Sabtu, 20 Januari 2018

TRAFFIC LIGHT

Siapa yang tak kenal traffic light? Itu tuh...lampu merah kuning hijau ditiap persimpangan jalan. Biasanya terdapat di jalan raya perkotaan. Yes..tahu kan ya. Semua juga sudah mafhum kalo merah tanda berhenti. Kuning berhati-hati. Dan hijau silakan jalan. Dari anak TK sampai manula juga rasanya gak bakal tertukar deh.

Tapi biar pun sudah pada tahu, masih banyak yang suka melanggar. Benar apa benar? Hehe... Apalagi kalo warna kuning yang menyala ketika lampu hijau hampir usai. Tanda lampu merah pun segera menyala. Pasti deh banyak kendaraan yang memutar tali gasnya sebanyak-banyaknya. Mirip-mirip Valentino Rossi deh. Dan yang mengendara mobil juga berusaha nginjak pedal gasnya dengan semangat. Supaya sempat hijau terlewati...hihi. Ini sih sebenarnya berbahaya. Khawatir kali aja remnya blong...bablas deh.

Ada lagi nih, yang mestinya belok kiri boleh jalan terus jika lampu merah, eeh... malah berhenti pas dikiri jalan. Maksudnya supaya tetap dibagian terdepan kalo start. Padahal justru dia menghalangi pengendara yang mau belok kiri. Dan sering nih dilakukan oleh para emak. Hehe...the power of emak-emak judulnya. Sorry ya mak! 😄

Lampu lalu lintas ini dibuat tujuannya agar pengguna jalan bisa lebih teratur. Dengan bantuan mekanisme elektronik yang didesain secara otomatis. Harapannya pengendara dengan kesadarannya mematuhi petunjuk lampu ini. Sekaligus juga mengurangi beban kerja pak polisi.

Dijalan raya  saja manusia perlu diatur agar tidak terjadi kekacauan. Agar jalan menjadi rapi dan arah menjadi jelas. Selain itu segera sampai ke tujuan dengan selamat. Bagaimana jika kita berjalan menuju surgaNya?

Lampu lalu lintas bisa diibaratkan dengan syariat Allah. Manusia jauh lebih memerlukan lampu syariat ini untuk hidup didunia. Karena jalan yang ditempuh untuk menuju surgaNya akan banyak belokan, tanjakan, mengitari  jurang, menyusuri sungai bahkan mengarungi lautan. Tentu tak mudah bukan. Tanpa lampu yang jelas tentu kita bisa salah melangkah. Ini bisa mengantarkan kita ke jalan menuju nerakaNya. Na'udzubillahi min dzalik.

Merah menandakan pengguna jalan harus berhenti. Maka merah bisa diibaratkan dengan larangan dari Allah bagi manusia. Larangan membuka aurat, larangan pacaran, larangan menipu, larangan minum khamr, larangan riba, larangan berdusta, larangan khianat. Dan berbagai larangan lainnya yang bermakna makruh, dan utamanya haram.

Hijau tanda silakan jalan. Jadi monggo lakukan hal-hal yang dibolehkan syariat. Ada yang bermakna wajib dan ada yang sunnah. Wajib menutup aurat, wajib bekerja bagi laki-laki, wajib sholat lima waktu, wajib puasa, wajib zakat. Sunnah bersedekah, sunnah berbuat baik pada tetangga, sunnah puasa senin kamis, dsb.

Jikalau lampu kuning menyala, pertanda harus hati-hati. Syariat Islam pun mengenal hukum mubah (boleh). Jika dikerjakan atau pun ditinggalkan takkan membawa pahala atau dosa. Tapi hati-hati, perkara mubah bisa jadi menggelincirkan seseorang ke jurang neraka. Main gawai kelamaan, jadi lalai salat. Bekerja mubah hukumnya bagi perempuan. Tapi hati-hati kalau sering ikhtilat apalagi khalwat bisa mendapat laknat dari Allah. Apalagi kalau bekerjanya sambil obral aurat, pasti kan dapat azab.

So, jalani saja hidup kita ibarat di jalan raya. Kalau ada traffic light nya, jangan lupa perhatikan ya apa warnanya. Biar selamat sampai ke tujuan. Mencapai jannahNya dengan bahagia.

Allah Swt berfirman :
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya." (QS. Al Hasyr : 7)

Laila Thamrin
20012018

#Day20
#KompakNulis
#OPEy
#Revowriter
#AMK4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar