Senin, 02 Juli 2018

Buka Mata Buka Hati #10

MENAPAKI POROS SURGA

Kemarin saya ikut Halal bi Halal dengan teman-teman pengajian. Alhamdulillah banyak tercerahkan dengan tausiyah ustaznya. Pulangnya ternyata terjebak macet di beberapa ruas jalan. Untung saya dan suami naik motor. Meski motor butut, tapi kendaraan ini yang selalu mengantarkan saya wara-wiri membelah belantara kota.

Dan jangan salah, dengan si bebek ini kemacetan bisa ditembus lebih cepat dibanding mobil-mobil mengkilat beroda empat. Mereka masih setia antri dan menguji kesabaran para penumpangnya. Wa bil khusus si sopir. Hehe..😁

Eh iya, bicara macet nih...biasanya barisan motor bebek dan sejenisnya, akan selalu cari celah supaya bisa terus maju. Andai punya sayap mungkin langsung terbang deh sekalian. Hihihi...

Dan para "bebekers" ini biasanya paling jago cari "jalan tikus" alias jalan-jalan tembus yang bisa mempercepat sampai ke tujuan. Bisa jalan-jalan yang melewati kompleks perumahan tertentu. Bisa pula memang jalan alternatif yang dibangun pemerintah, namun bukan jalan propinsi. Bingung kan? Hahaha...pokoke intinya jalan yang bisa mempercepat sampai ke tujuan. Gitu ajah...😁.

Dan kamipun berpikiran yang sama dengan "bebekers" yang lain. Pilih jalan alternatif. Harapan hati, jalan yang dipilih bisa lebih lengang dan tak berjubel. Tapi, apa hendak dikata, ternyata hampir semua orang punya pikiran yang serupa. Termasuk sopir si roda empatpun pilih jalan yang sama.

Oh my God, bisa dibayangkan bukan? 😱 Ternyata, jalan menelikung tetap resikonya kemacetan, kepanasan, kegerahan. Ditambah emosi pengendara yang naik turun. Pasalnya,  semua pada cari celah untuk saling mendahului, agar segera terbebas dari macet. Antara tangan memutar gas dan kaki menginjak rem jadi saling berlomba-lomba. Hedeuh..maunya enak, tak tahunya tambah payah. Capek deh!

Andai tadi kami memilih jalur utama, bisa jadi takkan semacet ini. Karena dulu pernah kami alami, orang-orang memilih jalur alternatif dengan pemikiran yang serupa, anti macet. Tapi kami tetap berada di jalur utama. Anti mainstream lah dengan pilihan orang kebanyakan. Meski jalannya agak lebih jauh. Ternyata justru gak macet dan gak bising. Malah lebih enjoy dan tenang. Hingga sampai dengan selamat tanpa banyak menginjak pedal rem.

*****

Kalau memilih jalan di jalan raya saja kita harus berada pada jalur utama, apatah lagi memilih jalan hidup ya. Gak main-main loh ini. Jalan hidup menentukan jalan kita setelah mati.

Sebagai muslim, tak cukup yang dibawa amal salih seadanya. Tapi amal salih yang sekiranya bisa terus bertambah setiap saat.
Allah SWT memerintahkan kepada muslim untuk hanya mengikuti jalan Islam. Serta tidak mengikuti jalan-jalan lain selain Islam.

Sebagaimana ditegaskan Allah dalam firmanNya :
"Sungguh inilah jalan-Ku yang lurus. Karena itu ikutilah jalan itu dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan lain karena bisa menceraiberaikan kalian dari jalan-Nya. Demikianlah kalian diperintahkan agar kalian bertakwa." (QS. al-An'am [6] : 153)

Menurut Imam as Samarqandi dalam kitab tafsirnya, Bahr al-'Ulum (1/495), ayat ini bermakna bahwa Islam sebagai agama yang lurus. Karena itu ikutilah jalan Islam. Janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain, yakni jalan kaum Yahudi dan Nasrani. Hanya dengan menetapi jalan Islam dan menjauhi jalan-jalan lain selain Islam, kita akan menjadi orang yang bertakwa. (Dikutip dari Buletin Dakwah Kaffah edisi 044/23Ramadan1439H)

Lihat saja sekarang, betapa banyak kaum muslimin yang menelikung dari jalan Islam. Bermesraan dengan Yahudi dan Nasrani. Berjabat tangan dan berangkulan dengan Kapitalisme Sekuler. Mengusung demokrasi. Lalu menginjak-nginjak harga dirinya sendiri sebagai umat Islam. Mengkhianati kaum muslimin lain yang masih taat pada Rabbnya.

Bahkan mereka yang menelikung ini  pula yang mengadudomba sesama muslim. Mengkotak-kotakkan umat ke dalam Islam Liberal, Islam Radikal, Islam Moderat, Islam Nusantara dan lebeling Islam lainnya. Hingga memunculkan stigma negatif kepada para pejuang syariah dan khilafah.

Apakah "jalan tikus" seperti ini yang akan membahagiakan mereka di akhirat kelak? Padahal jalan ke surga ditentukan oleh jalan yang dipilihnya di dunia. Dan kehidupan dunia ini hanyalah kehidupan semu yang nikmatnya hanya sesaat. Yang bisa melenakan manusia, hingga jalan ke surga menjadi terhalang oleh silaunya harta dunia.

Ya, disisi ibadah mereka masih mengambil Islam. Salat, puasa, bayar zakat, berhaji, menikah atau bercerai, mengurusi jenazah, semua masih dengan aturan syariat Islam. Namun, muamalah mereka merujuk pada hukum-hukum dari jalan hidup yang lain.

Ekonomi berbasis kapitalisme jadi pegangan. Pendidikan sekuler digalakkan. Politik dengan demokrasi disanjung dan diagungkan. Interaksi  sosialnya yang mengusung kebebasan (liberalisme). Apakah yang seperti ini kan menggiring umat pada ketakwaan yang hakiki?

Padahal sejatinya menurut Umar bin Abdul Azis ra yang diabadikan dalam Kitab at-Taqwa oleh Ibn Abi Dunya,  "Takwa kepada Allah itu bukan dengan sering shaum di siang hari, sering salat malam, atau sering melakukan keduanya. Akan tetapi takwa kepada Allah itu adalah meninggalkan apa saja yang diharamkan dan melaksanakan apa saja yang diwajibkan."

Allah SWT berfirman, "Berkatalah Rasul,"Tuhanku, sungguh kaumku telah menjadikan Alquran ini suatu yang diabaikan." (QS. Al Furqon [25] : 30)

Maka berpalingnya umat Islam dari Alquran inilah yang membuat ketakwaan hakiki sulit diraih. Kecuali jika semua muslim segera kembali ke jalan Islam. Jalan yang akan menghantarkan setiap muslim ke surgaNya.

Dan jalan ini tak cukup jika hanya individu per individu saja yang menapakinya. Harus semua masyarakat menjalaninya. Termasuk negara sebagai institusi utama yang mengarahkan semua rakyatnya. Negaralah yang punya kekuatan besar untuk mengarahkan rakyatnya menapaki jalan ini.

Karenanya, tetaplah dalam jalan Islam ini. Jalan utama yang meski banyak yang melewati dia pasti  akan sampai ke tujuan hakiki. Meski akan banyak onak dan duri, namun jalan ini tetaplah jalan yang terbaik. Yang menjadikannya sebagai poros utama ke surgaNya.

Laila Thamrin
02Juli2018/18Syawal1436H

#SyawalBersamaRevowriter
#GerakanMedsosUntukDakwah
#DakwahMengguncangDunia
#IslamKaffah
#IslamRahmatanLilAlamin
#IslamPorosSurga
#IslamSelamatkanNegeri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar