Sabtu, 20 Januari 2018

TRAFFIC LIGHT

Siapa yang tak kenal traffic light? Itu tuh...lampu merah kuning hijau ditiap persimpangan jalan. Biasanya terdapat di jalan raya perkotaan. Yes..tahu kan ya. Semua juga sudah mafhum kalo merah tanda berhenti. Kuning berhati-hati. Dan hijau silakan jalan. Dari anak TK sampai manula juga rasanya gak bakal tertukar deh.

Tapi biar pun sudah pada tahu, masih banyak yang suka melanggar. Benar apa benar? Hehe... Apalagi kalo warna kuning yang menyala ketika lampu hijau hampir usai. Tanda lampu merah pun segera menyala. Pasti deh banyak kendaraan yang memutar tali gasnya sebanyak-banyaknya. Mirip-mirip Valentino Rossi deh. Dan yang mengendara mobil juga berusaha nginjak pedal gasnya dengan semangat. Supaya sempat hijau terlewati...hihi. Ini sih sebenarnya berbahaya. Khawatir kali aja remnya blong...bablas deh.

Ada lagi nih, yang mestinya belok kiri boleh jalan terus jika lampu merah, eeh... malah berhenti pas dikiri jalan. Maksudnya supaya tetap dibagian terdepan kalo start. Padahal justru dia menghalangi pengendara yang mau belok kiri. Dan sering nih dilakukan oleh para emak. Hehe...the power of emak-emak judulnya. Sorry ya mak! ๐Ÿ˜„

Lampu lalu lintas ini dibuat tujuannya agar pengguna jalan bisa lebih teratur. Dengan bantuan mekanisme elektronik yang didesain secara otomatis. Harapannya pengendara dengan kesadarannya mematuhi petunjuk lampu ini. Sekaligus juga mengurangi beban kerja pak polisi.

Dijalan raya  saja manusia perlu diatur agar tidak terjadi kekacauan. Agar jalan menjadi rapi dan arah menjadi jelas. Selain itu segera sampai ke tujuan dengan selamat. Bagaimana jika kita berjalan menuju surgaNya?

Lampu lalu lintas bisa diibaratkan dengan syariat Allah. Manusia jauh lebih memerlukan lampu syariat ini untuk hidup didunia. Karena jalan yang ditempuh untuk menuju surgaNya akan banyak belokan, tanjakan, mengitari  jurang, menyusuri sungai bahkan mengarungi lautan. Tentu tak mudah bukan. Tanpa lampu yang jelas tentu kita bisa salah melangkah. Ini bisa mengantarkan kita ke jalan menuju nerakaNya. Na'udzubillahi min dzalik.

Merah menandakan pengguna jalan harus berhenti. Maka merah bisa diibaratkan dengan larangan dari Allah bagi manusia. Larangan membuka aurat, larangan pacaran, larangan menipu, larangan minum khamr, larangan riba, larangan berdusta, larangan khianat. Dan berbagai larangan lainnya yang bermakna makruh, dan utamanya haram.

Hijau tanda silakan jalan. Jadi monggo lakukan hal-hal yang dibolehkan syariat. Ada yang bermakna wajib dan ada yang sunnah. Wajib menutup aurat, wajib bekerja bagi laki-laki, wajib sholat lima waktu, wajib puasa, wajib zakat. Sunnah bersedekah, sunnah berbuat baik pada tetangga, sunnah puasa senin kamis, dsb.

Jikalau lampu kuning menyala, pertanda harus hati-hati. Syariat Islam pun mengenal hukum mubah (boleh). Jika dikerjakan atau pun ditinggalkan takkan membawa pahala atau dosa. Tapi hati-hati, perkara mubah bisa jadi menggelincirkan seseorang ke jurang neraka. Main gawai kelamaan, jadi lalai salat. Bekerja mubah hukumnya bagi perempuan. Tapi hati-hati kalau sering ikhtilat apalagi khalwat bisa mendapat laknat dari Allah. Apalagi kalau bekerjanya sambil obral aurat, pasti kan dapat azab.

So, jalani saja hidup kita ibarat di jalan raya. Kalau ada traffic light nya, jangan lupa perhatikan ya apa warnanya. Biar selamat sampai ke tujuan. Mencapai jannahNya dengan bahagia.

Allah Swt berfirman :
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya." (QS. Al Hasyr : 7)

Laila Thamrin
20012018

#Day20
#KompakNulis
#OPEy
#Revowriter
#AMK4

MAHAR

Lagi ribut masalah mahar. Ini bukan mahar sembarang mahar. Karena bukan dari pengantin laki-laki untuk pengantin wanitanya. Tapi ini mahar politik agar lancar urusan dengan partai pengusungnya.

Duuh...segitunya yang mau jadi penguasa di negeri ini. Alam demokrasi memang bikin pusing. Hari ini kawan, besok sudah jadi pecundang. Hari ini lawan, besok bisa jadi sahabatan. Ternyata benar, tak ada kawan yang abadi. Yang ada hanyalah kepentingan pribadi.
Dalam kapitalisme, ada fulus urusan pun mulus. Karena kesenangan hidup diukur dengan materi. Hingga bahagia itu ketika seseorang berada dipuncak materi.

Cobalah tengok sejarah Islam. Pemimpin dipilih bukan karena dinar dan dirham. Mereka dipilih karena adil dan menjunjung syariat Islam. Perhatikan Khalifah Abu Bakar As Shiddiq ra, dia lembut tapi tegas menerapkan syariat. Juga Khalifah Umar bin Khattab ra terkenal keras perangainya, namun sangat dicintai rakyat. Lihat pula Khalifah Utsman bin Affan ra, pemalu tapi sangat bersahaja dalam mengayomi rakyatnya. Begitu pun Khalifah Ali bin Abi Thalib ra, yang sangat muda namun kecerdasannya tak ada yang menandingi.

Itu baru empat khalifah. Apatah lagi  khalifah lain dimasa selanjutnya dari Bani Ummayyah, Abassiyah, hingga Utsmaniyah. Semua sama, karena sistem yang dianut juga sama. Aqidah Islam pijakannya, syariat Islam menjadi rambunya. Dan yang pasti, tak mengenal mahar politik. Apalagi dengan jumlah fantastis.

*****

Sungguh miris melihat  negeri ini. Ketika penguasa sudah berdiri, mereka  pun tak peduli lagi dengan rakyatnya. Bahan pangan tak mencukupi. Listrik semakin hari semakin meninggi. Beli gas pun kadang harus ngantri. Meski sebelumnya rakyatlah yang selalu  diberi janji, demi menuntaskan ambisi. Tapi kenyataannya, jauh panggang dari api.Tidakkah ini cinta palsu dari seorang penguasa negeri?

Sedih rasanya melihat rakyat negeri ini. Tak ada lagi harapan di hati. Seolah jiwa telah mati. Hidup pun hanya menunggu giliran dieksekusi. Karena terjajah di negeri sendiri, bahkan oleh bangsa sendiri.

Semoga khilafah segera tegak berdiri. Agar kesejahteraan hidup bisa dinikmati. Dan Allah pun kan meridhoi.

Laila Thamrin
17012018

#Day17
#KompakNulis
#OPEy
#Revowriter
#AMK4

KAMPUNG TERINDAH

AKebunRayaBanuaBJb
Destinasi wisata dibeberapa daerah di Indonesia sekarang kian marak. Tak terkecuali di Kalimantan Selatan loh.

Kemarin pas liburan sekolah anak-anak yang sekolahan (yang gak sekolah kan libur terus ya..๐Ÿ˜), banyak banget yang posting liburannya di tempat indah. Jadi baper yang lihatnya. Hehe..
Di Kalsel saja ada nama-nama tempat wisata yang baru. Ada Wisata Kebun Durian, Rumah Pohon, Rumah Jomblo, Kebun Raya Banua, Pantai Turki alias Tungkaran Kiri (unik ya singkatannya... ๐Ÿ˜‚), Pantai Asmara, de el el deh.

Dalam kota juga ada. Komplek-komplek perumahan yang disulap jadi lebih indah, asri dan bisa buat swafoto sama teman-teman atau keluarga. Sebut saja Kampung Sasirangan, Kampung KB Baiman, Kampung Pelangi. Dan yang terbaru ada Kampung Hijau dan Kampung Bunga. Di kota jadi banyak kampung ya...urbanisasi kampung nih...๐Ÿ˜„

Sebenarnya ini sejalan dengan keinginan pemerintah yang menggalakkan sektor pariwisata guna meningkatkan sumber Pemasukan Asli Daerah (PAD). Dengan dibukanya destinasi wisata ini tentu akan banyak pengunjung yang datang. Alhasil, mereka perlu tempat menginap, perlu makan, dan perlu penunjuk jalan alias guide. Semua itu menggembirakan bagi pelaku bisnis. Bisnis penginapan dan kuliner pun menjamur. Apalagi seiring dengan dikucurkannya dana UMKM oleh pemerintah. Kloplah sudah. Ntar ditambah lagi pajak yang ditarik dari bisnis ini. Usaha pemerintah ini patut diapresiasi, kecuali pajak ya...hehe.

Umat Islam mestinya tetap harus kritis nih. Jangan euofria dengan banyaknya tempat wisata yang bisa dikunjungi. Karena banyaknya tempat wisata pasti mengundang wisatawan.
Dan wisatawan lokal apalagi manca negara yang datang sekaligus membawa perilaku yang  bermacam-macam. Ada yang jalan berduaan dengan non mahromnya, trus foto-foto sambil berpelukan dan berci*man. Aurat perempuan bertebaran. Bahkan kaum pelangi pun tak jarang kedapatan beraksi disitu.  Acara ritual adat juga kadang dilakukan oleh pemerintah setempat sebagai bentuk pelestarian kearifan lokal. Semua tentu tak sesuai jika ditimbang dengan syariat Islam.

Sebenarnya tak ada larangan dalam Islam untuk berwisata. Namun alangkah eloknya jika kita tetap memperhatikan aturan syariatNya. Karena sebagus apapun kampung yang kita kunjungi sebagai destinasi wisata, tetaplah kita harus mengingat Kampung Akhirat sebagai tempat kembali kita yang terindah.

Allah Swt berfirman :

ูˆَู‚ِูŠู„َ ู„ِู„َّุฐِูŠู†َ ุงุชَّู‚َูˆْุง ู…َุงุฐَุงٓ ุฃَู†ุฒَู„َ ุฑَุจُّูƒُู…ْ ۚ ู‚َุงู„ُูˆุง ุฎَูŠْุฑًุง ۗ ู„ِّู„َّุฐِูŠู†َ ุฃَุญْุณَู†ُูˆุง ูِู‰ ู‡ٰุฐِู‡ِ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุญَุณَู†َุฉٌ ۚ ูˆَู„َุฏَุงุฑُ ุงู„ْุกَุงุฎِุฑَุฉِ ุฎَูŠْุฑٌ ۚ ูˆَู„َู†ِุนْู…َ ุฏَุงุฑُ ุงู„ْู…ُุชَّู‚ِูŠู†َ

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa. (QS.An Nahl : 30)

Laila Thamrin
16012018

#Day16
#KompakNulis
#OPEy
#TemaBebasSukaSuka
#Revowriter
#AMK4

Sabtu, 13 Januari 2018

SYARAT DAN KETENTUAN BERLAKU

๐ŸŽถ"Lihat-lihatlah...lihat-lihatlah, seragam kami
Seragam kami menutup aurat kami
Yang laki-laki, bercelana panjang
Yang perempuan pakai jilbab dan khimar
Sungguh indahnya, sungguh bagusnya
Karena kami taat kepada Allah."๐ŸŽถ

Itu bait-bait lagu di sekolah Raudhatul Athfal Al Izzah Banjarmasin, tempat saya saat ini membersamaai  generasi emas Islam. Saya tak ingin membahas nada lagunya ya..hehe. Coba kita cermati liriknya. Kami mengajari mereka dengan media lagu supaya mereka kenal dengan aurat dan bagaimana cara menutupinya.

Sekarang sih sudah gak aneh ya lihat perempuan pakai jilbab dan khimar. Dari yang masih imut-imut sampai yang nenek-nenek sudah banyak yang pakai. Dari mulai yang modelnya biasa saja sampai yang modelnya luar biasa juga ada. Harganya juga variatif, dari yang harga mahasiswa sampai harga kelas eksekutif juga ada. Mau beli dilapak-lapak kaki lima atau lapak-lapak online juga oke. Hehe...silakan, suka pilih...sesuai kemauan dan kemampuan tentunya.

Kalau mau menengok ke belakang nih, waktu zaman tahun 90an lah kira-kira...jilbab dan khimar nih barang langka. Abisnya, susah nyari yang jualannya. Di kota kami saja, cuma ada 2-3 toko yang jual. Kadang kita mesti pesan dulu untuk beli, dan didatangi lagi bulan depan. Hehe..๐Ÿ˜

Ini sungguh luar biasa, kemajuan besar pada kaum muslimah. Karena sudah banyak yang menyadari pentingnya menutup aurat. Namun, sebagian mereka kadang masih belum familiar dengan istilah jilbab dan khimar.  Yang dikenal khalayak,  jilbab itu untuk penutup kepala, dan gamis atau hijab untuk penutup tubuh.

Nah, ini yang perlu diluruskan, agar tak salah kaprah. Apalagi sekarang hijab syar'i jadi gaya hidup alias lifestyle sebagian muslimah. Bahkan banyak para artis yang mantap untuk membalut dirinya dengan hijab syar'i. Gaya hidup Islami mulai dilirik dan ini patut diapresiasi. Agar lebih sempurna, layak kiranya bagi siapapun yang mulai berhijrah pakaiannya, berhijrah pula pemikirannya secara totalitas. Karena kewajiban menutup aurat hanyalah satu kewajiban dari banyak kewajiban muslim lainnya.

Menurut Syeikh Taqiyuddin an Nabhani dalam kitab Nidzomul Ijtima'i, "Allah Swt mewajibkan wanita agar memiliki "mula'ah" (baju kurung) atau "milhafah" (semacam selimut) untuk dikenakannya dibagian luar pakaian sehari-hari dan ia ulurkan ke bawah hingga menutupi kedua kakinya."

Sedangkan untuk menutupi kepalanya, masih dalam kitab tsb, dikatakan bahwa "wanita harus memiliki kerudung (khimar) atau apa saja yang serupa itu atau yang dapat menggantikannya, yang dapat menutupi seluruh kepala, seluruh leher, dan belahan pakaian di dada."

Penjelasan tersebut dikuatkan dengan firman Allah Swt :
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Ahzab : 59)

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, ..." (QS. An Nur : 31)

Jadi ada dua bagian pakaian yang dipakai seorang perempuan ketika ia keluar dari rumahnya. Yaitu Jilbab (baju kurung/jubah) yang menutup seluruh tubuhnya dari leher hingga menutupi kedua kaki. Dan Khimar (kerudung) yang menutupi seluruh kepalanya dan terulur hingga dadanya. Yang boleh terbuka hanya muka dan kedua telapak tangannya.

Sederhana ya pakaian muslimah. Untuk warna dan jenis kainnya tak dibatasi, asalkan kain pakaian itu tidak tipis atau transparan hingga terlihat kulit kita. Dan jilbab pun ketika dipakai dibadan haruslah longgar dan lebar, tak membentuk lekuk-lekuk tubuhnya. Ada loh fenomena jilbab sekarang yang kalo dipakai, maka bagian atasnya lekuk tubuh terlihat jelas meliuk-liuk, meski bagian bawahnya berbentuk melebar bak payung. Betapapun bagian atas akan tertutupi dengan khimar yang lebar, bahkan kadang ada yang lebarnya sampai hampir menyentuh kaki, ini tidak menggugurkan kewajiban longgarnya jilbab. Artinya kerudung lebar bukan berarti membolehkan jilbabnya ketat kaya lontong. Hehe...๐Ÿ˜„

Bahkan ada juga nih emak-emak yang nekat keluar rumah dasteran panjang sampai nutup kaki, tapi lengan pendek, terus kepalanya dikerudungi dengan khimar super besar dan lebar, hingga lengannya tak nampak. Astaghfirullah...ini jelas pakaiannya jadi  tidak syar'i.๐Ÿ˜ฑ

Menutup aurat dengan jilbab dan khimar inilah yang tren sekarang diistilahkan dengan "hijab syar'i". Saya tak ingin membahas istilah tersebut ya. Saya hanya ingin kita benar-benar mengerti untuk apa muslimah menutup aurat dengan sempurna? Serta bolehkah muslimah menutup aurat tergantung "mood" atau "setelah merasa siap"? ๐Ÿ˜ฐ

Rasulullah Saw pernah bersabda : "Sesungguhnya seorang anak perempuan jika telah haidh (baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali wajah dan kedua tangannya hingga pergelangan tangan."(HR. Abu Dawud)

Dari hadits tersebut, maka jelas lah bahwa menutup aurat bagi muslimah itu sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan sejak dia baligh. Tanpa tawar-menawar lagi. Apalagi nunggu "mood" atau "kesiapan". Kewajiban ini sama halnya dengan kewajiban lainnya yang dibebankan kepada individu muslim yang sudah mukallaf. Seperti sholat, puasa, zakat, dsb. Dan ketika kewajiban tersebut tak dilaksanakan akan ada konsekuensi yang diberikan oleh Allah Swt kepada hambaNya.

Rasรปlullรขh Saw  bersabda, “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (yang pertama adalah) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (yang kedua adalah) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berpaling dari ketaatan dan mengajak lainnya untuk mengikuti mereka, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” [HR. Muslim]

Dalam riwayat lain Abu Hurairah menjelaskan. bahwasanya aroma Surga bisa dicium dari jarak 500 tahun. [HR. Malik dari riwayat Yahya Al-Laisiy]

So, tak perlu ragu lagi buat kita sebagai muslimah. Mari tutup aurat dengan sempurna. Dan ketika keluar rumah jangan lupa kenakan jilbab dan khimarnya. Syarat dan ketentuan berlaku loh ya sebagaimana penjelasan di atas. Dan ini bukan buat gaya-gayaan atau menunjukkan strata sosial dan ekonomi yang tinggi. Tapi ini dalam rangka keta'atan kepada Allah Swt. Agar pahala kita dapatkan, ridho Allah kan kita raih, agar  pintu surga juga kan terbuka dengan lebar untuk kita.

Maka, tepat bukan lirik lagu anak-anak RA Al Izzah di atas? ๐Ÿ˜

Laila Thamrin
13012018

#Day13
#1Day1Post2018
#ODOP2018
#TemaLifeStyle
#NulisYuk!
#Revowriter
#AMK4
#PenulisBelaIslam
#BeraniNulisBeraniDakwah

JEJAK SANG RASUL DAN SEORANG PENGHUNI SURGA

Menelusuri jejak perjalanan Rasulullah Saw tak pernah lelah dan bosan. Ada banyak peristiwa-peristiwa menakjubkan yang akan kita temui. Episode demi episode hidup beliau adalah bagian dari perjalanan Islam. Banyak dari penulis buku tentang Sirah Rasulullah Saw yang menggambarkan perjalanan hidup beliau dari mulai dilahirkan hingga kematiannya. Namun sangat sedikit yang mengungkapkan sisi politis perjuangan beliau dari awal kelahirannya hingga wafatnya.

Prof.DR. Muhammad Rawwas Qol'ahji, satu dari beberapa penulis sirah yang mengungkapkan sisi politis perjuangan Rasulullah Saw. Profesor ini bertutur dalam bukunya, bahwasanya Muhammad Saw tidak sama dengan para pemimpin dan reformis lainnya, yang biasanya menonjol pada satu aspek kehidupan tapi lemah pada sisi yang lain. Muhammad Saw sempurna, beliau menonjol pada seluruh aspek kehidupan. Dari mulai aqidah, ibadah, sosial, pendidikan bahkan sampai politik pemerintahan. Semua yang Beliau Saw lakukan merupakan teladan bagi kita.

Sebagaimana Allah Swt berfirman :

ู„َّู‚َุฏْ ูƒَุงู†َ ู„َูƒُู…ْ ูِู‰ ุฑَุณُูˆู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฃُุณْูˆَุฉٌ ุญَุณَู†َุฉٌ ู„ِّู…َู† ูƒَุงู†َ ูŠَุฑْุฌُูˆุง ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَุงู„ْูŠَูˆْู…َ ุงู„ْุกَุงุฎِุฑَ ูˆَุฐَูƒَุฑَ ุงู„ู„َّู‡َ ูƒَุซِูŠุฑًุง

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS.Al Ahzab : 21)

Bahkan didetik-detik akhir hidup Rasulullah Saw pun tetap memberikan makna yang luar biasa.  Tanda-tanda kepergian beliau dapat dirasakan oleh kaum muslimin saat itu. Mulai ketika beliau saw meminta ditemani dengan Abu Muwaibihah, pelayan beliau, ke pemakaman Baqi'. Disana beliau menyapa ahlul kubur dan mendoakan mereka, yang sebagian besar adalah mujahid perang Uhud. Beliau bersabda, "Assalamu'alaikum wahai para penghuni pemakaman ini. Hendaklah kalian senang dengan keberadaan kalian daripada keberadaan orang-orang (yang masih hidup). Sebab berbagai fitnah telah datang, bagaikan potongan malam yang gelap gulita. Fitnah-fitnah itu datang silih berganti, fitnah pertama belum berakhir datang lagi fitnah yang baru, dimana keburukannya tidak kurang dari fitnah yang pertama."

Ketika beliau sakit dan sakit beliau semakin parah, masing-masing sahabat merasa gundah. Tiap sudut-sudut ruangan dalam seluruh rumah di Madinah terasa sunyi dan hampa. Setiap orang saling tanya perihal sakit beliau. Bahkan, Usamah bin Zaid ra, yang diperintahkan beliau Saw memimpin pasukan jihad memerangi Romawi memutuskan untuk kembali ke Madinah, karena khawatirnya akan keadaan Rasulullah Saw.

Beliau Saw meminta Abu Bakar Ash Shiddiq ra untuk mengimami sholat subuh berjama'ah. Sementara beliau sholat sambil duduk di sebelah  kanan Abu Bakar, dikarenakan  sakit yang diderita beliau. Permintaan beliau ini menurut Rawwas Qol'ahji mengindikasikan bahwasanya beliau Saw mempercayakan kepemimpinan umat Islam kepada Abu Bakar ash Shiddiq ra. Meskipun beliau Saw tidak melakukan penunjukan Khalifah pengganti sesudah beliau pada saat itu.

Suatu hari di akhir-akhir masa sakitnya, Rasulullah Saw menanyakan kepada kaum muslimin usai mengimami sholat berjamaah. Beliau naik ke atas mimbar, meski terlihat lemah. Beliau berkata, “Sesungguhnya, aku akan pergi menemui  Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan  manusia.”

Para sahabat saling pandang, dan tak ada satu pun yang bersuara. Sunyi. Sampai tiga kali Rasulullah mengulangi. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berdiri dan berkata, "Ya Rasulullah, aku ingin sampaikan masalah ini. Jika ini dianggap sebagai hutang, aku ingin engkau selesaikan. Dan jika ini bukanlah hutang, tak perlu engkau berbuat apa-apa." Semua mata memandang kepada laki-laki ini. Dia adalah Ukasyah ibnu Muhsin.

Rasulullah Saw mempersilakan Ukasyah menyampaikan masalahnya. Ukasyah berkata, "Aku masih ingat ketika perang Uhud terjadi. Engkau menunggangi kudamu. Dan agar kudamu berlari kencang, engkau lecutkan cambuk ke belakang kudamu. Tapi cambuk itu mengenaiku, karena aku masih berdiri di belakang kudamu."

"Ya, Ukasyah...itu adalah hutang. Jika dulu kau terkena cambukku, maka hari ini aku akan mendapatkan hal yang sama", ujar Rasulullah Saw.

Gemuruhlah suara para sahabat didalam mesjid itu. Semua saling bicara satu sama lain pertanda tak rela Rasulullah mendapatkan cambukan dari Ukasyah. Rasul pun meminta Bilal untuk mengambilkan cambuk beliau dirumah anaknya, Fatimah. Meski para sahabat berusaha mencegah beliau, juga mencegah Ukasyah. Namun beliau tak menghiraukannya.

Ketika cambuk sudah diberikan oleh Bilal dan ada ditangan Rasul. Beliau memberikannya pada Ukasyah agar segera mencambuk beliau. Abu Bakar tak kuasa membiarkan Ukasyah melakukannya. Dia segera bangkit dan berkata, "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Karena aku adalah orang pertama yang mengimani  Islam dan aku juga sahabat beliau dalam suka dan duka." Tapi Rasulullah Saw mengatakan pada Abu Bakar ra, "Duduklah wahai Abu Bakar! Ini urusan aku dengan Ukasyah."

Basah seluruh mata para sahabat, tak sanggup membayangkan bagaimana kecintaan mereka akan mendapatkan cambukan oleh seorang Ukasyah. Siapa sih Ukasyah? Begitu berani dia meminta Rasulullah membayar "hutang" beliau.

Kemudian Umar bin Khattab ra, Ali bin Abi Thalib ra, Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, masing-masing silih berganti ingin menggantikan posisi Rasulullah Saw. Agar mereka saja yang merasakan sakitnya cambukan Ukasyah...bahkan andai nyawa pun melayang, mereka rela. Tapi, Rasulullah Saw memang orang yang berakhlak terpuji tiada tandingan, beliau tetap menepati janjinya untuk menerima balasan atas apa yang telah beliau lakukan.

Ukasyah siap dengan cambuk ditangannya. Tapi sebelum dia mengangkat cambuknya, dia berkata lagi, "Ya Rasulullah...dulu ketika aku terkena cambuk itu, aku sedang tak memakai baju. Jadi cambuk itu langsung mengenai kulit punggungku."

Kaum muslimin yang menyaksikan itu, terbelalak matanya. Mereka sebenarnya sudah marah ketika Ukasyah meminta mencambuk Rasulullah. Apatah lagi ini, harus buka baju segala....keterlaluan sekali Ukasyah, pikir mereka. Namun, Rasulullah tak marah. Beliau langsung dengan ringannya membuka pakaiannya, hingga terlihat punggungnya yang putih, bersih dan bercahaya. Pekik takbir para sahabat tak terbendung. Mereka menangis melihat sang kekasih hati menyerahkan dirinya pada seorang Ukasyah.

Tiba-tiba, Ukasyah melempar cambuk ditangannya dan berlari memeluk tubuh Rasulullah yang mulia. Sambil tersedu, Ukasyah berkata, "Ya Rasulullah, ampunkan aku..mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau. Aku melakukan ini hanya ingin memelukmu. Agar tubuhmu bisa merapat dengan tubuhku. Karena aku tahu, tubuhmu takkan tersentuh api neraka. Dan sungguh aku takut dengan jilatan api neraka. Maafkan aku Ya Rasulullah..." ๐Ÿ˜ญ

Semua yang hadir tak mampu lagi menahan tangisan. Haru biru menyelimuti mesjid kala itu. Semua iri kepada Ukasyah yang memeluk tubuh Rasulullah tanpa ada sehelai kain pun dipunggung beliau. Rasulullah Saw pun bersabda, "Wahai sahabatku semua, jika kalian ingin melihat ahli surga, lihatlah Ukasyah....!

Akhirnya, semua pun memeluk Rasulullah bergantian. Mereka sangat mencintai beliau. Hari-hari terakhir beliau, serasa tak ingin mereka lewatkan begitu saja.

Tepat hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun ke-11 H, Rasulullah Saw dipanggil keharibaan Allah Swt. Semua sahabat berduka, lebih-lebih Umar bin Khattab ra yang mengatakan pada orang-orang bahwa Rasulullah Saw tidak wafat, tapi hanya pergi kepada Tuhannya sebagaimana Nabi Musa.

Namun Abu Bakar ash Shiddiq ra menenangkannya dan juga menenangkan seluruh kaum muslimin. Abu Bakar berkata, "Wahai manusia, siapa saja yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya beliau sudah wafat. Tapi siapa saja yang menyembah Allah, maka Allah itu hidup dan tidak akan mati."
Lalu dia membacakan firman Allah Swt :

ูˆَู…َุง ู…ُุญَู…َّุฏٌ ุฅِู„َّุง ุฑَุณُูˆู„ٌ ู‚َุฏْ ุฎَู„َุชْ ู…ِู† ู‚َุจْู„ِู‡ِ ุงู„ุฑُّุณُู„ُ ۚ ุฃَูَุฅِูŠู† ู…َّุงุชَ ุฃَูˆْ ู‚ُุชِู„َ ุงู†ู‚َู„َุจْุชُู…ْ ุนَู„ٰู‰ٓ ุฃَุนْู‚ٰุจِูƒُู…ْ ۚ ูˆَู…َู† ูŠَู†ู‚َู„ِุจْ ุนَู„ٰู‰ ุนَู‚ِุจَูŠْู‡ِ ูَู„َู† ูŠَุถُุฑَّ ุงู„ู„َّู‡َ ุดَูŠْู€ًุٔง ۗ ูˆَุณَูŠَุฌْุฒِู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุงู„ุดّٰูƒِุฑِูŠู†َ

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS.Ali Imran : 144)

Wallahu'alam bish shawwab

Laila Thamrin
12012018

*dirangkum dari berbagai sumber

#Day12
#1Day1Post2018
#ODOP2018
#TemaSirahRasulullah
#NulisYuk!
#Revowriter
#AMK4

Rabu, 10 Januari 2018

MAWINEI

"Si anak muda tampak ingin mengungkapkan sesuatu, namun urung. Entah apa yang menahannya. Mawinei menemukan kilau aneh di matanya. Tak ubahnya seperti sinar mata seseorang  yang baru saja berjumpa dengan sahabat yang telah lama berpisah. Takjub, rindu, sekaligus tanya. "Apakah kau lupa padaku?"

*****

Hmm...seuntai kalimat-kalimat indah begini yang bikin penasaran buku ini. Kutipan yang saya tulis itu bisa ditemukan pada halaman 151.

Jujur, saya belum tuntas membaca seluruh isi bukunya...baru setengahnya. Tapi rasa penasaran tentang akhir cerita seolah menggebu-gebu bikin saya tergoda ingin langsung membaca dibagian akhirnya. ๐Ÿ˜„ Hehe...walaupun itu tak jadi saya lakukan. Karena saya pikir, sangat sayang dilewatkan kata demi kata yang begitu indah dirangkaikan.

Mawinei, seorang gadis cilik yang berkulit putih dan bermata sipit, hasil kolaborasi gen suku Dayak Bukit dari pegunungan Meratus dengan Korea, begitu jelas digambarkan si penulis. Dia gadis cilik yang kemudian terus beranjak remaja dengan kisah kehidupannya yang penuh petualangan dan dinamika yang unik.

Tokoh seorang Kaayat, lelaki muda kampung yang kuat sorot matanya dan teguh pendiriannya. Calon kepala suku yang memiliki talenta yang berbeda dari kawan-kawan sebayanya. Dia sangat disayangi oleh Damang Aban, seorang Kepala Suku Dayak Bukit. Dia teman sepermainan Mawinei sejak kecil.

Ada dua tokoh muda-mudi yang diangkat dalam novel ini. Kira-kira pembaca bisakah menebak, ke arah mana alur cerita bergulir? Saya pun masih dalam proses nih..hehe... ๐Ÿ˜‚

Kisah dua tokoh ini begitu dominan dalam novel karya bu Eva Liana ini. Novel yang berlatar budaya Dayak dari Kalimantan, cukup unik. Jarang kiranya kita dapati karya urang banua berlatar alam indah Loksado, satu desa di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, propinsi Kalsel. 

Seumur-umur saya yang asli Urang Banua belum pernah ke Loksado...haha..kudet saya ...๐Ÿ˜‚
Tapi membaca Mawinei, saya berasa ada disana loh...Serasa ikut menyusuri satu demi satu alam indahnya ketika Mawinei dan Kaayat pergi ke sekolah atau bermain bersama teman-temannya. Disela-sela hutan dan membelah pegunungan Meratus.

Sentuhan nilai-nilai Islam pun disematkan indah dalam beberapa potongan fragmen cerita ini. Tentang kewajiban menuntut ilmu, kewajiban menutup aurat, tentang mahram dan silaturahim.

Rasanya rugi kalo tak saya habiskan membaca ceritanya sampai tuntas. Harus berjuang nih membacanya, karena novel ini tebalnya 380 halaman loh, semoga bisa. Maklum emak-emak dengan segudang kegiatan...*jiah..emak sibuk nih ceritanya...hihi...๐Ÿ˜

Baca novel ini ternyata cukup mengasyikkan. Meski gak ada adegan menegangkan dan misterius kayak di Lima Sekawan atau karyanya Agatha Christie...hehe. Jadi ingat masa lalu deh...zaman old.

Moga membaca novel ini mengawali saya untuk bisa kembali "gemar membaca", kayak dulu waktu masih remaja kalo nulis biodata dibuku album kenangannya teman-teman sekolah, kolom hobi pasti isinya "membaca". Wkwkwk.....๐Ÿ˜„

Baiklah...itu saja sekelumit tentang Mawinei ya. Saya mau lanjut baca lagi....☺

Laila Thamrin
10012018

#Day10
#1Day1Post2018
#ODOP2018
#NulisYuk!
#TemaLiterasi
#Revowriter
#AMK4

PERAN IBU YANG TERABAIKAN

Lagi...heboh video mesum yang melibatkan tiga bocah dan dua perempuan muda. Beredar luas di dunia maya. Dan kabar yang lebih ironisnya, ibu si bocah-bocah ini terlibat dalam pembuatan videonya. Video yang disutradarai seorang laki-laki muda ini direkam di dua hotel yang berbeda di Bandung. Dan sang sutradara yang telah tertangkap mengaku bahwa dia dibayar oleh seseorang seharga 31 juta, yang kemudian dibagi-bagikan pada semua yang terlibat dalam karyanya ini. Menyedihkan...

Ini hanya satu dari sekian banyak fenomena kerusakan akhlak dan kerusakan pola pikir akibat kapitalisme yang meracuni bangsa ini. Hanya demi uang, mereka rela menjual anak-anaknya bahkan menjual harga dirinya. Banyak yang berpikiran bahwa hidup itu hanyalah untuk mencari kesenangan semata, hingga apapun dilakukan supaya terlihat bahagia. Mereka mungkin termakan slogan "muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga". Hedeh..slogan aneh...tak masuk akal, tapi disuka. Itulah gaya hidup kapitalis sekuler.
Dari kasus yang terjadi di Bandung itu, jujur saya kepikiran dengan ibunya. Bayangkan, ibu yang seperti itu akan membawa anaknya kemana? Emang bisa masuk surga?

Ibu itu pendidik generasi. Dia tidak sekedar makhluk yang diciptakan untuk melahirkan dan menyusui saja. Dia punya tanggungjawab terhadap anak-anak yang dilahirkannya. Mau dijadikan apa nantinya sang anak.

Rasulullah Saw bersabda:
“Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua ibu bapanyalah yang meyahudikannya atau menasranikannya atau memajusikannya.” (HR.Bukhari dan Muslim)

Ibu lah yang mengajari anak-anaknya berbagai hal dari mulai dalam kandungan hingga dia besar. Sewaktu masih dalam kandungan, para ibu hamil senantiasa didorong untuk mengajak bicara anak yang dikandungnya, atau memperdengarkan murottal alquran. Dan kala si anak sudah lahir, mulailah pendidikan lainnya diberikan sang ibu. Dari mulai mengajari kalimat thoyyibah disamping telinganya. Merangsang matanya agar penglihatannya tajam dengan menunjukkan benda-benda disekelilingnya. Melatih fisiknya dengan mendorongnya untuk bisa belajar tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, berjalan hingga berlari kencang. Semua diajarkan oleh ibu.

Pemikiran ananda pun ibu yang mempengaruhinya. Jika ibu mengajarkannya berkata-kata baik, maka anaknya akan mengikuti. Jika ibu mengajarkan suka beribadah, tentu anaknya takkan lelah untuk ibadah kepada RabbNya. Jika ibu mengajarkan tentang nikmatnya surga dan mengerikannya azab neraka, tentulah ananda kan hati-hati dalam berbuat dan bertingkahlaku.

Namun, jika ibu mengajarkan kepada anaknya perkataan buruk dan kasar, suka berbohong, tak mengenal ibadah dan adab, apalagi tak pernah kenal tentang kenikmatan surga dan pedihnya azab neraka, boleh jadi sosok anak yang terbentuk tak jauh dari maksiat dan kerusakan.

Begitu besar Islam menaruh perhatian akan peran ibu bagi terwujudnya generasi pilihan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa seorang sahabat bertanya :
"Wahai Rasulullah, siapakah diantara manusia yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya?" Rasulullah menjawab, "Ibumu", "kemudian siapa?" tanyanya lagi, "Ibumu," jawab beliau. Kembali orang itu bertanya, "Kemudian siapa?" , "Ibumu". "Kemudian siapa?" tanya orang itu lagi. "Kemudian Ayahmu, " jawab Rasulullah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Tiga kali Rasulullah Saw menyebutkan "Ibumu". Ini pertanda bahwa kedudukan ibu itu dalam Islam dimuliakan. Mulia karena sifat-sifatnya yang secara fitrah mampu mengandung dan melahirkan seorang anak. Kemudian mampu dengan kesabaran dan ketelatenannya mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Takkan bisa kemampuan  ini digantikan oleh Ayah.

Sungguh tak bisa diterima jika seorang ibu menyerahkan anak-anaknya untuk diperlakukan tak senonoh hanya demi sejumlah uang. Kapitalisme telah menggerus rasa kasih sayang sang ibu tersebut  terhadap anaknya demi materi semata. Dalam sistem Kapitalisme apa sih yang tak bisa dijadikan uang? Karena kebahagiaan dalam kapitalisme memang meraih kepuasan jasadiyah atau materi. Hingga peran ibu pun terabaikan.

Sangat berbeda jauh dengan Islam. Kebahagiaan dalam Islam hanyalah ada jika ridho Allah didapatkan dalam aktifitasnya. Dan ridho Allah bisa  terwujud dengan ditaatinya syariat Islam secara kaffah. Jika ada pelanggaran terhadap hukum Islam, maka negara siap dengan seperangkat aturannya untuk memberikan sanksi yang tepat dan tegas.

Tak seperti sekarang, pelaku kejahatan apapun yang terjadi tak mendapatkan keadilan yang seharusnya. Pelaku kriminal berat kadang hukumannya ringan. Boro-boro bisa menebus dosa, membuat jera saja tidak. Sedangkan pelaku kejahatan ringan kadang harus rela menerima perlakuan jauh lebih kejam. Meringkuk di sel tahanan hingga ubanan.

Kita akan lihat, bagaimana akhir kesudahan kasus video mesum tersebut. Jika ada pihak-pihak yang berkapital (baca : uang) besar terlibat, bisa dipastikan kasus akan menguap entah kemana. So, jangan beri ruang bagi Kapitalisme untuk terus menggerogoti negeri ini. Saatnya kita bangkit untuk terapkan syariat Islam secara kaffah. Agar ketentraman masyarakat terwujud dan  Islam kembali berjaya.

@FB Laila Thamrin
Diposting : 09012018

#Day9
#1Day1Post2018a
#ODOP2018
#TemaIslamPolitik
#Revowriter
#AMK4
#PenulisBelaIslam
#BeraniNulisBeraniDakwah

Sabtu, 06 Januari 2018

SEHANGAT SELIMUT SANG KEKASIH

Siapa yang tak kenal dengan Ibunda Khadijah binti Khuwailid ra ? Ya, Ibunda Khadijah binti Khuwailid ra merupakan kekasih sejati Baginda Rasulullah SAW, Muhammad bin Abdullah.

Bagi Rasulullah SAW, Khadijah tak sekedar isteri yang posisinya disamping suami. Tapi Khadijah adalah sahabat terkasih, tempat berbagi cerita suka dan duka, pelindung ketika luka, penolong dakwah yang sangat mulia.

Ibunda Khadijahlah orang pertama yang masuk Islam. Paling taat, paling dermawan, berpikiran matang, penyayang, selalu menjaga kehormatan dan selalu mendukung dakwah Rasul. Sanjungan Rasulullah SAW kepada isteri pertamanya ini tak pernah habis meski beliau memiliki isteri lainnya. Bahkan membuat Aisyah ra, isteri Rasulullah SAW yang paling muda selalu dibakar api cemburu pada Khadijah, meskipun Khadijah sudah lama tiada.

Perjalanan hidup Rasulullah SAW bersama Khadijah binti Khuwailid bermula dari sebuah perdagangan. Muhammad yang kala itu masih seorang pemuda yang gagah dan terkenal jujur, bekerja membawakan barang-barang dagangan Khadijah.

Hingga Allah SWT mempertautkan hati keduanya. Maka pernikahan yang agung pun terlaksana atas izinNya. Dua puluh ekor unta menjadi mahar dari Muhammad, atas pinjaman pamannya, Abu Thalib.

Kedua pengantin dari keturunan yang bersih dan terpelihara. Khadijah terkenal dengan gelar Ath Thahirah (wanita yang suci). Muhammad terkenal dengan gelar Al Amin (lelaki yang terpercaya). Maka layaklah pernikahan ini dikenal dengan Pernikahan Agung dan Mulia.

Ketika Muhammad memasuki usia 40 tahun. Beliau sering bermunajat kepada RabbNya di Gua Hira. Khadijah senantiasa setia menyiapkan bekal untuk sang kekasih tercinta.

Sampai suatu ketika suaminya ini datang dengan muka sedikit pucat. Khadijah pun menyambutnya dengan rasa khawatir. Muhammad berkata kepada isterinya, "Selimutilah aku, selimutilah aku." Khadijah pun segera menyelimuti suaminya dengan kasih sayang. Dibiarkannya beliau sampai tenang.

Dengan sabar didengarkannya semua cerita suaminya. Tentang pertemuan beliau dengan Malaikat Jibril. Hingga Muhammad berkata, "Aku sangat ketakutan."

Khadijah pun berkata, "Jangan khawatir. Berbahagialah, sesungguhnya Allah tidak mungkin akan menghinakanmu dengan kejadian itu. Karena engkau memiliki akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang terpuji."

Subhanallah, sungguh lisan Khadijah menyejukkan hati suaminya. Sehangat selimut yang diberikannya. Sejak hari itu tugas mulia dan berat dijalani Muhammad, sebagai Rasul Allah. Rasul terakhir, penutup para Anbiya. Dan Ibunda Khadijah, seorang isteri yang sangat mulia lagi agung mendampingi beliau dengan setia.

Ibunda Khadijah lah yang menenangkan beliau dikala gundah, memberikan kenyamanan dikala beliau lelah. Ibunda Khadijah juga yang senantiasa mendukung dakwah sejak awal, dengan tenaga dan hartanya, dengan keikhlasan yang tak ada bandingannya dengan wanita manapun. Hingga Allah SWT mengabarkan langsung kepadanya tentang istana disurga untuknya.

Sekelumit episode kehidupan Rasulullah SAW ini begitu indah. Apatah lagi seluruh perjalan hidup beliau. Semoga tulisan singkat ini menjadi penambah kecintaan kita kepada beliau. Dan penyemangat untuk terus berdakwah menegakkan kalimat Allah.

Laila Thamrin
05012018

*Inspirasi dari buku "35 Sirah Shahabiyah" by Mahmud Al Mishri

#Day5
#1Day1Post2018
#ODOP2018
#NulisYuk
#TemaSirahRasulullah
#Revowriter
#AMK4
#PenulisBelaIslam
#BeraniNulisBeraniDakwah
#copasFBsaya

Rabu, 03 Januari 2018

AINA GAMZATOVA

Pernah dengar namanya? Dari namanya roman-romannya bisa ditebak ya asalnya. Sekitaran Asia Tengah.
Ya, dia seorang muslimah berasal dari Dagestan, wilayah Rusia. Dia muslimah berhijab berusia 46 tahun yang akan tampil menantang Vladimir Putin dalam pemilihan Presiden Rusia, Maret mendatang. Cantik, tinggi, kulit putih, hidung mancung, khas Asia Tengah. Meski jumlah penduduk muslim hanya berkisar 20 juta jiwa dari 140 juta jiwa penduduk Rusia, tapi Aina Gamzatova tak gentar melawan Putin, yang selalu diunggulkan.

Aina Gamzatova adalah satu dari sekian banyak  perempuan yang bertarung untuk memperebutkan posisi pemimpin disuatu negeri. Bahkan ada beberapa yang sudah berada ditampuk kepemimpinan, dan sudah ada yang pensiun juga..hehe. Sebut saja diantaranya :  mantan PM Inggris Margareth Thatcher, PM Bangladesh Sheik Hasina Wajed, Ratu Inggris Elizabeth II, Presiden Singapur Halimah Yacob, dan mantan Presiden RI Megawati Sukarnoputri.

Keberadaan perempuan diranah publik, tidak hanya dilihat pada pimpinan negaranya. Berbagai aktifitas lainnya juga mulai dibanjiri perempuan. Apalagi di legislatif. Di Indonesia saja kuota 30% bagi keterlibatan perempuan di legislatif sudah mulai digaungkan sejak pemilu 2009 yang lalu. Kebijakan afirmasi (affirmative action) atau kebijakan yang bersifat mendorong  perempuan dalam  bidang politik diterapkan, karena dunia politik masih diyakini kalangan feminis  sebagai dunia yang  arogan dan patriarkis. Setiap kebijakan yang dikeluarkan penguasa menurut mereka bias gender, karena kebanyakan yang bikin kebijakan laki-laki. Padahal jumlah penduduk Indonesia diproyeksi hingga tahun 2035 nanti sekitar 269,1 juta jiwa, dimana perempuannya ada sekitar 49,75% nya, atau kisaran 130,3 juta jiwa. Nah..hampir separo kan? Makanya kaum feminis getol sekali mengupayakan agar perempuan juga "hadir" dan berperan serta dalam menentukan kebijakan berkaitan dengan masalah-masalah perempuan. Tapi kira-kira nih, apakah kalau perempuan ikut jadi penentu kebijakan dan pengatur urusan rakyat terus masalah perempuan bisa teratasi?

Faktanya sampai hari ini persoalan yang menggelayuti perempuan masih sering terjadi. Walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini  pada tanggal 29 Desember 2017 yang lalu baru saja mengujicoba sebuah angkutan umum di Surabaya, "Suroboyo Bus" yang akan beroperasi awal tahun ini. Bis ini didesain untuk memisahkan penumpang laki-laki dan perempuan, ramah ibu hamil dan kaum difabel. Ini salah satu indikasi bahwa selama ini sering dikeluhkan para perempuan kalau naik angkutan umum pasti  desak-desakan antara laki-laki dan perempuan, hingga rawan terjadi pelecehan seksual. Dalam laporan Catatan Tahunan (Catahu) Tahun 2017 Komnas Perempuan,  yang dilansir oleh kbr.id (8/3/2017)  disebutkan ada 259.000  kasus kekerasan terhadap perempuan di seluruh Indonesia. Ketua Komnas Perempuan, Azriana, mengatakan kekerasan di ranah personal masih menempati urutan atas yakni 255.000 kasus. Bentuk kekerasan di ranah personal itu, jelasnya,  semisal kekerasan fisik, psikis, seksual, dan kekerasan ekonomi. Dia  juga menambahkan, jenis kekerasan yang paling banyak pada kekerasan seksual di ranah komunitas adalah perkosaan (1.036 kasus) dan pencabulan (838 kasus). Adapun kekerasan di ranah Negara yang paling menonjol adalah kasus penggusuran. Ini memberi sinyal kepada kita bahwa persoalan perempuan itu terjadi tidak karena perempuan tak terwakili di parlemen. Namun karena tak tuntasnya sanksi hukum atas pelaku-pelaku kekerasan tsb.

Kesetaraan gender, ide yang mereka usung ini sebenarnya lahir dari episode kegelapan Eropa. Jauh sebelum Islam datang, perempuan di Eropa diperlakukan hanya sebagai pemuas hawa nafsu laki-laki semata. Mereka tak ubahnya barang yang diperjualbelikan. Zaman inilah yang dikenal sebagai zaman kegelapan di Eropa. Hingga sekitar abad 19 kaum perempuan ini menuntut berbagai haknya. Diantaranya, mereka menuntut menyimpan sendiri penghasilannya, menuntut hak waris, menuntut hak yang sama saat bercerai, menuntut hak upah yang sama, menuntut hak pilih dalam parlemen, dsb. Dan perjuangan mereka ini terus berlanjut hingga sekarang. Pada dasarnya kaum perempuan Barat ini mencari kebebasan dan kemandirian. Bebas dari dominasi laki-laki dan mandiri menentukan sikap dan mengelola harta pribadi.

Berbeda dengan Islam. Perempuan dalam Islam diposisikan sebagai Ibu dan pengatur rumah tangga. Dia juga sekaligus mitra bagi laki-laki. Perannya adalah penyeimbang bagi peran laki-laki. Mulianya perempuan adalah disaat dia dengan fitrahnya menjadi ibu dan pencetak generasi unggul. Perannya yang mampu melahirkan, menyusui dan mengasuh anaknya sungguh tak tergantikan oleh laki-laki. Sedangkan para lelaki punya kewajiban menafkahi, melindungi dan mengayomi kaum perempuan. Hingga dari kolaborasi  laki-laki dan perempuan inilah akan lahir generasi cemerlang umat Islam. Bayangkan jika peran mereka ini kita pertukarkan? Mungkinkah para lelaki akan mampu melahirkan dan merawat anak-anaknya? Sementara para perempuannya wara-wiri mencari penghidupan. Pastinya takkan didapat pelestarian generasi jika seperti ini.

Perempuan dalam Islam tak dilarang jika tetap ingin berkiprah diruang publik. Silahkan mau jadi guru, dosen, pedagang, dokter, arsitek, apapun asal halal. Yang tak boleh hanya satu, jadi pemangku jabatan pemerintahan.
Dari Abu Bakrah ra, telah berkata Nabi SAW: “Tidak akan beruntung suatu kaum (bangsa) manakala menyerahkan urusan (kepemimpinan) nya kepada seorang wanita.” (HR. Ahmad, Bukhari, Tirmidzi, An Nasa'i)

Sedangkan menjadi pemimpin itu adalah tugasnya laki-laki. Tegas disampaikan Allah SWT dalam Alquran.
"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (QS. An Nisa : 34)

Jika saja Syariat Islam Islam dipakai dalam pengaturan relasi antara kaum laki-laki dan perempuan tentu takkan terjadi diskriminasi yang menyebabkan persoalan perempuan ini. Karena laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda, namun akan saling melengkapi satu sama lain ketika keduanya dijalankan. Dan ketika dilaksanakan sesuai dengan aturan Islam, tentu akan membawa kebaikan, kebahagiaan dan kemaslahatan dalam masyarakat. Coba saja kita buktikan.

Laila Thamrin
02012018

#Day2
#TemaIslamPolitik
#ODOP2018
#1Day1Post2018
#NulisYuk
#Revowriter
#AMK4
#PenulisBelaIslam
#BeraniNulisBeraniDakwah

Senin, 01 Januari 2018

RESOLUSI EMAK

Tahun 2018 telah datang. Kalender tlah berganti. Masa depan semakin terbentang didepan mata. Berbagai Resolusi ke depan juga digaungkan. Baik para muda-mudi, selebriti, pejabat negeri, bahkan Emak-emak seksi. Ups..! Ya iyalah..seksi didepan suami pastinya. Gak boleh di depan yang lain ya Mak....✋๐Ÿ˜‰

Kids zaman now resolusinya macam-macam dari yang ga jelas arah sampai yang ideologis. Dari sekedar mau lebih cantik or ganteng tahun ini, yang mau hindari micin sampai yang mau berjuang membela Islam. Joss !

Nah, giliran para Emak nih...apa ya resolusi tahun ini? Yang pasti emak kudu harus perhatikan perbaikan untuk diri, anak, suami, keluarga, masyarakat dan negara. Wuih...banyak ya...hehe..ga papa. Justru ini lo yang selama ini jarang terjadi. Harus ada perbedaan dari tahun-tahun yang lalu.

Kalo boleh berbagi nih, sebagai Emak saya punya resolusi untuk tahun ke depan. Pantengin ya...๐Ÿ˜€

Resolusi pertama : harus ada peningkatan sisi aqliyah dan ibadah. Tambah tsaqofah dengan ikut kajian keislaman, banyakin baca buku, sering kumpul dengan ibu-ibu yang punya visi dan misi yang sama. Tingkatkan ibadah sunnah, karena yang sunnah kalo dikerjakan kan dapat pahala. Perbaiki akhlak, suka bersedekah walaupun hanya dengan senyuman, asal ga senyum-senyum sendiri ya Mak...๐Ÿ˜„. Banyakin bantu teman, tetangga dan kerabat..bantu yang baik-baik tentunya.

Resolusi kedua : anak tentunya. Harus ada upaya nih buat perkokoh aqidah anak-anak. Tau kan sekarang zamannya pergaulan bebas, media digital menyelusup sampai kekamar, apalagi elgebete sudah menyerang kesemua lini, gak hanya kaum old tapi justru sasarannya kids zaman now. Nah, ini perlu upaya serius. Mesti diberi pemahaman tentang dari mana, untuk apa dan mau kemana kita hidup? Agar mereka mengerti 'way of life' dan bersegera taat pada syariat. Jadi Emak harus carikan nih komunitas buat anak-anak yang bisa mewujudkan harapan Emak  ini.

Resolusi ketiga : harus selalu menjalin komunikasi dalam keluarga, baik dengan ayah maupun dengan ananda semua. Emak harus rajin berhias dan bikin Ayah tetap happy dan makin sayang nih dirumah. Hihihi...kan mottonya "menua bersamamu dalam taat, hingga sampai ke surgaNya."...aamiin...๐Ÿ˜‡  Trus kudu jadi sahabat buat anak-anak. Ini nih yang nuntut Emak harus terus jadi pembelajar, setiap saat, setiap ada kesempatan. Makanya sekolahnya Emak tuh sepanjang hayat.

Resolusi keempat : melihat kondisi masyarakat yang kian hari kian jauh dari Islam, maka emak harus jadi bagian penyeru kebaikan. Penyeru perubahan dimasyarakat. Nah, ini juga perlu upaya besar nih...moga Emak dimudahkan untuk terus belajar ilmu agama lebih banyak lagi ya. Meski kadang harus berkejaran dengan waktu dan kemampuan fisik yang kian rapuh. Maklum, Emak kan sudah memasuki usia sore..hehe.

Wah..gak terasa nih, ternyata empat resolusi aja dah bikin emak harus berjibaku. Ini harapan yang sebenarnya sudah dibuat sejak mulai mengawali pernikahan dulu. Tapi gak papa ya, refresh resolusi, biar keluarga terus harmonis, anak-anak tetap manis, masyarakat tambah agamis dan terwujud negara yang ideologis.

Yuk tulis resolusimu Mak!

Laila Thamrin
01012018

#Day1
#TemaKeluarga
#1Day1Post2018
#ODOP2018
#NulisYuk
#Revowriter
#PenulisBelaIslam