Sabtu, 13 Januari 2018

JEJAK SANG RASUL DAN SEORANG PENGHUNI SURGA

Menelusuri jejak perjalanan Rasulullah Saw tak pernah lelah dan bosan. Ada banyak peristiwa-peristiwa menakjubkan yang akan kita temui. Episode demi episode hidup beliau adalah bagian dari perjalanan Islam. Banyak dari penulis buku tentang Sirah Rasulullah Saw yang menggambarkan perjalanan hidup beliau dari mulai dilahirkan hingga kematiannya. Namun sangat sedikit yang mengungkapkan sisi politis perjuangan beliau dari awal kelahirannya hingga wafatnya.

Prof.DR. Muhammad Rawwas Qol'ahji, satu dari beberapa penulis sirah yang mengungkapkan sisi politis perjuangan Rasulullah Saw. Profesor ini bertutur dalam bukunya, bahwasanya Muhammad Saw tidak sama dengan para pemimpin dan reformis lainnya, yang biasanya menonjol pada satu aspek kehidupan tapi lemah pada sisi yang lain. Muhammad Saw sempurna, beliau menonjol pada seluruh aspek kehidupan. Dari mulai aqidah, ibadah, sosial, pendidikan bahkan sampai politik pemerintahan. Semua yang Beliau Saw lakukan merupakan teladan bagi kita.

Sebagaimana Allah Swt berfirman :

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْءَاخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS.Al Ahzab : 21)

Bahkan didetik-detik akhir hidup Rasulullah Saw pun tetap memberikan makna yang luar biasa.  Tanda-tanda kepergian beliau dapat dirasakan oleh kaum muslimin saat itu. Mulai ketika beliau saw meminta ditemani dengan Abu Muwaibihah, pelayan beliau, ke pemakaman Baqi'. Disana beliau menyapa ahlul kubur dan mendoakan mereka, yang sebagian besar adalah mujahid perang Uhud. Beliau bersabda, "Assalamu'alaikum wahai para penghuni pemakaman ini. Hendaklah kalian senang dengan keberadaan kalian daripada keberadaan orang-orang (yang masih hidup). Sebab berbagai fitnah telah datang, bagaikan potongan malam yang gelap gulita. Fitnah-fitnah itu datang silih berganti, fitnah pertama belum berakhir datang lagi fitnah yang baru, dimana keburukannya tidak kurang dari fitnah yang pertama."

Ketika beliau sakit dan sakit beliau semakin parah, masing-masing sahabat merasa gundah. Tiap sudut-sudut ruangan dalam seluruh rumah di Madinah terasa sunyi dan hampa. Setiap orang saling tanya perihal sakit beliau. Bahkan, Usamah bin Zaid ra, yang diperintahkan beliau Saw memimpin pasukan jihad memerangi Romawi memutuskan untuk kembali ke Madinah, karena khawatirnya akan keadaan Rasulullah Saw.

Beliau Saw meminta Abu Bakar Ash Shiddiq ra untuk mengimami sholat subuh berjama'ah. Sementara beliau sholat sambil duduk di sebelah  kanan Abu Bakar, dikarenakan  sakit yang diderita beliau. Permintaan beliau ini menurut Rawwas Qol'ahji mengindikasikan bahwasanya beliau Saw mempercayakan kepemimpinan umat Islam kepada Abu Bakar ash Shiddiq ra. Meskipun beliau Saw tidak melakukan penunjukan Khalifah pengganti sesudah beliau pada saat itu.

Suatu hari di akhir-akhir masa sakitnya, Rasulullah Saw menanyakan kepada kaum muslimin usai mengimami sholat berjamaah. Beliau naik ke atas mimbar, meski terlihat lemah. Beliau berkata, “Sesungguhnya, aku akan pergi menemui  Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan  manusia.”

Para sahabat saling pandang, dan tak ada satu pun yang bersuara. Sunyi. Sampai tiga kali Rasulullah mengulangi. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berdiri dan berkata, "Ya Rasulullah, aku ingin sampaikan masalah ini. Jika ini dianggap sebagai hutang, aku ingin engkau selesaikan. Dan jika ini bukanlah hutang, tak perlu engkau berbuat apa-apa." Semua mata memandang kepada laki-laki ini. Dia adalah Ukasyah ibnu Muhsin.

Rasulullah Saw mempersilakan Ukasyah menyampaikan masalahnya. Ukasyah berkata, "Aku masih ingat ketika perang Uhud terjadi. Engkau menunggangi kudamu. Dan agar kudamu berlari kencang, engkau lecutkan cambuk ke belakang kudamu. Tapi cambuk itu mengenaiku, karena aku masih berdiri di belakang kudamu."

"Ya, Ukasyah...itu adalah hutang. Jika dulu kau terkena cambukku, maka hari ini aku akan mendapatkan hal yang sama", ujar Rasulullah Saw.

Gemuruhlah suara para sahabat didalam mesjid itu. Semua saling bicara satu sama lain pertanda tak rela Rasulullah mendapatkan cambukan dari Ukasyah. Rasul pun meminta Bilal untuk mengambilkan cambuk beliau dirumah anaknya, Fatimah. Meski para sahabat berusaha mencegah beliau, juga mencegah Ukasyah. Namun beliau tak menghiraukannya.

Ketika cambuk sudah diberikan oleh Bilal dan ada ditangan Rasul. Beliau memberikannya pada Ukasyah agar segera mencambuk beliau. Abu Bakar tak kuasa membiarkan Ukasyah melakukannya. Dia segera bangkit dan berkata, "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Karena aku adalah orang pertama yang mengimani  Islam dan aku juga sahabat beliau dalam suka dan duka." Tapi Rasulullah Saw mengatakan pada Abu Bakar ra, "Duduklah wahai Abu Bakar! Ini urusan aku dengan Ukasyah."

Basah seluruh mata para sahabat, tak sanggup membayangkan bagaimana kecintaan mereka akan mendapatkan cambukan oleh seorang Ukasyah. Siapa sih Ukasyah? Begitu berani dia meminta Rasulullah membayar "hutang" beliau.

Kemudian Umar bin Khattab ra, Ali bin Abi Thalib ra, Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, masing-masing silih berganti ingin menggantikan posisi Rasulullah Saw. Agar mereka saja yang merasakan sakitnya cambukan Ukasyah...bahkan andai nyawa pun melayang, mereka rela. Tapi, Rasulullah Saw memang orang yang berakhlak terpuji tiada tandingan, beliau tetap menepati janjinya untuk menerima balasan atas apa yang telah beliau lakukan.

Ukasyah siap dengan cambuk ditangannya. Tapi sebelum dia mengangkat cambuknya, dia berkata lagi, "Ya Rasulullah...dulu ketika aku terkena cambuk itu, aku sedang tak memakai baju. Jadi cambuk itu langsung mengenai kulit punggungku."

Kaum muslimin yang menyaksikan itu, terbelalak matanya. Mereka sebenarnya sudah marah ketika Ukasyah meminta mencambuk Rasulullah. Apatah lagi ini, harus buka baju segala....keterlaluan sekali Ukasyah, pikir mereka. Namun, Rasulullah tak marah. Beliau langsung dengan ringannya membuka pakaiannya, hingga terlihat punggungnya yang putih, bersih dan bercahaya. Pekik takbir para sahabat tak terbendung. Mereka menangis melihat sang kekasih hati menyerahkan dirinya pada seorang Ukasyah.

Tiba-tiba, Ukasyah melempar cambuk ditangannya dan berlari memeluk tubuh Rasulullah yang mulia. Sambil tersedu, Ukasyah berkata, "Ya Rasulullah, ampunkan aku..mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau. Aku melakukan ini hanya ingin memelukmu. Agar tubuhmu bisa merapat dengan tubuhku. Karena aku tahu, tubuhmu takkan tersentuh api neraka. Dan sungguh aku takut dengan jilatan api neraka. Maafkan aku Ya Rasulullah..." 😭

Semua yang hadir tak mampu lagi menahan tangisan. Haru biru menyelimuti mesjid kala itu. Semua iri kepada Ukasyah yang memeluk tubuh Rasulullah tanpa ada sehelai kain pun dipunggung beliau. Rasulullah Saw pun bersabda, "Wahai sahabatku semua, jika kalian ingin melihat ahli surga, lihatlah Ukasyah....!

Akhirnya, semua pun memeluk Rasulullah bergantian. Mereka sangat mencintai beliau. Hari-hari terakhir beliau, serasa tak ingin mereka lewatkan begitu saja.

Tepat hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun ke-11 H, Rasulullah Saw dipanggil keharibaan Allah Swt. Semua sahabat berduka, lebih-lebih Umar bin Khattab ra yang mengatakan pada orang-orang bahwa Rasulullah Saw tidak wafat, tapi hanya pergi kepada Tuhannya sebagaimana Nabi Musa.

Namun Abu Bakar ash Shiddiq ra menenangkannya dan juga menenangkan seluruh kaum muslimin. Abu Bakar berkata, "Wahai manusia, siapa saja yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya beliau sudah wafat. Tapi siapa saja yang menyembah Allah, maka Allah itu hidup dan tidak akan mati."
Lalu dia membacakan firman Allah Swt :

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِين مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلٰىٓ أَعْقٰبِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللَّهَ شَيْـًٔا ۗ وَسَيَجْزِى اللَّهُ الشّٰكِرِينَ

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS.Ali Imran : 144)

Wallahu'alam bish shawwab

Laila Thamrin
12012018

*dirangkum dari berbagai sumber

#Day12
#1Day1Post2018
#ODOP2018
#TemaSirahRasulullah
#NulisYuk!
#Revowriter
#AMK4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar