bahagia tak bertepi kala bertemu dengan keluarga di kampung, khususnya orangtua tercinta.

Disinilah aku belajar arti sebuah kebahagiaan ketika berkumpul bersama orangtua. Salah satu bukti cinta dan bakti anak kepada ayah ibunya. Wujud birrul walidain yang diperintahkan agama. Rugi besar jika kita abaikan mereka dimasa tuanya. Apalagi jika keduanya masih hidup. Karena dari merekalah keberkahan hidup di dunia kan kita peroleh. Bahkan pintu surgapun kan terbuka untuk kita karenanya.

Sebagaimana firman Allah Swt dalam Alquran yang artinya :

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia.” (QS. al-Isra’ : 23)

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(QS. Al-Isra' : 24)

 Alhamdulillah, meski mudikku sekeluarga tertunda, namun kebahagiaan tetap menyeruak saat berjumpa dengan Abah dan Mama. Karena berjumpa dengan orangtua  tak harus menanti Lebaran tiba. Kapan saja jika ada kesempatan dan waktunya, datangilah mereka. Karena bagi orangtua anak adalah permata hati yang takkan berubah posisinya sejak lahir hingga kapanpun jua.[]

Laila Thamrin
(Handil Bakti, 12072018)

Kamis, 05 Juli 2018

BUKA MATA BUKA HATI #11

Mengejar Ilmu Tanpa Zonasi

Dua pekan ini dunia pendidikan sedang musim penerimaan siswa baru. Pekan kemarin Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA. Dan pekan ini PPDB SMP. Riuh banget deh.

Ternyata di Indonesia tak hanya ada musim panas dan musim penghujan loh. Ada musim durian, musim rambutan, musim mangga, musim banjir, musim pilkada, musim tawuran, musim mudik, musim liburan. Dan ini lagi musim cari sekolah baru. Hehehe...banyakkan musimnya. 😅

PPDB online yang diselenggarakan hampir di seluruh Indonesia, khususnya kota-kota besar mulai berlaku. Termasuk di kota kami, Banjarmasin. Meski tahun kemaren sudah diberlakukan juga. Namun tahun ini diklaim lebih baik sistemnya dari tahun yang lalu.

Pelaksanaan sistem ini mengacu pada peraturan terbaru tentang PPDB yakni Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018. Salah satunya pengaturan penerimaan siswa berdasarkan zonasi, usia dan nilai.

Tiga item ini yang menseleksi siswa secara berurutan. Jadi zona tempat tinggal siswa yang mendaftar diukur dari kedekatan dengan sekolahnya akan mempengaruhi siswa itu bisa diterima atau tidak. Kemudian seleksi berikutnya adalah usianya. Dan yang terakhir nilai.

Tujuan pemerintah patut diapresiasi. Karena diharapkan ada pemerataan siswa yang memasuki sekolah negeri yang tersedia di suatu wilayah. Namun yang cukup banyak dikeluhkan pendaftar adalah masalah administrasi yang cukup rumit. Karena pendaftaran harus dilalui dua langkah. Online dan offline juga.

Jadi bisa dibayangkan, antrian mengular tiba-tiba terjadi di satu sekolah. Karena setelah daftar online, calon siswa harus verifikasi datanya lagi secara offline ke sekolah yang dituju. Bahkan ada kejadian, yang pingsan justru ibunya calon siswa. Gara-gara kelamaan antri di sekolah tersebut. Zonasi memang bikin sensi ya. 😁

Pendidikan memang tak pernah lepas dari masyarakat. Pendidikan adalah bagian hidup umat dan kebutuhan mendasar pula. Rasulullah Saw sendiri pernah bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim" (HR. Ibnu Majah)

Siapapun yang belajar dan terus belajar, maka pahalapun mengalir kepadanya. Apalagi ilmu yang diserapnya merupakan ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat.
Terlebih  jika ilmu yang didapatnya disebarkannya kembali kepada orang lain, maka keberkahan dan pahalapun akan berlipat-lipat mengalir kepadanya.

Seperti yang disabdakan Rasulullah Saw, "Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan maka baginya pahala seperti pahala pelakunya”. (HR.Muslim)

Dalam Islam, pendidikan bertujuan membentuk sosok manusia yang berkepribadian Islam. Yang menjadikan aqliyah(pemikiran) dan nafsiyah (sikap/perilaku) pada seseorang bersandarkan pada Islam semata. Agar setiap aktivitasnya tak keluar dari jalur syariat Allah. Dan tak melenceng dari sunnah Rasulullah.

Namun tak pernah ada pembatasan waktu bagi siapapun untuk belajar. Kecil, besar. Muda, tua. Kaya, miskin. Laki-laki, perempuan. Semua punya hak yang sama untuk belajar. Kapan saja, dan dimana saja.

Begitu pula tempat tinggal, tak akan menghalangi seseorang untuk melangkahkan kakinya ke daerah lain untuk menuntut ilmu. Sebagaimana Rasulullah Saw pernah bersabda, "Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat." (Al Hadits)

Sekolah selayaknya disiapkan oleh negara dengan berbagai fasilitas pendukungnya. Agar setiap sekolah sama kualitasnya. Baik sarana dan prasarananya, maupun para pengajarnya. Hingga tak ada pengkotakan sekolah jadi sekolah favorit dan tak favorit. Atau sekolah unggulan dan sekolah pinggiran. Yang bisa membuat "gap" di masyarakat bagi para lulusannya.

Tapi, jangan salah ya. Sekolah itu bukan semata untuk memudahkan cari kerja. Sekolah itu punya tujuan mulia, yaitu mencerdaskan seseorang. Dan setiap upaya para siswanya belajar sungguh-sungguh akan diberi imbalan pahala oleh Allah.

Nah, jika ada yang sekolah atau kuliah tapi malas-malasan belajarnya, suka bolos saat jam pelajaran, suka nyontek saat ulangan atau ujian, kira-kira bisa pinter gak? Trus pahala dari Allah bisa didapatkan gak ya? Coba deh, ortu aja nih kalo anaknya gak berkelakuan baik biasanya enggan kasih reward kan? Bagaimana dengan orang yang ogah-ogahan belajar, kira-kira layakkah dapat reward dari Allah?

Karenanya pantaskan diri kita untuk terus jadi seorang pembelajar yang baik di mata Allah.  Yang bersungguh-sungguh kala menuntut ilmu. Yang selalu menghadirkan ruh saat belajar. Dimana kita beraktifitas dengan keyakinan penuh bahwa Allah mengawasi kita. Hingga tak mudah kita meninggalkan kewajiban dan melakukan kemaksiatan.

Jika sudah begini, yakinlah belajar kita kan dapat pahala dari Allah. InsyaAllah. Meski dalam belajar itu kita masih banyak bengongnya karena belum faham. Makanya kudu rajin mengulang dan membersamai buku pelajaran. Semua upaya pasti ada nilainya di sisi Allah.

Jadi, selalu niatkan kita belajar untuk dapat pahala dari Allah. Bukan sekedar dapat nilai tertinggi dari sang guru. Nilai itu bonus saja, saat belajar kita sudah lillahi ta'ala. Setiap langkah kita berjalan menuju sekolah atau majelis ilmu lainnya akan dicatat sebagai amal shalih oleh Allah Swt.

Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)

Tersebab itu semua, mengejar ilmu tak terhalang oleh usia, jenis kelamin, materi. Apalagi hanya sekedar zona tinggal.

Ingatlah selalu firman Allah Swt :
"…  Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah : 11)

"... Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az-Zumar : 9)

Laila Thamrin
05072018

#revowriter
#WCWHbatch2
#IslamSelamatkanNegeri
#IslamKaffah
#IslamRahmatanLilAlamin

Senin, 02 Juli 2018

Buka Mata Buka Hati #10

MENAPAKI POROS SURGA

Kemarin saya ikut Halal bi Halal dengan teman-teman pengajian. Alhamdulillah banyak tercerahkan dengan tausiyah ustaznya. Pulangnya ternyata terjebak macet di beberapa ruas jalan. Untung saya dan suami naik motor. Meski motor butut, tapi kendaraan ini yang selalu mengantarkan saya wara-wiri membelah belantara kota.

Dan jangan salah, dengan si bebek ini kemacetan bisa ditembus lebih cepat dibanding mobil-mobil mengkilat beroda empat. Mereka masih setia antri dan menguji kesabaran para penumpangnya. Wa bil khusus si sopir. Hehe..😁

Eh iya, bicara macet nih...biasanya barisan motor bebek dan sejenisnya, akan selalu cari celah supaya bisa terus maju. Andai punya sayap mungkin langsung terbang deh sekalian. Hihihi...

Dan para "bebekers" ini biasanya paling jago cari "jalan tikus" alias jalan-jalan tembus yang bisa mempercepat sampai ke tujuan. Bisa jalan-jalan yang melewati kompleks perumahan tertentu. Bisa pula memang jalan alternatif yang dibangun pemerintah, namun bukan jalan propinsi. Bingung kan? Hahaha...pokoke intinya jalan yang bisa mempercepat sampai ke tujuan. Gitu ajah...😁.

Dan kamipun berpikiran yang sama dengan "bebekers" yang lain. Pilih jalan alternatif. Harapan hati, jalan yang dipilih bisa lebih lengang dan tak berjubel. Tapi, apa hendak dikata, ternyata hampir semua orang punya pikiran yang serupa. Termasuk sopir si roda empatpun pilih jalan yang sama.

Oh my God, bisa dibayangkan bukan? 😱 Ternyata, jalan menelikung tetap resikonya kemacetan, kepanasan, kegerahan. Ditambah emosi pengendara yang naik turun. Pasalnya,  semua pada cari celah untuk saling mendahului, agar segera terbebas dari macet. Antara tangan memutar gas dan kaki menginjak rem jadi saling berlomba-lomba. Hedeuh..maunya enak, tak tahunya tambah payah. Capek deh!

Andai tadi kami memilih jalur utama, bisa jadi takkan semacet ini. Karena dulu pernah kami alami, orang-orang memilih jalur alternatif dengan pemikiran yang serupa, anti macet. Tapi kami tetap berada di jalur utama. Anti mainstream lah dengan pilihan orang kebanyakan. Meski jalannya agak lebih jauh. Ternyata justru gak macet dan gak bising. Malah lebih enjoy dan tenang. Hingga sampai dengan selamat tanpa banyak menginjak pedal rem.

*****

Kalau memilih jalan di jalan raya saja kita harus berada pada jalur utama, apatah lagi memilih jalan hidup ya. Gak main-main loh ini. Jalan hidup menentukan jalan kita setelah mati.

Sebagai muslim, tak cukup yang dibawa amal salih seadanya. Tapi amal salih yang sekiranya bisa terus bertambah setiap saat.
Allah SWT memerintahkan kepada muslim untuk hanya mengikuti jalan Islam. Serta tidak mengikuti jalan-jalan lain selain Islam.

Sebagaimana ditegaskan Allah dalam firmanNya :
"Sungguh inilah jalan-Ku yang lurus. Karena itu ikutilah jalan itu dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan lain karena bisa menceraiberaikan kalian dari jalan-Nya. Demikianlah kalian diperintahkan agar kalian bertakwa." (QS. al-An'am [6] : 153)

Menurut Imam as Samarqandi dalam kitab tafsirnya, Bahr al-'Ulum (1/495), ayat ini bermakna bahwa Islam sebagai agama yang lurus. Karena itu ikutilah jalan Islam. Janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain, yakni jalan kaum Yahudi dan Nasrani. Hanya dengan menetapi jalan Islam dan menjauhi jalan-jalan lain selain Islam, kita akan menjadi orang yang bertakwa. (Dikutip dari Buletin Dakwah Kaffah edisi 044/23Ramadan1439H)

Lihat saja sekarang, betapa banyak kaum muslimin yang menelikung dari jalan Islam. Bermesraan dengan Yahudi dan Nasrani. Berjabat tangan dan berangkulan dengan Kapitalisme Sekuler. Mengusung demokrasi. Lalu menginjak-nginjak harga dirinya sendiri sebagai umat Islam. Mengkhianati kaum muslimin lain yang masih taat pada Rabbnya.

Bahkan mereka yang menelikung ini  pula yang mengadudomba sesama muslim. Mengkotak-kotakkan umat ke dalam Islam Liberal, Islam Radikal, Islam Moderat, Islam Nusantara dan lebeling Islam lainnya. Hingga memunculkan stigma negatif kepada para pejuang syariah dan khilafah.

Apakah "jalan tikus" seperti ini yang akan membahagiakan mereka di akhirat kelak? Padahal jalan ke surga ditentukan oleh jalan yang dipilihnya di dunia. Dan kehidupan dunia ini hanyalah kehidupan semu yang nikmatnya hanya sesaat. Yang bisa melenakan manusia, hingga jalan ke surga menjadi terhalang oleh silaunya harta dunia.

Ya, disisi ibadah mereka masih mengambil Islam. Salat, puasa, bayar zakat, berhaji, menikah atau bercerai, mengurusi jenazah, semua masih dengan aturan syariat Islam. Namun, muamalah mereka merujuk pada hukum-hukum dari jalan hidup yang lain.

Ekonomi berbasis kapitalisme jadi pegangan. Pendidikan sekuler digalakkan. Politik dengan demokrasi disanjung dan diagungkan. Interaksi  sosialnya yang mengusung kebebasan (liberalisme). Apakah yang seperti ini kan menggiring umat pada ketakwaan yang hakiki?

Padahal sejatinya menurut Umar bin Abdul Azis ra yang diabadikan dalam Kitab at-Taqwa oleh Ibn Abi Dunya,  "Takwa kepada Allah itu bukan dengan sering shaum di siang hari, sering salat malam, atau sering melakukan keduanya. Akan tetapi takwa kepada Allah itu adalah meninggalkan apa saja yang diharamkan dan melaksanakan apa saja yang diwajibkan."

Allah SWT berfirman, "Berkatalah Rasul,"Tuhanku, sungguh kaumku telah menjadikan Alquran ini suatu yang diabaikan." (QS. Al Furqon [25] : 30)

Maka berpalingnya umat Islam dari Alquran inilah yang membuat ketakwaan hakiki sulit diraih. Kecuali jika semua muslim segera kembali ke jalan Islam. Jalan yang akan menghantarkan setiap muslim ke surgaNya.

Dan jalan ini tak cukup jika hanya individu per individu saja yang menapakinya. Harus semua masyarakat menjalaninya. Termasuk negara sebagai institusi utama yang mengarahkan semua rakyatnya. Negaralah yang punya kekuatan besar untuk mengarahkan rakyatnya menapaki jalan ini.

Karenanya, tetaplah dalam jalan Islam ini. Jalan utama yang meski banyak yang melewati dia pasti  akan sampai ke tujuan hakiki. Meski akan banyak onak dan duri, namun jalan ini tetaplah jalan yang terbaik. Yang menjadikannya sebagai poros utama ke surgaNya.

Laila Thamrin
02Juli2018/18Syawal1436H

#SyawalBersamaRevowriter
#GerakanMedsosUntukDakwah
#DakwahMengguncangDunia
#IslamKaffah
#IslamRahmatanLilAlamin
#IslamPorosSurga
#IslamSelamatkanNegeri

Senin, 25 Juni 2018

Buka Mata Buka Hati #09

KEMBALI

Allah Swt berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ إِلَّا مَتٰعُ الْغُرُورِ

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran : 185)

Ya, setiap makhlukNya pasti kan kembali lagi kepada Sang Khalik. Dia lah yang berkuasa menetapkan kapan manusia dilahirkan ke dunia dan kapan harus kembali lagi.

Dunia hanyalah persinggahan sementara. Ayah, ibu, saudara, isteri, suami, anak, kerabat dan sahabat hanya menemani sementara. Lahir sendiri dan kembalipun sendiri. Hanya satu yang menemani, amal sholih.

Hari ini semua bersedih, tersebab seorang Da'i telah dipanggil oleh Sang Khalik. Seorang da'i yang menginspirasi banyak orang. Karena hijrahnya yang fenomenal ditengah ketenarannya sebagai rocker terkenal papan atas Indonesia tahun 1990-an silam. Dan di tahun 1996 dia memutuskan untuk hijrah. Meninggalkan panggung seninya. Dan beralih pada jalan dakwah.

Ya, siapa yang tak kenal KH. Hari Moekti. Ceramahnya menghentak. Membuat tiap kepala yang mendengarnya berpikir ulang tentang dirinya masing-masing. Tak kenal takut. Tanpa tedeng aling-aling menyampaikan kebenaran, meski kecut kan dirasakan jama'ah yang hadir. Namun kehadirannya selalu dinantikan. Selalu dirindukan. Membludak selalu jama'ahnya.

Beliau salah seorang pejuang terdepan penegakan syari'ah dan khilafah. Mendakwahkan Islam kepada umat Islam di seluruh pelosok Indonesia. Tak kenal lelah. Meski harus menempuh jalan yang jauh.

Selamat jalan Ustaz. Semoga dari lisanmu banyak membawa kebaikan dan perubahan pada banyak orang. Dan mengalirkan pahala untukmu. Sebagai bekalmu di yaumil hisab.

Semoga kami pun kan selalu melakukan kebaikan dan keta'atan sepertimu. Dan istiqomah dalam jalan Islam ini. Aamiin.

