Kamis, 05 Juli 2018

BUKA MATA BUKA HATI #11

Mengejar Ilmu Tanpa Zonasi

Dua pekan ini dunia pendidikan sedang musim penerimaan siswa baru. Pekan kemarin Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA. Dan pekan ini PPDB SMP. Riuh banget deh.

Ternyata di Indonesia tak hanya ada musim panas dan musim penghujan loh. Ada musim durian, musim rambutan, musim mangga, musim banjir, musim pilkada, musim tawuran, musim mudik, musim liburan. Dan ini lagi musim cari sekolah baru. Hehehe...banyakkan musimnya. 😅

PPDB online yang diselenggarakan hampir di seluruh Indonesia, khususnya kota-kota besar mulai berlaku. Termasuk di kota kami, Banjarmasin. Meski tahun kemaren sudah diberlakukan juga. Namun tahun ini diklaim lebih baik sistemnya dari tahun yang lalu.

Pelaksanaan sistem ini mengacu pada peraturan terbaru tentang PPDB yakni Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018. Salah satunya pengaturan penerimaan siswa berdasarkan zonasi, usia dan nilai.

Tiga item ini yang menseleksi siswa secara berurutan. Jadi zona tempat tinggal siswa yang mendaftar diukur dari kedekatan dengan sekolahnya akan mempengaruhi siswa itu bisa diterima atau tidak. Kemudian seleksi berikutnya adalah usianya. Dan yang terakhir nilai.

Tujuan pemerintah patut diapresiasi. Karena diharapkan ada pemerataan siswa yang memasuki sekolah negeri yang tersedia di suatu wilayah. Namun yang cukup banyak dikeluhkan pendaftar adalah masalah administrasi yang cukup rumit. Karena pendaftaran harus dilalui dua langkah. Online dan offline juga.

Jadi bisa dibayangkan, antrian mengular tiba-tiba terjadi di satu sekolah. Karena setelah daftar online, calon siswa harus verifikasi datanya lagi secara offline ke sekolah yang dituju. Bahkan ada kejadian, yang pingsan justru ibunya calon siswa. Gara-gara kelamaan antri di sekolah tersebut. Zonasi memang bikin sensi ya. 😁

Pendidikan memang tak pernah lepas dari masyarakat. Pendidikan adalah bagian hidup umat dan kebutuhan mendasar pula. Rasulullah Saw sendiri pernah bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim" (HR. Ibnu Majah)

Siapapun yang belajar dan terus belajar, maka pahalapun mengalir kepadanya. Apalagi ilmu yang diserapnya merupakan ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat.
Terlebih  jika ilmu yang didapatnya disebarkannya kembali kepada orang lain, maka keberkahan dan pahalapun akan berlipat-lipat mengalir kepadanya.

Seperti yang disabdakan Rasulullah Saw, "Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan maka baginya pahala seperti pahala pelakunya”. (HR.Muslim)

Dalam Islam, pendidikan bertujuan membentuk sosok manusia yang berkepribadian Islam. Yang menjadikan aqliyah(pemikiran) dan nafsiyah (sikap/perilaku) pada seseorang bersandarkan pada Islam semata. Agar setiap aktivitasnya tak keluar dari jalur syariat Allah. Dan tak melenceng dari sunnah Rasulullah.

Namun tak pernah ada pembatasan waktu bagi siapapun untuk belajar. Kecil, besar. Muda, tua. Kaya, miskin. Laki-laki, perempuan. Semua punya hak yang sama untuk belajar. Kapan saja, dan dimana saja.

Begitu pula tempat tinggal, tak akan menghalangi seseorang untuk melangkahkan kakinya ke daerah lain untuk menuntut ilmu. Sebagaimana Rasulullah Saw pernah bersabda, "Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat." (Al Hadits)

Sekolah selayaknya disiapkan oleh negara dengan berbagai fasilitas pendukungnya. Agar setiap sekolah sama kualitasnya. Baik sarana dan prasarananya, maupun para pengajarnya. Hingga tak ada pengkotakan sekolah jadi sekolah favorit dan tak favorit. Atau sekolah unggulan dan sekolah pinggiran. Yang bisa membuat "gap" di masyarakat bagi para lulusannya.

Tapi, jangan salah ya. Sekolah itu bukan semata untuk memudahkan cari kerja. Sekolah itu punya tujuan mulia, yaitu mencerdaskan seseorang. Dan setiap upaya para siswanya belajar sungguh-sungguh akan diberi imbalan pahala oleh Allah.

Nah, jika ada yang sekolah atau kuliah tapi malas-malasan belajarnya, suka bolos saat jam pelajaran, suka nyontek saat ulangan atau ujian, kira-kira bisa pinter gak? Trus pahala dari Allah bisa didapatkan gak ya? Coba deh, ortu aja nih kalo anaknya gak berkelakuan baik biasanya enggan kasih reward kan? Bagaimana dengan orang yang ogah-ogahan belajar, kira-kira layakkah dapat reward dari Allah?

Karenanya pantaskan diri kita untuk terus jadi seorang pembelajar yang baik di mata Allah.  Yang bersungguh-sungguh kala menuntut ilmu. Yang selalu menghadirkan ruh saat belajar. Dimana kita beraktifitas dengan keyakinan penuh bahwa Allah mengawasi kita. Hingga tak mudah kita meninggalkan kewajiban dan melakukan kemaksiatan.

Jika sudah begini, yakinlah belajar kita kan dapat pahala dari Allah. InsyaAllah. Meski dalam belajar itu kita masih banyak bengongnya karena belum faham. Makanya kudu rajin mengulang dan membersamai buku pelajaran. Semua upaya pasti ada nilainya di sisi Allah.

Jadi, selalu niatkan kita belajar untuk dapat pahala dari Allah. Bukan sekedar dapat nilai tertinggi dari sang guru. Nilai itu bonus saja, saat belajar kita sudah lillahi ta'ala. Setiap langkah kita berjalan menuju sekolah atau majelis ilmu lainnya akan dicatat sebagai amal shalih oleh Allah Swt.

Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)

Tersebab itu semua, mengejar ilmu tak terhalang oleh usia, jenis kelamin, materi. Apalagi hanya sekedar zona tinggal.

Ingatlah selalu firman Allah Swt :
"…  Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah : 11)

"... Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az-Zumar : 9)

Laila Thamrin
05072018

#revowriter
#WCWHbatch2
#IslamSelamatkanNegeri
#IslamKaffah
#IslamRahmatanLilAlamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar