Minggu, 12 Desember 2010

Melatih Kemandirian Anak


A.   Definisi Mandiri
Dalam masyarakat biasanya mandiri diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memenuhi keperluannya sendiri, baik pada anak maupun orang dewasa. Misalnya : mampu mandi sendiri, mampu makan sendiri, mampu memakai pakaiannya sendiri, dan sebagainya.
Sedangkan dalam kacamata Islam, seseorang dikategorikan mandiri apabila orang tersebut mampu memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisik (hajatul udhowiyah) maupun kebutuhan nalurinya (gharaiz), yang dilakukannya sendiri sesuai dengan aturan Islam dan tanpa banyak tergantung dengan orang lain. Misalnya : mampu makan sendiri dan memilih makanan yang halalan thoyyiban, mampu memakai pakaian sendiri dan menutup auratnya dengan benar, mampu mengendalikan amarahnya ketika muncul atau menyalurkannya dengan benar, dan sebagainya.
Mungkin kita bisa memperhatikan, sejauh ini anak-anak kita kira-kira sudahkah mengarah pada kemandirian? Dan apakah Islam sudah menjadi ukuran dalam kemandirian mereka?

B.   Beberapa hal yang menyebabkan anak tidak mandiri
 1.    Adanya kekhawatiran yang berlebihan dari orang tua terhadap anaknya.
Misalnya : ortu suka melarang anaknya untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya bias dikerjakan anak meskipun belum sempurna. Seperti anak tidak boleh makan sendiri karena khawatir tumpah dan berhamburan, anak tidak boleh mandi sendiri karena khawatir masuk angin, menghambur-hamburkan sabun dan air,  atau anak tidak boleh turun naik tangga (kalo rumahnya bertingkat) karena khawatir terpeleset dan jatuh. Dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.
2.    Orang tua yang sering membatasi dan melarang anaknya berbuat sesuatu secara berlebihan.  Biasanya dengan ungkapan : “jangan ….”, atau “tidak boleh…..”. Misalnya : “Nanda jangan  naik turun tangga.” 
3.    Kasih sayang orang tua yang terlalu berlebihan.
Semua orang tua pasti sayang pada buah hatinya. Namun ungkapan kasih sayang yang berlebihan kadang membuat anak menjadi sangat manja dan tidak mandiri. Bentuk ungkapan kasih sayang itu biasanya dalam bentuk pemenuhan semua keinginan anaknya, tanpa melihat lagi apakah memang diperlukan atau tidak untuk anak.

C.    Cara-cara melatih anak agar bisa mandiri
Agar anak-anak kita bisa menjadi mandiri ada beberapa cara untuk melatihnya, diantaranya :
1.    Memberikan pemahaman sesuai dengan tingkat perkembangan (kemampuan) akalnya.
Tahap perkembangan akal :
a.    0 – 2 th :
v  Memberikan informasi dan fakta sebanyak2nya, dan sering di ulang2
v  Pemberian kata-kata yang positif, mis : “Subhanallah, anak ummi cantik sekali sesudah mandi hari ini.” 
v  Pengucapan kata-kata oleh ortu dengan lafadz yang jelas dan benar, mis : Susu, bukan tutu.
b.    2 – 5 th :
v  Melatih proses berpikir dgn memberikan pertanyaan2 yg  menggugah pemikirannya, spt : mengapa air hujan turun dari langit?
v  Memberikan permainan2 yang merangsang akalnya untuk berpikir, spt : menyusun balok2, puzzle, dll.
v  Melatih disiplin sikapnya, sperti buang sampah pada tempatnya, mengajak sholat, dll.
c.    5 – 6 th :
v  Membiasakan suasana berpikir pada anak dalam setiap kesempatan (dgn selalu menanyakan alasan2 dia mengerjakan sesuatu, mis : mengapa tidak mau mandi? mengapa suka memukul? Dsb)
v  Memberikan informasi-informasi ttg aqidah, syariat dan akhlak.
v  Membiasakan anak suka menghafal do’a2 harian, hadits, ayat-ayat al qur’an.
v  Membiasakan mengucapkan kalimat2 thoyyibah dan makna2nya
v  Membiasakan melakukan kewajiban secara teratur, seperti sholat, puasa, amar ma’ruf nahyi munkar,  berbuat baik pada ibu-bapak dan saudara, dll
v  Membiasakan berakhlak yang baik, sperti tidak berdusta, tidak sombong, rajin, dsb
d.    6 – 7 th :
v  Anak sudah dibiasakan disiplin waktu untuk melaksanakn beban-beban hukum syara, seperti sholat pada waktunya, puasa sehari penuh, mengatur waktu2 utk bermain dan belajar, dll.
v  Sudah biasa dengan hafalan do’a, hadits, ayat-ayat Al Qur’an, bacaan sholat, dll.
v  Sudah dibiasakan dengan aturan2 dan dijelaskan tujuan membuat aturan tersebut, serta konsekuensi jika anak melanggarnya, mis : jika tidak sholat zuhur terlebih dahulu maka anak tidak boleh makan siang, jika hafalannya belum  lancar tidak akan diajak kerumah nenek, dll.
v  Sudah menumbuhkan rasa takut karena Allah, bukan karena ortu atau guru, mis : jika tidak sholat maka Allah tidak suka pada kita, kalo Allah sudah tak suka bisa jadi kita tak dimasukkanNya ke dalam surga.
v  Mulai belajar menulis, membaca dan berhitung.
e.     7 – Baligh :
v  Sudah terbiasa untuk selalu berpikir ketika mengerjakan sesuatu, mis : ketika makan selalu memilih yg halal dan thoyyib.
v  Sudah terbiasa mengerjakan kewajiban individu seperti wudhu dan sholat, puasa, berbuat baik pada ortu, guru, saudara dan orang2 yg lebih tua, menutup aurat dgn benar,dsb.
v  Sudah terbiasa berakhlak yg baik dan senantiasa memperhatikan adab2 yg baik, spt suka menolong saudara, suka bersedekah, selalu jujur, bias mengendalikan amarah, dsb.

2.    Berbuatlah secara bijaksana.
Maksudnya, janganlah kita memaksa anak untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, kecuali hal itu berbahaya atau tidak sesuai dengan syari’at. Mengajarkan apa pun kepada anak mesti kita perhatikan kondisi mereka. Jika mereka dalam keadaan senang (enjoy) biasanya semua pengajaran kita mudah diserap oleh anak.

3.    Memberikan kasih sayang secara wajar, tidak berlebihan ataupun kurang.
Kasih sayang wujudnya tidak semata-mata dengan hadiah atau materi. Perlakuan yang baik dan perhatian yang penuh terhadap anak sebenarnya adalah wujud dari kasih sayang. Namun jika ortu ingin menunjukkannya dengan bentuk materi berupa hadiah atau yang lainnya itupun sah-sah saja. Asalkan tidak menjadi kebiasaan sehingga yang terbentuk dalam pikiran anak bahwa orang tua sayang jika semua keinginannya dipenuhi, sehingga muncullah sosok anak yang manja, malas dan egois. Memberi pujian, kata-kata positif atau ciuman pada anak sebagai wujud kasih sayang sepertinya lebih bermakna pada anak daripada sekedar materi yang berlebihan. Namun miskin kasih sayang justru akan membuat anak merasa tidak diperhatikan, tidak dihargai, sehingga bias jadi membuat anak menjadi bandel, jahat dan sifat-sifat buruk lainnya.

4.    Memberikan pendidikan secara tegas kepada anak.
Konsisten terhadap apa yang sudah diajarkan kepada anak. Tentunya pengajaran yang dimaksud adalah yang sesuai dengan syari’at Islam. Dan kerjasama antara ayah dan ibu sangat diperlukan. Misal : anak diajarkan untuk tidur terpisah pada usia 7 atau 8 tahun. Diawal pengajaran bisa jadi anak akan menangis ketika tidur sendiri. Tapi orang tua tetap memberikan pengertian dan penjelasan mengapa tidurnya harus terpisah dg ortu, serta memberikan rasa aman pada anak, bukan dengan mengalah dan membiarkan anak kembali tidur bersama ortunya. Ketegasan sikap ortu ini akan memunculkan keberanian dan kemandiriannya untuk bisa tidur sendirian.

D.   Kesimpulan
Kemandirian anak bisa dibangun sejak usia dini dengan arahan dan bimbingan orang tua. Orang tua perlu memberikan contoh yang baik pada anak. Orang tua juga harus memberikan kesempatan pada anak untuk mempraktekkan kemandirian tersebut ketika anak berupaya memenuhi kebutuhan2nya. Dan jangan lupa berikan reward (penghargaan) pada anak ketika ia telah mampu melaksanakannya, sehingga muncul rasa percaya dirinya.

Wallahu’alam bish showwab.

Rabu, 13 Oktober 2010

Kesabaran....

Sebulan terakhir ini hari-hariku terasa padat dan lumayan berat.....Sesudah Idul Fitri yang menyejukkan dan menentram hati, beberapa ujian sedih menghampiri. Anak bungsuku sakit, tapi Alhamdulillah sudah diberikan kembali kesehatannya, hingga ia ceria lagi. Kemudian berlanjut dengan persoalan pendidikan anak pertama dan keduaku....dan Alhamdulillah Allah juga telah memberikan jalan keluarnya sekarang. Ternyata Allah memang tak pernah ingkar dengan janjiNya..."Inna ma'al usri yusro..."  Setiap langkah kita adalah pilihan dan setiap pilihan pasti ada ujian. Karena Allah sangat sayang dengan hambaNya, hingga Dia mengujinya untuk menaikkan derajatnya. Semoga hari-hari ke depan Kami sekeluarga bisa lebih sabar dan tawakkal menghadapi semua ujian dariNya. Amin.

Kamis, 09 September 2010

Lilin Terakhir

Siapa yang tak kenal "Trainning Motivasi"? .... Wow..tentu kayanya hampir semua orang sekarang kenal trainning motivasi...minimal pernah dengarkan? Dan tentu saja para trainnernya juga sudah banyak yang terkenal di Indonesia. Sebut saja Pak Mario Teguh, Pak Reynald Kasali, Pak Andree Wongso,  de el el..

Alhamdulillah, aku pun pernah ikut trainning ini, walaupun masih skala kecil (jadi 'gak gagap pas orang-orang lagi ngomongin trainning motivasi ini...hehe...)  Pas awal Ramadhan tadi, aku berkesempatan ikut trainning ini bareng para ustadzah-ustadzah muda di kotaku yang indah ini...ehm.

Sang Trainner mengawali acara dengan menampilkan sebuah visualisasi 4 buah lilin yang menyala dalam sebuah ruangan. Masing-masing lilin punya nama, ada lilin damai, lilin iman, lilin cinta dan lilin harapan.  Namun ternyata satu persatu lilin ini mati, mulai dari lilin damai, diikuti lilin iman, kemudian lilin cinta. Tinggal satu lilin yang menerangi ruangan itu, yaitu lilin harapan.

Sahabat....barangkali visualisasi di atas sudah ada yang pernah melihatnya atau bahkan sering melihatnya. Tapi bagiku yang baru pertama kali melihatnya, sungguh sangat berkesan. Entahlah dengan orang lain.......

Memang, dalam hidup kita sekarang ini banyak cobaan yang terus mendera. Kemiskinan, kebodohan, kedzoliman,.....semuanya silih berganti menghampiri kita. Damai, Iman dan Cinta memang seperti sirna dari diri manusia-manusia sekarang. 
Lilin harapan pun hampir saja padam. Untung saja dalam visualisasi itu seorang gadis cilik masuk ke dalam ruangan itu kemudian ia mengambil lilin harapan dan menyalakan kembali 3 lilin yang lain, lilin damai, lilin iman dan lilin cinta.

Sahabat....andai lilin harapan itu pun mati, tentu gelap dunia ini. Manusia tak punya cahaya dalam kehidupannya. Tentu sangat menyedihkan dan tersiksa bukan..?
Maka bersyukurlah kepada Allah SWT karena kita hidup ini adalah "harapan". Harapan untuk terus bisa menguatkan iman, menyemai damai dan cinta dalam hidup ini.  Hingga harapan yang terus dipupuk akan menghantarkan kita pada cita-cita yang kita impikan. Bahkan sampai pada cita-cita tertinggi kita...meraih Ridho Allah SWT dan menggapai surga-Nya. 
Sahabat....jangan padamkan harapan dalam diri kita. Ingatlah, masih banyak saudara-saudara kita seaqidah yang memerlukan kita. Lihatlah saudara kita di Irak, Palestina, Kashmir, Pakistan, Tajikistan, Eropa, Aceh, Papua, dan belahan bumi yang lainnya. Mereka masih punya satu lilin harapan kepada kita.Mereka menantikan uluran tangan kita untuk menyalakan lilin damai, iman dan cinta pada mereka. Lilin harapan mereka tak boleh padam sebelum kita berkumpul bersama mereka dalam satu naungan "Laa ilaha ilallah Muhammad Rasulullah".

Semoga ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.  (by. Laila Qadarsih)

Minggu, 05 September 2010

MARAH!!!!

"Kaum Muslimin harus marah!! Harus Marah!!!
Ya...itu kata yang paling tepat yang harus diucapkan untuk mengungkapkan reaksi kaum muslimin terhadap rencana sinting Pendeta Terry Jones, pemimpin Gereja Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida, AS. Bagaimana tidak ? Pendeta itu telah menyerukan kepada seluruh gereja dunia dan warga Amerika untuk terlibat memperingati Tragedi 11 September 2001 dengan menjadikannya sebagai Hari Membakar Al Qur'an Internasional.  Dia menyatakan bahwa Islam dan Al Qur'an adalah sumber segala bencana dan sumber tindakan-tindakan terorisme yang mengancam peradaban Barat. Bahkan dikabarkan dia sudah membuat video untuk dijadikan guide pembakaran Al Qur'an itu. (www.eramuslim.com). Sungguh keterlaluan....!

Sikap Islamophobi ini memang sengaja terus digaungkan oleh Barat kepada dunia. Kasus ini memang bukan yang pertama terjadi. Masih segar barangkali dalam benak kita bagaimana pelecehan Islam dengan gambar kartun Nabi SAW di Denmark, pelarangan jilbab dan burka serta pembakaran mesjid di Eropa, juga perusakan mesjid di California. Dan masih banyak lagi kasus-kasus lainnya yang terjadi....tak terhitung seringnya Islam dan umat Islam di lecehkan dan direndahkan oleh kaum kafir. Allah SWT berfirman : "Mereka (kaum kafir) tidak pernah berhenti (menimbulkan) kemudaratan atas kalian. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi." (QS. Ali Imran [3] : 118)

Jadi, layak sekali kaum muslimin kali ini harus bereaksi keras. Harus marah, semarah-marahnya!!! Agar kaum kafir tahu bahwa Islam dan umatnya tak mudah diremehkan! Tak mudah dilecehkan! Tak mudah direndahkan! Agar mereka tahu bahwa Islam adalah agama yang diridhai Allah SWT.
Allah SWT berfirman : "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'matKu, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." (QS. Al Maaidah[5] : 3)

(by.Laila Qadarsih)

Jumat, 03 September 2010

Anakku "Nyantri"

Hari ke-23 Ramadhan tahun ini agak beda dari tahun-tahun sebelumnya..karena tahun ini si sulung, Adzkia ikutan pesantren Ramadhan bareng teman-teman dan sepupu-sepupunya. Acaranya di gedung HSG el-diina Banjarmasin. Dia keliatan sukaaaaa sekali..... Nah ini yang bikin umminya jadi bahagia. Rencananya acara sampai 26 Ramadhan. Asyik juga lho memperhatikan mereka....unik, seru, rame....dan sering ada hadiahnya...hehe....


Mudah-mudahan ini menjadi pembelajaran yang berarti buat Adzkia dan teman-temannya. Dan menjadi motivasi buat terus menggali ilmu-ilmu Islam. amin.

Rabbana hablana min ajwaajina wa zurriyatina qurrata'ayuni wa ja'alani lil muttaqiina  imaman. Amin
(by.Laila Qadarsih)

Rabu, 01 September 2010

Manusia "Naafi'an"

Tausiyah pas buka puasa di televisi memang cukup memberikan pencerahan pada nafsiyah kita. Kadang ketika sudah payah setelah beraktivitas seharian diwaktu puasa menjadi lebih "fresh" setelah berbuka dan dapet siraman nasehat, meskipun hanya dari layar TV.

Seperti kemarin sore, tepatnya tanggal  31  Agustus  2010 or  21 Ramadhan 1431 H....(ciee..lengkap nih momentnya..), Ustadz Arifin Ilham kasih tausiyah yang begitu 'pas' di hatiku.... Beliau mengatakan bahwa ada 3 jenis manusia di muka bumi ini. Pertama ; manusia "Zero" atau "nol", yaitu manusia yang tidak punya nilai apapun dimata orang lain. Dia hidup ataupun mati, orang lain tak perduli. Artinya ada dan tiadanya dia tak ada manfaatnya bagi orang lain. Na'udzubillah......syerem juga dengarnya. Jadi mikir...apa ya bekal orang yang begini buat akhiratnya nanti???

Trus yang kedua ; manusia "Fasad" atau "rusak", yaitu manusia yang keberadaannya tidak disukai orang lain, tapi jika dia tak ada orang akan senang dan tentram. Jadi jika dia hidup saat ini orang lain selalu gelisah, tapi jika dia mati orang akan bersyukur. Orang yang begini, kata beliau seperti para provokator, koruptor, dll. Waaah...manusia yang begini kaya'nya sekarang banyak kita temui nih.....

Nah..yang ketiga : manusia "Naafi'an" atau "manfaat", yaitu manusia yang kehadirannya dinanti-nantikan oleh manusia yang lain. Laksana bumi menantikan sinar matahari atau seperti air bagi kehidupan. Kehadirannya selalu membawa manfaat bagi orang lain. Ketiadaannya dirindukan selalu. Subhanallah.....orang yang begini nih yang dicari-cari dunia saat ini karena jumlahnya masih sangat-sangat sedikit.

Tausiyah ini kiranya bisa jadi pelajaran buat kita semua. Kita bisa memilih mau jadi manusia yang mana? 
Tapi Insya Allah, sebagai seorang muslim yang telah mampu memfungsikan akalnya dengan baik, tentunya tak ada pilihan yang paling baik kecuali menjadi manusia Naafi'an.

Yuk..mulai sekarang kita bersegera memuhasabahi diri kita dan memperbaiki kekeliruan yang telah kita lakukan selama ini. Mumpung Ramadhan masih belum menjauh dari kita. Mumpung pintu-pintu ampunan masih terbuka lebar. Rasulullah SAW bersabda : "Bila bulan Ramadhan tiba, maka dibukalah pintu-pintu rahmat (surga), ditutup pintu-pintu jahannam, dan dibelenggu syaitan-syaitan." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Maka kuatkanlah azzam kita 'tuk menjadi manusia Naafi'an, yang menjadi bermanfaat buat diri kita dan orang-orang disekeliling kita, bahkan menjadi sosok yang dirindukan kehadirannya setiap waktu oleh umat Islam. Amin...Allahumma amin.

"Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku 
hanya untuk Allah Rabbul 'Alamin"
(QS. Al An'am : 162)

(by. Laila Qadarsih)

Berburu Bonus

Menghitung Hari......
Ya, seperti judul lagunya KD, Ramadhan tinggal menghitung hari lagi akan berakhir. Dan Syawal segera menyambut dengan suka cita. Siapa yang tak gembira mendengar 1 Syawal segera datang?  Tentu semua muslim di seluruh dunia merasa gembira luar biasa ketika Syawal tiba. Dari kakek-nenek sampe anak-anak yang baru lahir, menyambutnya dengan suka cita...(yang baru lahirkan juga mesti bayar zakat fitrah, jadi merasakan jugakan Idul Fitrinya...??)

Tapi tak sedikit juga yang sedih lho ditinggalkan Ramadhan. Lho ko' sedih ya? Tentu saja...bulan Ramadhan kan bulan penuh "bonus". Kita semua taukan, setiap aktivitas kebajikan yang kita lakukan akan dapat bonus pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.  Yang sunnah akan bernilai seperti yang wajib, dan yang wajib mendapatkan berpuluh-puluh kali lipat lagi pahalanya. Seorang suami atau  ayah yang bekerja mencari nafkah, isteri dan ibu yang menjalankan kewajibannya mengatur rumah tangga dan mengasuh anak-anaknya, para anak yang senantiasa membantu dan menyenangkan orangtuanya, pastilah mereka semua akan diberi bonus oleh Allah SWT berupa pahala yang dijanjikan. Apalagi membaca Qur'an dan dzikirnya tetap dijalankan. Subhanallah....benar-benar "Obral Pahala"....
Makanya kaum muslimin sangat rindu dengan Ramadhan yang datangnya cuma satu kali dalam setahun.
Rasulullah s.a.w. ber-sabda:
"Allah 'Azzawajalla berfirman - dalam hadits qudsi: "Setiap amal perbuatan anak Adam - yakni manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya sehingga tujuhratus kali lipatnya." (HR.Imam Muslim)

Nah...tapi hati-hati ya, dimasa akhir Ramadhan ini selain kita bisa dapat pahala sebanding beribadah 1000 bulan diluar Ramadhan (karena ada malam Lailatul Qadar), kadang kita justru lebih tertarik dengan "bonus diskon" dari mall atau toserba yang ada disekitar kita. Bener 'gak..? Kalo 'gak percaya, perhatikan aja iklan di televisi, spanduk-spanduk di jalanan, iklan di internet...wah pada rame "banjir diskon"! Sepatu, sendal, baju, kerudung, baju koko, toples kue, sofa...semua deh!  Meskipun sebenarnya kadang harganya dinaikkin dulu kali ya supaya produsen tetap untung...hehe...

Jadi mesti hati-hati nih, karena Rasulullah SAW pernah bersabda : "Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga." (HR.Ahmad)  So, kita mesti punya prioritas yang jelas mana yang mesti didahulukan. Belanja boleh aja untuk menyiapkan kemenangan kita di bulan Syawal. Tapi yang lebih utama dan yang harus kita perhatikan tentu saja "seberapa banyak isi keranjang bonus pahala kita?"  Supaya di 1 Syawal nanti kemenangan benar-benar terasa sebagai sebuah "kemenangan", bukan sekedar "kesenangan".  (by.Laila Qadarsih)

Senin, 30 Agustus 2010

Hadits Pilihan




Nabi saw.bersabda."Agama itu nasihat." Kami (para Sahabat) bertanya,"Untuk siapa?"  Nabi saw.menjawab, "Untuk Allah,Kitab-Nya,Rasul-Nya,para pemimpin kaum Muslim dan untuk kaum Muslim secara umum."  (HR.Muslim, Abu Dawud, an-Nasa'i).

Sabtu, 28 Agustus 2010

Hadits Pilihan




Rasulullah SAW bersabda "Cintailah dan sayangilah anak-anakmu. Tepatilah bila menjanjikan sesuatu kepada mereka. Sesungguhnya yang mereka ketahui adalah bahwa kamulah yang memberi mereka rezeki." (HR. Ath-Thabrani)

Selasa, 24 Agustus 2010

Ramadhan Bersama Ananda

Alhamdulillah...hari ini sudah memasuki hari ke-14 bulan Ramadhan 1431 H. Anak-anakku terlihat mulai terbiasa dengan puasa dan pernak-pernik yang menyertainya. Si sulung Adzkia masih kuat bertahan...tak tergoda dan alhamdulillah sehat. Anak keduaku, Hanif baru mulai belajar puasa tahun ini...puasanya unik, sahur antara jam 7-8 pagi dan sudah berbuka sekitar jam 12 atau 13...hehehe. Tak mengapalah pikirku, karena pembiasaan tak selalu dengan pemaksaan bukan? Yap...
Sedangkan si bungsu masih tak kenal arti puasa karena memang usianya baru 16 bulan, tapi dia selalu ikut sibuk pas kita mau berbuka...sibuk mau ngambil semuanya...hehe...

Semoga Ramadhan tahun ini benar-benar bisa kami raih berkahnya dan anak-anakku bisa mendapatkan pembelajaran dengan keteladanan yang baik dari orang-orang sholeh disekelilingnya Amin. Dan kita semua mendapatkan ampunan Allah SWT.

Minggu, 22 Agustus 2010

NUGGETS SEHAT ALA UMMI

Anak-anak biasanya susah sekali makannya. Tapi kalo disuguhi nuggets, banyak dari mereka yang suka dan makannya jadi lahap. Tapi masih ada yang kurang….. sayur tetap jarang disentuh! Nah…ini ada sedikit pengalaman saya bikin nuggets sendiri yang bahan dasarnya tak sekedar daging ayam negeri, tapi plus sayur juga. Mau coba..? Nih resepnya…..

Siapkan bahan-bahan utamanya yaitu :
- Daging ayam dari satu ekor ayam negeri (haluskan dgn blender atau dicincang….tulangnya disisihkan ya..)
- Bawang merah ± 4 siung
- Bawang Putih ± 2 siung
- Jahe ± 1 cm
- Kunyit ± 1 cm
- Garam secukupnya
- Telur ayam 2 butir (satu butir untuk campuran, satu butir kocok lepas utk menggoreng)
- Tepung gandum secukupnya
- Tepung bumbu / tepung panir
- Wortel 2 atau 3 buah (dihaluskan dg blender atau diparut)
- Bayam sesuka ibu (dihaluskan dg blender atau diparut)
- Cetakan aluminium ukuran kecil untuk mengukus

Cara mengolah :
  1.  Haluskan bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, merica dan garam. Kemudian tumis sebentar sampai harum, lalu angkat dan dinginkan.
  2. Campurkan daging ayam yang sudah dihaluskan dengan sayur halus dan bumbu yg sudah ditumis sampai rata.
  3. Kemudian masukan telur 1 butir, aduk rata.
  4. Tambahkan tepung terigu secukupnya (± 4-5 sendok makan, sesuka kita), agar adonan menyatu.
  5. Masukkan kedalam cetakan yang terlebih dahulu diolesi minyak goreng.
  6. Kukus selama ± 25 menit.
  7. Setelah matang, angkat, dinginkan dan dipotong-potong dengan ukuran sesuai selera.
  8. Siapkan tepung bumbu/tepung panir dan telur yang telah dikocok lepas.
  9. Celupkan potongan nuggets tadi ke dalam telur, kemudian gulirkan di atas tepung bumbu/tepung panir, lalu digoreng sampai         kecoklatan.
  10. Setelah matang nuggets siap disantap….

Nah..mudahkan..? Selain bebas bahan pengawet dan pewarna, nuggets ini lebih murah dan sehat. Dan yang pasti anak-anak saya sangat suka memakannya. Insya Allah makan sahur anak-anak jadi lebih lahap… Selamat mencoba ya !! Semoga bermanfaat.(by:Laila Qadarsih)

Indahnya Menjadi Ibu

Tak mudah untuk menjadi seorang ibu. Tapi tak berarti kita tak mampu. Pengalaman 8 tahun menjadi isteri sekaligus sebagai ibu dari 3 orang anak, ternyata telah banyak memberikan pelajaran yang berarti. Mulai dari belajar mengenal dan memahami pasangan hidup, menerima kelebihan dan menyukai kekurangannya, suka cita ketika mengetahui kehamilan anak pertama dan debar-debar menanti kelahiran anak-anak satu demi satu, merawat dan menyusui anak-anak, mengajari anak-anak tentang Al Khalik, adab dan syari’at......terlalui seperti tak terasakan. Setiap hari dan setiap saat selalu ada pelajaran baru yang didapatkan. Padahal rasanya buku-buku dan informasi tentang menjadi isteri dan ibu yang baik telah sering dilahap.

Senang rasanya ketika anak-anak berebutan untuk minta perhatian umminya. “Mi…tolong bikinkan susu.” “Mi…tolong bacakan cerita.” “Mi…si kecil nangis…..” Wah seru ! Tapi kadang rasa sabar kalah dengan rasa marah dan penat yang menjadi satu. Tak salah mereka berlomba mencari perhatian umminya. Tak berdosa mereka menjadikan umminya idolanya. Karena mereka memang masih perlu umminya.

Kebingungan kadang mendera kala kita tak tahu harus berbuat dan berkata apa pada anak-anak kita yang sedang berekspresi, bereksplorasi dan berusaha mengenali dan memahami dunia. Kadang kita tak sadar telah menyamakan mereka dengan kita yang telah lama mengenal dunia, sehingga ketika anak-anak menumpahkan air atau merobek buku atau sekedar berjalan oleng dan terjatuh kita telah menyalahkannya dan bahkan kadang memarahinya. Astaghfirullah…. Mereka tak berdosa, justru kita yang akhirnya berbuat dosa….

Memahamkan anak tentang segala hal memang tak mudah. Bermain adalah langkah awal mereka mengenal dunia dan memahami hidup ini. Kesabaran menemani mereka bermain kadang terusik dengan setumpuk pekerjaan lain yang menanti kita, cucian kotor yang menumpuk, sayur-mayur yang layu tak terjamah, ikan-ikan mentah yang menggigil di freezer,..waduh kalo sudah begini kepanikan mulai menggerogoti. Apalagi waktu makan siang mulai beringsut naik…mana yang harus didahulukan? Pelajaran baru pun didapatkan lagi. Berarti ibu harus bisa menggunakan satu waktu untuk beberapa pekerjaan sekaligus. Susah? Tidak selalu.... Memasak bersama anak mungkin bisa jadi solusi, sambil kenalkan mereka dengan sayur-mayur, ikan, pisau, de el el lah…. Jadi lebih seru lho!

Ibu adalah segalanya bagi anak. Ibu adalah gudang ilmu buat anak, gudang makanan buat anak, gudang mainan buat anak, gudang curhat buat anak, gudang teman buat anak bahkan sekaligus gudang rezeki buat mereka. Lengkap bukan?? Bukan mengecilkan peran ayah….tapi memang seorang ibu professional menurut saya adalah yang demikian. Sedangkan ayah, lebih berperan ketika anak-anak dapat masalah lebih besar..misalnya bola mainan nyosor ke halaman tetangga, sepeda mereka rusak, mainannya bermasalah, …pokoknya agak beda keperluannya dengan ibunya. Dan ini alamiah adanya….. mungkin tiap keluarga punya gaya yang berbeda. Tapi kami, begitulah adanya.

Andai saat ini ada sekolah khusus untuk menjadi orangtua yang “benar” barangkali banyak juga peminatnya. Karena ternyata teori yang pernah kita dapatkan dari berbagai sumber tak sepenuhnya cocok dengan realita di rumah kita. Barangkali kalo ada “Sarjana Orang Tua” bisa lebih menguasai keadaan di lapangan. Tapi sayang....tak ada sekolah itu, dan memang tak perlu. Allah SWT telah memberikan pada wanita naluri menyayangi anak, naluri keibuan. Yang tentunya akan berjalan dengan baik selama ibu terus belajar dan berusaha menjalaninya dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Maka bersyukurlah kepada Allah karena kita telah dikaruniai anak-anak yang punya potensi masing-masing, dan diberi kesempatan olehNya untuk meretas jalan ke surga bersama bidadari-bidadari kecil kita. Dan bersyukur juga bahwa kita telah dipilih Allah untuk mendapat amanah dariNya. Tak ada kata terlambat untuk terus belajar dan bersyukur.

Semoga catatan ini menjadi sebuah pengobat rasa gundah para ibu ketika merawat dan mendidik anak-anaknya, dan menjadi pencerah bagi semuanya.(by:Laila Qadarsih)

Tulisan Perdana

Senang rasanya hari ini....sesuatu yang diinginkan mulai nampak tercapai. Mudah-mudahan ini menjadi langkah awal untuk langkah-langkah berikutnya yang lebih baik dan mantap. Amin.....(Apa ya maksudnya?...)