Laila Thamrin
25062018

#inmemoriam
#UstazHariMoekti
#pejuangsyariahdankhilafaha

IED MUBARAK

Jepretan
kemacetan kala mudik dan lelahnya menenteng sejibun tas. Wajah kuyu, lelah dan bermandikan keringat tak lupa diupload bersama sejuta harapan bertemu keluarga besar di udik. Namun semangat lebaran memompakan energi yang tak terkira besarnya. Hingga semua kepenatan fisik dan psikis terbang bagaikan angin. Tak berbekas. Apalagi terbayang muka emak, abah, nenek, kakek, keponakan, adik-kakak, dan semua handai taulan di kampung. Kami Pulang....

Idulfitri pasti memberikan cerita seru dan membahagiakan.  Lihat saja, linimasa medsos bertabur kebahagiaan. Kalaupun disela-sela kebahagiaan terselip cerita sedih yang tak diharapkan, akan segera di"skip" sementara. Agar kebahagiaan tetap terpancar di hari nan fitri ini.

Ketemu keluarga besar pasti seneng tak terkira. Sampai kadang "lupa diri". Ngobrol ngalor ngidul, tapi jangan lupa jaga lisan! Ngobrol seperlunya. Bahagia sepuasnya. 😄

Idulfitri juga ternyata membawa keberkahan pada semua. Rezeki berlimpah, dari mulai makanan, minuman hingga ada yang berbagi uang di hari Lebaran. MasyaAllah....
Eh ada juga loh pemutihan utang, senengnya...alhamdulillah, barakallahu alaikum. 😊

Moga momen Idulfitri kali ini benar-benar menjadi pembuka bagi kebaikan kita seterusnya. Awal perubahan untuk terus istiqomah. Sudah terbiasa mengerjakan yang sunnah selama Ramadan, moga terus berlanjut diluar Ramadan. Kewajiban utama jangan sampai ditinggalkan. Apalagi kewajiban dakwah yang sangat urgen untuk perubahan umat pada kebaikan. Agar kejayaan Islam kembali lagi ke pangkuan kaum muslimin.

Happy Ied Mubarak ! 😍😍

Laila Thamrin
17Juni2018
03Syawal1439H

#latepost
#iedmubarak
#idulfitribersamarevowriter
#syawal
#happyfamily

Rabu, 13 Juni 2018

Buka Mata Buka Hati #08

DETIK PERPISAHAN

Setiap perjumpaan pasti ada perpisahan. Dan setiap perpisahan sering meninggalkan kesedihan. Meski tetap berharap kan berjumpa kembali nanti.

Hari ini usia Ramadan yang ke-29. Sekejap lagi dia akan pergi meninggalkan kita. Padahal rasa baru saja bertemu. Baru saja menikmati perubahan pola makan. Perubahan perilaku yang diajarkan Ramadan. Menjadi lebih belajar sabar, rendah hati, khusuk beribadah, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Bahkan obral pahala dari Rabb semesta alam pun begitu besar. Apalagi disepuluh hari terakhir Ramadan.

Rasulullah Saw bersabda :

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah lailatul qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir Ramadhan (HR. Bukhari)

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah ra Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa menghidupkan malam Laylatul Qadar dengan iman dan mengharap ridho ALLAH SWT maka diampuni dosanya yang terdahulu, dan barangsiapa berpuasa Ramadhan dalam Iman dan mengharap ridho ALLAH SWT maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari)

Gunakan kesempatan terakhir dipenghujung Ramadan ini untuk berdekatan dengannya. Peluk erat Ramadan. Jangan biarkan sisa malam terakhir ini kita lewatkan begitu saja. Tahan kantuk kita, buka mushaf, gelar sajadah dan sholatlah, perbanyak zikir, mohon ampunan sebanyak-banyaknya, dan berdoalah untuk kejayaan Islam.

Berdoalah di detik perpisahan dengan Ramadan ini agar dakwah Islam terus menggelora. Menyelusup keseluruh lapisan umat dan relung-relung jiwa mereka. Mengokohkan barisan para pejuang syariatNya. Menguatkan pundak para pengusung tegaknya Khilafah Rasyidah dimuka bumi ini.

Agar Allah jadikan Ramadan tahun ini terakhir tanpa Khilafah. Dan tahun depan kita bertemu kembali dengan Ramadan yang berbeda. Dalam satu naungan, satu kepemimpinan dan satu hati. Di bawah panji-panji Rasulullah. Khilafah Rasyidah ala minhajin nubuwwah.

Laila Thamrin
13062018-Malam
29Ramadan1439H

#RamadanBersamaRevowriter
#MenggapaiLailatulQadar