Sabtu, 30 Desember 2017

MENANTI PRESTASI TERBAIK

Tahun 2018 tinggal menghitung hari. Tapi prestasi apa yang tercatat di negeri ini?

Coba kita susuri...subsidi BBM dan listrik dipangkas, retribusi kendaraan bermotor dan pajak dinaikkan, gas melon mau berubah jadi strowberry, kasus korupsi kian menjamur, kasus beras Maknyus dan daging keong sawah, kelahiran PERPPU No. 2 Tahun 2017, persekusi ulama, heboh penjualan aset BUMN, dan yang paling fenomenal eLGeBeTe.
Wow....itu baru rekaman saya saja, yang mungkin banyak kurangnya. Karena persoalan negeri ini seperti pasir...banyak, tak terhitung lagi !

Tapi itu saja rasanya sudah bikin miris hati. Mau sampai kapan kita begini? Sudah 72 tahun loh Indonesia diberikan kemerdekaan, tapi ko ya berasa ga pernah sejahtera? Malah makin kesini makin susah kehidupan rakyatnya.

Emang sih, kalo dilihat sepintas pembangunan di seluruh negeri ada peningkatan. Jalan-jalan diperkotaan meningkat jadi ada jalan layangnya. Gedung-gedung meningkat sampai lantai 15, bahkan lebih. Rumah-rumah juga banyak yang dibagun dengan peningkatan kualitasnya. Tapi apakah semua rakyat menikmatinya? Ataukah hanya dinikmati oleh segelintir manusia saja? Yuk mikir ! 😒

Neoliberalisme dan Neoimperialisme telah mencengkeram negeri ini dengan sangat kuatnya. Peran negara yang harusnya menjadi pengelola kekayaan milik rakyat untuk kesejahteraan rakyat telah bergeser menjadi sekedar regulator dalam pengelolaannya, dan tidak untuk kesejahteraan rakyat. Maka swasta pun bisa berperan serta dalam mengeruk kekayaan milik rakyat ini, yang pada dasarnya orientasinya adalah "untung-rugi". Bukan lagi pada "pelayanan umat".

Belum lagi HAM selalu didengungkan di telinga rakyat Indonesia Raya ini, jadinya makin berkembanglah aliran kepercayaan sampai aliran sesat dalam agama, pergaulan bebas yang berujung aborsi, dan maraknya kelompok pelangi di kalangan muda-mudi. Dan parahnya, ini mendapatkan legalisasi dari para penguasa negeri ini. Edan!

Mau jadi apa sih negeri ini sebenarnya? Negeri ini ko ya sekuler banget padahal masyarakatnya mayoritas muslim. Sedih rasanya.

Padahal negara itu dalam Islam adalah sebagai pelindung umat. Pemimpinnya haruslah menjadi pelayan umat dan memastikan setiap individu rakyatnya terpenuhi hak-haknya, terjaga aqidahnya, terpelihara jiwa dan kehormatannya, serta aman harta bendanya.

Rasulullah SAW bersabda :

…الإِÙ…َامُ رَاعٍ Ùˆَ Ù…َسْؤُÙˆْÙ„ٌ عَÙ†ْ رَعِÙŠَّتِÙ‡ِ

"Imam (pemimpin) itu pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus." (HR al-Bukhari dan Ahmad).

Jadi jika setiap keputusan yang dibuat oleh penguasa berakibat kesengsaraan bagi rakyatnya dia akan berdosa. Ini dzolim namanya. Dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah kelak di akhirat.

Tentu kita sangat merindukan pemimpin umat selembut Abu Bakar Ash Shiddiq ra, setegas Umar bin Khattab ra, sepenyayang Utsman bin Affan ra dan secerdik Ali bin Abi Thalib ra. Yang semuanya memberikan "Prestasi Terbaik" untuk umat Islam. Pun para Khalifah sesudah mereka hingga keruntuhan Daulah Khilafah di tahun 1924.

Semoga tahun 2018 segera terwujud Kekhilafahan 'ala minhajjin nubuwwah.

Laila Thamrin
30122017

#YukDakwah!
#YukHijrah!
#TerapkanSyariatIslam
#TegakkanKhilafah
#KhilafahAjaranIslam
#Revowriter
#PenulisBelaIslam
#BeraniNulisBeraniDakwah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar