Selasa, 22 Januari 2019

Luruhnya Hati Sang Pembunuh Singa Allah

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."  (TQS. Al-Baqarah: 218)

Saat kita napak tilas perjalanan hidup Baginda Rasulullah Saw, tak pelak pasti akan kita temui awal hijrah beliau. Pun peperangan demi peperangan yang dilalui Beliau bersama para sahabatnya tercinta.

Adalah perang Badar, perang pertama yang terjadi setelah Negara Islam tegak di Madinah. Dengan kekuatan 300 pasukan kaum muslimin, Allah menangkan di atas 1000 pasukan kafir Quraisy. Tabarakallahu 'alaikum.

Dikabarkan bahwasanya dalam perang Badar telah terbunuh sekitar 70 orang Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan kaum muslimin.  Diantara yang terbunuh itu terdapat salah seorang pembesar Quraisy bernama 'Utbah. Juga adiknya Syaibah. Dan anaknya, Al-Walid bin 'Utbah.

Tiga lelaki  sedarah ini adalah ayah, paman dan saudara dari Hindun binti 'Utbah, seorang perempuan Quraisy, istri Abu Sufyan bin Harb, salah seorang tokoh pemuka Quraisy yang sangat membenci Islam yang dibawa Rasulullah Saw. Bahkan dia menjadi bagian tentara kaum musyrik Quraisy di perang Badar.

Kemarahan Hindun semakin memuncak. Darahnya mendidih saat mendapatkan kabar duka ini. Apalagi ternyata, anaknya pun telah menjadi korban dalam perang Badar tersebut. Menurut informasi yang diperolehnya, pembunuh orang-orang terkasihnya adalah Hamzah bin Abdul Muthallib, paman Rasulullah Saw. Maka dia pun bertekad untuk membalas kematian keluarganya dengan menjadikan Hamzah, Sang Singa Allah, sebagai salah satu target yang harus dibunuhnya pula. Selain Rasulullah Saw tentunya.  Dan sebagian kaum kafir Quraisy pun memiliki pemikiran serupa dengan Hindun.

Tepat setahun sejak perang Badar, orang-orang musyrik Makkah telah menyiapkan pasukannya untuk memerangi kaum muslimin. Dendam kesumat yang terpatri di hati mereka membuat semangat mereka bergelora. Sebanyak 3000 pasukan Quraisy telah disiapkan. Dan dalam pasukan ini terselip seorang budak milik Jabir bin Muth'im yang bernama Wahsyi. Seorang budak dari Habasyah yang diberikan tugas khusus oleh Hindun. Tidak lain tugasnya membunuh Hamzah, Sang Singa Allah. Wahsyi memiliki keahlian yang luar biasa dalam melempar tombak. Dengan iming-iming kebebasannya dan juga perhiasan emas berlian, Wahsyi menyanggupi tugas khusus ini.

Genderang perang Uhud pun telah ditabuh. Kaum muslimin merangsek pertahanan pasukan Quraisy dengan semangat jihadnya. Hamzah bin Abdul Muthallib terlihat menerobos pasukan Quraisy. Satu demi satu lawan dilumatnya. Pedangnya mengayun ke kiri dan kanan tak kenal ampun. Pasukan Quraisy pun terlihat kocar-kacir.

Namun, tanpa disadari oleh Hamzah, sepasang mata terus mengamati gerak-geriknya. Mencari celah peluang untuk melontarkan tombaknya. Dia berlindung di sela-sela pepohonan dan bebatuan. Dan disaat yang dianggapnya tepat, Wahsyi segera melemparkan tombaknya ke arah Hamzah. Seketika tombak itu menembus perut Hamzah. Hingga kematian pun menjemputnya. Singa Allah syahid di perang Uhud, diujung tombak Wahsyi.

Kabar kematian Hamzah bin Abdul Muthallib segera sampai ke telinga Hindun dan pasukan Quraisy. Bergegas Hindun dan perempuan-perempuan Quraisy lainnya mendatangi tubuh Hamzah. Mereka lalu merusak jenazah Hamzah dengan keji. Kepuasan nampak jelas dari wajah-wajah mereka. Terlebih, setelah perang Uhud dimenangkan oleh pasukan Quraisy. Sorak sorai kemenangam mereka semakin lantang.

Waktu terus berputar. Kaum muslimin terus mendapatkan kemenangan demi kemenangan atas izin Allah. Hingga tiba saatnya Rasulullah Saw dan para sahabat menaklukkan Makkah. Peristiwa Fathu Makkah menjadi kilasan sejarah Islam yang istimewa. Tak ada senjata. Tak ada pertumpahan darah. Saat itu Rasulullah Saw berkata kepada penduduk Makkah, "Siapa saja yang masuk rumah Abu Sufyan, maka dia selamat. Siapa yang meletakkan senjata, dia selamat. Dan siapa yang masuk ke dalam rumahnya, maka dia selamat."

Dan Allah Maha Membolak-balikkan hati manusia. Hindun binti 'Utbah yang telah 20 tahun memusuhi Rasulullah Saw dan kaum muslimin, hari itu menyatakan ke-Islamannya tanpa paksaan dari siapa pun. Benarlah bahwasanya hati manusia berada diantara jari-jari Allah.

Saat Hindun berkata pada suaminya untuk menjadi pengikut Muhammad Saw, suaminya sedikit ragu. Tapi Hindun meyakinkannya dan berkata, "Demi Allah, aku tidak pernah melihat pemandangan manusia menyembah Allah dengan sebenar-benarnya di dalam masjid, seperti kulihat tadi malam. Demi Allah, mereka datang ke sana, lalu menunaikan salat, berdiri, ruku', dan sujud."

'Aisyah ra menuturkan, "Hindun datang kepada Nabi Saw seraya berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah, selama ini tidak ada golongan di dunia ini yang paling aku harapkan agar Allah membinasakannya, daripada golonganmu. Tetapi hari ini, tidak ada golongan di dunia yang paling aku harapkan agar Allah memuliakannya, daripada golonganmu." Rasulullah Saw pun membalas, "Begitu juga aku. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya." (HR. Muslim no 8 dan 1714)

Dan suaminya pun saat itu melakukan hal serupa dengannya. Siapa yang menyangka Hindun dan suaminya akan menerima Islam tanpa perlawanan? Dan kita dapati Rasulullah Saw menerima keislaman mereka dengan ikhlas. Padahal keduanya begitu keras permusuhannya pada Islam. Bahkan kekejaman Hindun pada paman beliau, Hamzah, sungguh diluar kewajaran. Namun, tak ada yang menghalangi mereka untuk menerima cahaya Islam menerangi qalbunya.

Hindun binti 'Utbah berubah menjadi seorang perempuan muslimah yang salihah. Luruh sudah keangkuhan dan kejahiliyahannya. Dia tampil menjadi sosok muslimah yang sangat istimewa karena kecerdasannya. Allah telah menerangi hatinya dengan cahaya Islam. Memupus semua kedengkian yang sebelumnya melekat dalam dirinya. Dan dia berubah menjadi pembela Islam yang militan. Sekaligus menjadi seorang ahli ibadah dan memegang kuat janji setianya pada Rasulullah Saw.

Hijrahnya seorang Hindun patut kita teladani. Hijrah yang totalitas hanya menuju Islam Kaffah. Melepaskan seluruh kejahiliyahan yang sebelumnya telah memenuhi ruang hidupnya. Merobohkan semua berhala-berhala yang menjadi penghalangnya. Meninggalkan semua kekufuran yang awalnya menjadi denyut nadinya. Dan beralihlah hidup dan matinya hanya untuk Islam semata.


الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan." (TQS. At-Taubah : 20)


@Laila Thamrin
(20012019)

*Inspirasi dari buku "35 Sirah Shahabiyah" karya Muhammad Al-Mishri.


#Revowriter
#NgajiLiterasi
#Gemesda
#Hijrah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar