Kamis, 15 November 2018

Imitasi

"Mama, ini bedak Mama ya? Aku boleh coba?"
"Ma, lipstik ini warnanya apa? Nyobain ya?"
"Ummi, kerudung ummi yang pink mana? Adek pinjem dong!"
"Bu, kaki Dede sudah hampir sama besarnya dengan kaki Ibu. Boleh pinjem sendal bertumitnya gak?"

*****

Pernah ditanya anak gadis yang beranjak baligh atau bahkan sudah baligh seperti ini? Atau malah anak yang lebih kecil lagi yang merengek minta pakai bedak dan lipstik ibunya? Saya yakin, yang punya anak perempuan pasti pernah mengalami yang begini.

Anak memang suka meniru apa yang dilihatnya. Ayah dan bundanya  menjadi "role of models" yang utama. Baik anak perempuan maupun laki-laki kecenderungan menirunya sama besarnya. Tapi memang pada anak perempuan biasanya lebih terlihat jelas mengimitasi bundanya.

Kalau anak laki-laki jarang menunjukkan dalam kesehariannya. Tetapi bisa saja kebiasaan-kebiasaan ayahnya sehari-hari akan ditirunya tanpa orangtua menyadarinya. Misalnya nih : makan gak pakai doa, malas sikat gigi malam sebelum tidur, menaruh handuk sesudah mandi sembarangan, habis minum gelasnya digeletakkan sembarang tempat, kaos kaki terserak, de el el. Hayoo....siapa nih yang kebiasaan ayah di rumah seperti ini? 😁

Menurut para ahli psikologi anak, proses meniru atau imitasi adalah hal yang biasa pada anak. Ini adalah bagian pembelajaran pada si anak. Karena setiap makhluk hidup akan mencoba sesuatu yang dicerapnya melalui inderanya. Baik dengan melihat, mendengar, membaui, mengecap ataupun meraba. Bahkan ini adalah proses awal lahirnya sebuah pemikiran yang brillian di kemudian hari. Sebab, setiap pengalaman yang diperoleh anak akan tersimpan rapi di memori otaknya.

Yang perlu kita perhatikan sebagai orang tua muslim tentu apa yang sejatinya layak mereka lihat, dengar, cium, rasa dan raba. Agar nanti proses imitasinya indah. Makanya, ayah bunda mesti menjadi model yang baik buat anak-anaknya.

Jika tak ingin anaknya pakai lipstik menor, alis terangkat tinggi, pipi merah delima, ya bunda harus memberi contoh dandanan yang sederhana. Bahkan harus dikenalkan ke ananda kalau berdandan cantik itu hanya untuk suaminya saja kelak.

Jika ingin anaknya berpakaian menutup aurat dengan sempurna, kasih contoh dulu bundanya dengan pakaian syar'i. Agar ananda tak asing lagi mengenakannya.

Semua memang perlu proses. Tak bisa juga instan. Ayah dan bunda harus mempola hidupnya dengan kebaikan di setiap kesempatan. Memperbaiki hal-hal buruk yang mungkin masih sering ayah bunda lakukan. Belajar mengelola emosi. Belajar lebih sabar dan bijaksana. Apalagi jika anak sudah menuju usia baligh. Konflik dengan anak akan mudah terjadi, jika ayah bunda tak mampu memahami mereka.

Menjadi orang tua itu ternyata belajar dari nol. Persis seperti angka dispenser bahan bakar di SPBU. Sebagai orangtua, ayah bunda harus memahami bagaimana merawat dan mendidik anak kala bayi, balita, anak yang sudah tamyiz, anak hampir baligh, anak sudah baligh, remaja, dan ketika anak bersiap melepas masa lajangnya. Bukan sekedar seperti air mengalir yang berjalan sesukanya dan seadanya.

Rasulullah saw bersabda :
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari-Muslim)

Karenanya, ayah dan bunda harus selalu belajar, belajar dan belajar. Karena belajar tak pernah dibatasi usia. Dan belajar tak hanya di sekolah saja. Dalam kesempatan apapun belajar itu bisa dilakukan. Agar anak-anak ayah dan bunda terwarnai hanya dengan kebaikan Islam semata.

So, tak ada yang salah saat anak menjadi imitasi ayah dan bundanya. Biarkan mereka meniru selama apa yang ditiru adalah kebaikan. Tapi, jangan lupa pemikiran ananda tetap harus diarahkan pada jalan hidup yang benar.  Mereka harus diajak untuk berpikir tentang 3 hal ; dari mana asal manusia? ; untuk apa manusia ada di dunia? ; dan hendak kemana setelah matinya?

Jika ketiga hal ini telah ditemukan jawabannya dengan benar dan sempurna, insyaAllah anak pasti hanya akan meniru sesuatu yang baik dari ayah bundanya, atau dari lingkungannya, atau dari teman-temannya. Karena Allah menjadi pegangannya, syariat Islam jalan hidupnya, dan menegakkan Islam kaffah tujuannya.

Jadi ingat pepatah indah ini :
 "Isy kariiman awmut syahiidan" ; "Hidup Mulia atau Mati Syahid."

Wallahu'alam bish shawwab

Laila Thamrin
Bjm, 15112018

#remindingmyself
#GerakanMedsosUntukDakwah
#GeMesDa
#Revowriter
#NgajiLiterasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar