Rabu, 10 Januari 2018

PERAN IBU YANG TERABAIKAN

Lagi...heboh video mesum yang melibatkan tiga bocah dan dua perempuan muda. Beredar luas di dunia maya. Dan kabar yang lebih ironisnya, ibu si bocah-bocah ini terlibat dalam pembuatan videonya. Video yang disutradarai seorang laki-laki muda ini direkam di dua hotel yang berbeda di Bandung. Dan sang sutradara yang telah tertangkap mengaku bahwa dia dibayar oleh seseorang seharga 31 juta, yang kemudian dibagi-bagikan pada semua yang terlibat dalam karyanya ini. Menyedihkan...

Ini hanya satu dari sekian banyak fenomena kerusakan akhlak dan kerusakan pola pikir akibat kapitalisme yang meracuni bangsa ini. Hanya demi uang, mereka rela menjual anak-anaknya bahkan menjual harga dirinya. Banyak yang berpikiran bahwa hidup itu hanyalah untuk mencari kesenangan semata, hingga apapun dilakukan supaya terlihat bahagia. Mereka mungkin termakan slogan "muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga". Hedeh..slogan aneh...tak masuk akal, tapi disuka. Itulah gaya hidup kapitalis sekuler.
Dari kasus yang terjadi di Bandung itu, jujur saya kepikiran dengan ibunya. Bayangkan, ibu yang seperti itu akan membawa anaknya kemana? Emang bisa masuk surga?

Ibu itu pendidik generasi. Dia tidak sekedar makhluk yang diciptakan untuk melahirkan dan menyusui saja. Dia punya tanggungjawab terhadap anak-anak yang dilahirkannya. Mau dijadikan apa nantinya sang anak.

Rasulullah Saw bersabda:
“Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua ibu bapanyalah yang meyahudikannya atau menasranikannya atau memajusikannya.” (HR.Bukhari dan Muslim)

Ibu lah yang mengajari anak-anaknya berbagai hal dari mulai dalam kandungan hingga dia besar. Sewaktu masih dalam kandungan, para ibu hamil senantiasa didorong untuk mengajak bicara anak yang dikandungnya, atau memperdengarkan murottal alquran. Dan kala si anak sudah lahir, mulailah pendidikan lainnya diberikan sang ibu. Dari mulai mengajari kalimat thoyyibah disamping telinganya. Merangsang matanya agar penglihatannya tajam dengan menunjukkan benda-benda disekelilingnya. Melatih fisiknya dengan mendorongnya untuk bisa belajar tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, berjalan hingga berlari kencang. Semua diajarkan oleh ibu.

Pemikiran ananda pun ibu yang mempengaruhinya. Jika ibu mengajarkannya berkata-kata baik, maka anaknya akan mengikuti. Jika ibu mengajarkan suka beribadah, tentu anaknya takkan lelah untuk ibadah kepada RabbNya. Jika ibu mengajarkan tentang nikmatnya surga dan mengerikannya azab neraka, tentulah ananda kan hati-hati dalam berbuat dan bertingkahlaku.

Namun, jika ibu mengajarkan kepada anaknya perkataan buruk dan kasar, suka berbohong, tak mengenal ibadah dan adab, apalagi tak pernah kenal tentang kenikmatan surga dan pedihnya azab neraka, boleh jadi sosok anak yang terbentuk tak jauh dari maksiat dan kerusakan.

Begitu besar Islam menaruh perhatian akan peran ibu bagi terwujudnya generasi pilihan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa seorang sahabat bertanya :
"Wahai Rasulullah, siapakah diantara manusia yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya?" Rasulullah menjawab, "Ibumu", "kemudian siapa?" tanyanya lagi, "Ibumu," jawab beliau. Kembali orang itu bertanya, "Kemudian siapa?" , "Ibumu". "Kemudian siapa?" tanya orang itu lagi. "Kemudian Ayahmu, " jawab Rasulullah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Tiga kali Rasulullah Saw menyebutkan "Ibumu". Ini pertanda bahwa kedudukan ibu itu dalam Islam dimuliakan. Mulia karena sifat-sifatnya yang secara fitrah mampu mengandung dan melahirkan seorang anak. Kemudian mampu dengan kesabaran dan ketelatenannya mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Takkan bisa kemampuan  ini digantikan oleh Ayah.

Sungguh tak bisa diterima jika seorang ibu menyerahkan anak-anaknya untuk diperlakukan tak senonoh hanya demi sejumlah uang. Kapitalisme telah menggerus rasa kasih sayang sang ibu tersebut  terhadap anaknya demi materi semata. Dalam sistem Kapitalisme apa sih yang tak bisa dijadikan uang? Karena kebahagiaan dalam kapitalisme memang meraih kepuasan jasadiyah atau materi. Hingga peran ibu pun terabaikan.

Sangat berbeda jauh dengan Islam. Kebahagiaan dalam Islam hanyalah ada jika ridho Allah didapatkan dalam aktifitasnya. Dan ridho Allah bisa  terwujud dengan ditaatinya syariat Islam secara kaffah. Jika ada pelanggaran terhadap hukum Islam, maka negara siap dengan seperangkat aturannya untuk memberikan sanksi yang tepat dan tegas.

Tak seperti sekarang, pelaku kejahatan apapun yang terjadi tak mendapatkan keadilan yang seharusnya. Pelaku kriminal berat kadang hukumannya ringan. Boro-boro bisa menebus dosa, membuat jera saja tidak. Sedangkan pelaku kejahatan ringan kadang harus rela menerima perlakuan jauh lebih kejam. Meringkuk di sel tahanan hingga ubanan.

Kita akan lihat, bagaimana akhir kesudahan kasus video mesum tersebut. Jika ada pihak-pihak yang berkapital (baca : uang) besar terlibat, bisa dipastikan kasus akan menguap entah kemana. So, jangan beri ruang bagi Kapitalisme untuk terus menggerogoti negeri ini. Saatnya kita bangkit untuk terapkan syariat Islam secara kaffah. Agar ketentraman masyarakat terwujud dan  Islam kembali berjaya.

@FB Laila Thamrin
Diposting : 09012018

#Day9
#1Day1Post2018a
#ODOP2018
#TemaIslamPolitik
#Revowriter
#AMK4
#PenulisBelaIslam
#BeraniNulisBeraniDakwah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar