Suasana pagi yang sedikit berawan
dan butiran gerimis tipis membasahi sebagian kota Banjarbaru tak mengurangi
langkah kami untuk berangkat menuju Hotel Rodhita, tempat dimana anak sulung
kami tercinta, Nur Adzkia Kamilah, hari ini mengikuti Wisuda. Ya, hari ini
Sabtu, 4 Juni 2016 adalah hari kelulusan Adzkia,
panggilan sayang kami, setelah tiga tahun menjalani sekolah di SMP Islam
Terpadu Insantama Banjarbaru.
Ada rasa senang yang
menggebu-gebu, rasa gembira yang membuncah, meskipun ada rasa gelisah dan sedih
yang terselip didalamnya. Hal itu tersirat pada wajah-wajah para siswa,
khususnya kelas 6 dan 9 Sekolah Islam Terpadu Insantama ini. Pun juga pada para
orang tua yang diundang untuk hadir, meskipun berdandan rapi dan semburat
bahagia muncul pada wajahnya, tetapi tetap ada rasa sedih dan haru yang tersimpan rapi
didalamnya.
Itu juga yang muncul pada kami.
Sejak pertama duduk dan mendengarkan prosesi awal pembukaan acara, rasa gundah
tiba-tiba menyeruak dalam dada. Kata demi kata yang diuangkapkan para guru dan
orang tua yang mewakili berbicara didepan podium membuat semakin membuat mata
ini tak tahan menampung panasnya air mata yang berdesakan ingin keluar. Hingga
penampilan siswa-siswi kelas 5 dan 8 yang begitu menyentuh hati, tak kuasa lagi
membendung tetesan air mata ini hingga pecah menjadi sebuah tangisan yang
mengalirkan air mata dengan derasnya. Hingga tissu pun tak henti harus ditarik
terus dari tempatnya.
Ya...diawali dari sebuah cerita
salah satu episode kehidupan Rasulullah SAW ketika mendakwahkan Islam di Mekkah
dan Madinah. Dimana salah satu sahabat Beliau, Khalid Bin Walid yang
terkenal dengan julukan "Panglima
Perang Yang Tak Pernah Kalah", dulunya adalah seorang kafir yang
sangat memusuhi Rasul SAW dan pengikut beliau. Dan yang paling fenomenal saat
itu adalah kejadian saat Perang Uhud. Kaum Muslimin harus berhadapan dengan
pasukan kafir Quraish yang dipimpin oleh Khalid Bin Walid.
Perang ini terjadi di bukit Uhud,
dimana dibukit ini kaum muslimin menempatkan pasukan panahnya diatas bukit.
Strategi yang sangat bagus kala itu, karena dari atas bukit bisa melihat musuh
dengan lebih jelas. Pertempuran antara
kaum Muslimin dan kaum kafir Quraish pun terjadi. Dan dimenangkan oleh kaum
muslimin. Kaum kafir pimpinan Khalid Bin Walid mundur ke belakang. Kaum
Muslimin bertakbir atas kemenangan ini. Pasukan panah yang ada diatas bukit pun
terperangah melihat harta bawaan kaum kafir yang ditinggalkannya begitu banyak.
Harta rampasan perang (ghanimah) yang
"menyilaukan mata" sebagian besar pasukan perang dari kaum muslimin.
Mereka pun beramai-ramai menuruni bukit Uhud menyerbu harta tersebut. Mereka
tak perduli terhadap seruan Rasulullah SAW untuk tetap ada ditempatnya
masing-masing sebelum diperintahkan berpindah. Inilah awal petaka itu.....
Khalid bin Walid, sebagai pimpinan
pasukan musuh yang awalnya kalah tiba-tiba melihat kejadian ini. Dia segera
memerintahkan pasukan berkudanya untuk menaiki Bukit Uhud yang ditinggalkan
pasukan panah kaum Muslimin dari arah belakang. Hingga mereka mengepung bukit
itu. Padahal Rasulullah SAW masih ada dibukit itu, dengan ditemani hanya
beberapa orang sahabat saja. Sungguh.....inilah yang membuat tetesan air mataku
tak terbendung lagi...membayangkan Manusia yang paling Mulia, Rasulullah Muhammad SAW terkepung musuh
dan nyawanya diujung tanduk....hingga beberapa gigi depan beliau rontok karena
terkena pukulan orang-orang kafir yang beringas dan sangat bernafsu untuk
membunuh Beliau. Tak rela rasanya mendengar cerita ini...dimana Beliau
mendapatkan kesakitan yang luar biasa untuk mempertahankan Islam hingga bisa
kita kenal dan menjadi hidup kita saat ini.
Air mata ini semakin deras
mengalir ketika anak-anak di SIT Insantama ini memvisualisasikannya dengan apik
dalam drama singkat ini, namun sarat akan makna.
Begitu besar pengorbanan para sahabat yang melindungi Beliau
dipersembunyiannya di Bukit Uhud itu. Ada yang penggal tangannya. Ada yang
mendapatkan puluhan luka karena sabetan pedang dan tusukan tombak. Ada yang
putus telinganya. Subhanallah....tapi itu menjadi ringan dirasakan oleh para
sahabat ketika mendapati Rasulullah SAW masih hidup, meskipun Beliau pun
terluka.
Satu pelajaran yang didapatkan
dari peristiwa Perang Uhud ini adalah pentingnya
ta'at pada pemimpin. Ta'at pada aturan dan perintah dari seorang pemimpin menjadi
sangat penting. Karena dari keta'atan ini akan membawa pada tujuan yang ingin
dicapai.
Anak-anak di SIT Insantama ini
telah mengingatkan semua orang tua yang hadir dan juga semua siswa untuk
menjadi seorang hamba yang selalu ta'at pada Khaliknya. Seorang Muslim hanya wajib ta'at pada perintah Allah SWT
maupun larangan-Nya.
Masya Allah....sebagai orangtua,
kami merasakan bahagia luar biasa, melihat perkembangan anak-anak kami selama
bersekolah disini. Ini bukan promosi, tapi kami sekedar menceritakan bagaimana
kami merasakan ada hal yang berbeda disekolah ini yang kami dapatkan. Anak kami
menjadi individu yang lebih ta'at kepada Allah SWT. Dia sudah terbiasa memakai jilbab(jubah) dan khimar(kerudung) jika keluar rumah. Tentu ini bukan karena takut
dengan guru dan orangtuanya, tetapi lebih karena dia faham bahwa itu
diperintahkan oleh Allah SWT sesuai dengan firmanNya dalam QS. Al Ahzab : 59 dan QS. An
Nur : 31. Tak hanya itu, mereka pun diajarkan bagaimana pergaulan yang
benar antara laki-laki dan perempuan didalam Islam, yang intinya "No Pacaran". Dan banyak hal
lainnya lagi.
Kebahagian ini tak terkirakan.
Keharuan kembali muncul diacara puncak Wisuda ini, ketika satu persatu
siswa-siswi kelas 6 dan 9 dipanggil dengan didampingi kedua orangtuanya untuk
diberikan kenang-kenangan dari sekolah.
Dan derai tangis anak-anak, para
guru dan para orangtua pun semakin bertambah deras ketika sesi terakhir
berjalan. Salam-salaman, ucapan ma'af dan terimakasih, peluk cium dan foto
bersama sungguh semakin menyempurnakan pertemuan ini. Sungguh berkesan.
Wisuda...adalah perpisahan yang rasanya semakin mebuat anak-anak tak ingin
berpisah dengan para guru dan teman-temannya. Serasa waktu inginnya tak
berputar. Agar terus mereka puas bersama dan tak ada kesedihan yang dirasa.
Yang ingin dirasa hanyalah kesenangan dan kegembiraan.
Namun, hidup memang terus
melangkah ke depan. Semua rintangan harus dilalui. Semua ujian dan cobaan harus
dijalani. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tetapi perpisahan ini hanya
sementara, karena kita berharap kan bertemu kembali suatu saat nanti, bahkan
hingga ke SurgaNya.
Maka, tak salah sekolah ini
megambil tema "Kokohkan Langkah,
Menggapai Cita Bersama".
Langkah yang tepat adalah langkah yang sesuai dengan perintah dan
larangan Allah SWT, untuk menggapai cita
bersama yaitu menuju pada keridhoanNya.
Selamat buat ananda kami Nur
Adzkia Kamilah, semoga sukses terus menyertaimu bersama doa Ummi dan
Abi tercinta. Semoga semua cita-citamu mendapatkan ridho dari Allah SWT. Aamiin
Allahumma Aamiin
Nahnu uhibbuki Adzkia.
Banjarbaru, Sabtu 4 Juni 2016
Wisuda III SIT Insantama
Hotel Rodhita
By : Laila Qadarsih