Minggu, 22 Agustus 2010

Indahnya Menjadi Ibu

Tak mudah untuk menjadi seorang ibu. Tapi tak berarti kita tak mampu. Pengalaman 8 tahun menjadi isteri sekaligus sebagai ibu dari 3 orang anak, ternyata telah banyak memberikan pelajaran yang berarti. Mulai dari belajar mengenal dan memahami pasangan hidup, menerima kelebihan dan menyukai kekurangannya, suka cita ketika mengetahui kehamilan anak pertama dan debar-debar menanti kelahiran anak-anak satu demi satu, merawat dan menyusui anak-anak, mengajari anak-anak tentang Al Khalik, adab dan syari’at......terlalui seperti tak terasakan. Setiap hari dan setiap saat selalu ada pelajaran baru yang didapatkan. Padahal rasanya buku-buku dan informasi tentang menjadi isteri dan ibu yang baik telah sering dilahap.

Senang rasanya ketika anak-anak berebutan untuk minta perhatian umminya. “Mi…tolong bikinkan susu.” “Mi…tolong bacakan cerita.” “Mi…si kecil nangis…..” Wah seru ! Tapi kadang rasa sabar kalah dengan rasa marah dan penat yang menjadi satu. Tak salah mereka berlomba mencari perhatian umminya. Tak berdosa mereka menjadikan umminya idolanya. Karena mereka memang masih perlu umminya.

Kebingungan kadang mendera kala kita tak tahu harus berbuat dan berkata apa pada anak-anak kita yang sedang berekspresi, bereksplorasi dan berusaha mengenali dan memahami dunia. Kadang kita tak sadar telah menyamakan mereka dengan kita yang telah lama mengenal dunia, sehingga ketika anak-anak menumpahkan air atau merobek buku atau sekedar berjalan oleng dan terjatuh kita telah menyalahkannya dan bahkan kadang memarahinya. Astaghfirullah…. Mereka tak berdosa, justru kita yang akhirnya berbuat dosa….

Memahamkan anak tentang segala hal memang tak mudah. Bermain adalah langkah awal mereka mengenal dunia dan memahami hidup ini. Kesabaran menemani mereka bermain kadang terusik dengan setumpuk pekerjaan lain yang menanti kita, cucian kotor yang menumpuk, sayur-mayur yang layu tak terjamah, ikan-ikan mentah yang menggigil di freezer,..waduh kalo sudah begini kepanikan mulai menggerogoti. Apalagi waktu makan siang mulai beringsut naik…mana yang harus didahulukan? Pelajaran baru pun didapatkan lagi. Berarti ibu harus bisa menggunakan satu waktu untuk beberapa pekerjaan sekaligus. Susah? Tidak selalu.... Memasak bersama anak mungkin bisa jadi solusi, sambil kenalkan mereka dengan sayur-mayur, ikan, pisau, de el el lah…. Jadi lebih seru lho!

Ibu adalah segalanya bagi anak. Ibu adalah gudang ilmu buat anak, gudang makanan buat anak, gudang mainan buat anak, gudang curhat buat anak, gudang teman buat anak bahkan sekaligus gudang rezeki buat mereka. Lengkap bukan?? Bukan mengecilkan peran ayah….tapi memang seorang ibu professional menurut saya adalah yang demikian. Sedangkan ayah, lebih berperan ketika anak-anak dapat masalah lebih besar..misalnya bola mainan nyosor ke halaman tetangga, sepeda mereka rusak, mainannya bermasalah, …pokoknya agak beda keperluannya dengan ibunya. Dan ini alamiah adanya….. mungkin tiap keluarga punya gaya yang berbeda. Tapi kami, begitulah adanya.

Andai saat ini ada sekolah khusus untuk menjadi orangtua yang “benar” barangkali banyak juga peminatnya. Karena ternyata teori yang pernah kita dapatkan dari berbagai sumber tak sepenuhnya cocok dengan realita di rumah kita. Barangkali kalo ada “Sarjana Orang Tua” bisa lebih menguasai keadaan di lapangan. Tapi sayang....tak ada sekolah itu, dan memang tak perlu. Allah SWT telah memberikan pada wanita naluri menyayangi anak, naluri keibuan. Yang tentunya akan berjalan dengan baik selama ibu terus belajar dan berusaha menjalaninya dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Maka bersyukurlah kepada Allah karena kita telah dikaruniai anak-anak yang punya potensi masing-masing, dan diberi kesempatan olehNya untuk meretas jalan ke surga bersama bidadari-bidadari kecil kita. Dan bersyukur juga bahwa kita telah dipilih Allah untuk mendapat amanah dariNya. Tak ada kata terlambat untuk terus belajar dan bersyukur.

Semoga catatan ini menjadi sebuah pengobat rasa gundah para ibu ketika merawat dan mendidik anak-anaknya, dan menjadi pencerah bagi semuanya.(by:Laila Qadarsih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar